Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2023

Reverse Bucket List: Cara Simpel Biar Makin Bersyukur dan Termotivasi

  Puan, pernah nggak merasa hidup kayak jalan di tempat? Daftar keinginan segunung, tapi progresnya pelan dan kadang bikin down ? Nah, konsep Reverse Bucket List bisa jadi solusi yang menarik! Apa itu Reverse Bucket List? Biasanya, bucket list berisi daftar mimpi atau target yang ingin diraih di masa depan. Sedangkan, reverse bucket list justru kebalikannya: Puan membuat daftar pencapaian, momen membahagiakan, serta hal yang sudah Puan alami dan capai. Mulai dari hal besar sampai kecil yang bikin Puan bangga atau senyum sendiri.    Contohnya seperti, berani presentasi di depan umum, liburan seru bareng keluarga atau teman, membantu orang lain tanpa pamrih, atau berhasil membangun kebiasaan sehat, meski kecil.  Mengapa Reverse Bucket List Penting?  Menanamkan Rasa Syukur Alih-alih fokus pada apa yang belum tercapai, reverse bucket list mengingatkan kita pada hal-hal yang sudah berhasil dilewati. Ini membangun rasa syukur, melawan kecenderungan membandingkan ...

Spotlight Effect : Seakan-akan Diperhatikan Oleh Banyak Mata, Padahal Mah… Belum Tentu!

Pernahkan Puan berada di suatu tempat keramaian seperti foodcourt dan hendak memesan makanan namun, secara tidak sengaja Puan menyenggol gelas di sekitar Puan dan gelas tersebut pecah. Lalu ketika sibuk membersihkan gelas tersebut, Puan Bisa merasa bahwa sorotan orang-orang di sekitar memperhatikan Puan secara seksama dan seketika Puan Bisa mendadak kaku akibat perasaan tersebut. Pernah mengalami hal tersebut? Jika pernah, hal tersebut dinamakan spotlight effect atau efek sorotan. Spotlight effect merupakan suatu fenomena dimana Puan Bisa berpikir bahwa semua orang memperhatikan Puan. Fenomena ini telah dikenal dalam ilmu psikologi sejak tahun 2000, persisnya ketika Thomas Gilovich, Victoria Husted Medvec, dan Kenneth Savitsky meluncurkan studi dengan judul “The Spotlight Effect in Social Judgment: An Egocentric Bias in Estimates of The Salience of One’s Own Actions and Appearance” Seorang dosen psikologi di University of California, Berkeley, Amerika Serikat bernama Rodolfo Mendoza...

Society’s Standards, Haruskah Kita Sempurna?

“Society’s Standards”. Pernahkah Puan mendengar istilah ini? Gampangnya, society’s standards adalah suatu standar yang dijadikan acuan seseorang dalam melakukan sesuatu. Society’s standards biasanya memegang prinsip kesempurnaan. Oleh karena itu, sebagian besar dari Puan Bisa pasti pernah merasakan tekanan dari society‘s standards . Tekanan yang kita rasakan akibat society‘s standards sudah sering kita rasakan bahkan sebelum kita mengenal kata “sempurna”. Banyak dari Puan pasti pernah didorong untuk menjadi seseorang yang bukan diri kita hanya untuk bisa beradaptasi dalam society . Society menginginkan kita untuk menjadi sempurna. Puan harus menjadi pintar, lucu, cantik, berbakat, dan masih banyak lagi terkadang hanya untuk bisa diterima di suatu lingkungan. Puan percayalah, bertahan di lingkungan seperti itu sangatlah tidak sehat. Banyak orang melakukan hal yang tidak mereka ingin lakukan agar bisa diterima dalam sebuah society . Seperti mengubah opini, gaya rambut, fitur wajah, dan...