Puan, pernah nggak merasa hidup kayak jalan di tempat? Daftar keinginan segunung, tapi progresnya pelan dan kadang bikin down ? Nah, konsep Reverse Bucket List bisa jadi solusi yang menarik! Apa itu Reverse Bucket List? Biasanya, bucket list berisi daftar mimpi atau target yang ingin diraih di masa depan. Sedangkan, reverse bucket list justru kebalikannya: Puan membuat daftar pencapaian, momen membahagiakan, serta hal yang sudah Puan alami dan capai. Mulai dari hal besar sampai kecil yang bikin Puan bangga atau senyum sendiri. Contohnya seperti, berani presentasi di depan umum, liburan seru bareng keluarga atau teman, membantu orang lain tanpa pamrih, atau berhasil membangun kebiasaan sehat, meski kecil. Mengapa Reverse Bucket List Penting? Menanamkan Rasa Syukur Alih-alih fokus pada apa yang belum tercapai, reverse bucket list mengingatkan kita pada hal-hal yang sudah berhasil dilewati. Ini membangun rasa syukur, melawan kecenderungan membandingkan ...
Image By The Washington Post Pernahkan Puan melihat kamar seseorang yang disekitarnya terdapat tumpukan barang atau pakaian yang sangat banyak? Apa yang terlintas di benak Puan ketika melihat kondisi tersebut? Tak jauh dari kata “malas” atau “kotor” bukan? Namun, tahukah kamu jika hal tersebut merupakan salah satu bentuk gangguan kejiwaan? Hoarding disorder merupakan perilaku yang gemar menimbun barang-barang yang tidak terpakai karena pelaku menganggap bahwa barang-barang tersebut dianggap akan berguna di kemudian hari, bersejarah, dan memiliki nilai sentimental. Berbeda dengan kolektor barang yang mampu menata dan menjaga barang-barang koleksinya dengan telaten, penderita hoarding disorder yang disebut pula dengan hoarder , menyimpan barang-barangnya secara sembarangan dan tidak terawat. Barang yang “dikoleksi” hoarder pun pada umumnya tidak memiliki nilai atau kegunaan , sehingga timbunan barang hanya akan membuat ruang menjadi ter...