Langsung ke konten utama

Magang atau Kuliah Dulu? Ini Panduan Biar Kamu Tetap On Track di Dunia Kampus & Karier

Image by: hotcourses.co.id Puan, pernah nggak sih, ngerasa kayak lagi di persimpangan hidup? Di satu sisi, Puan ingin fokus kuliah, ngerjain tugas, dan jaga IP biar tetap aman, tapi di sisi lain, teman-teman Puan udah banyak yang sibuk update LinkedIn atau magang di perusahaan keren? Sementara kita baru ngerjain makalah tiga bab aja udah ngos-ngosan. Lalu muncul pertanyaan “Aku harus fokus kuliah dulu, atau mulai magang biar nggak ketinggalan ya?” Tenang, Puanners. Kalau kamu lagi ada di fase itu, kamu nggak sendirian, dan jawabannya adalah nggak harus pilih salah satu. Kuncinya bukan di urutannya, melainkan di bagaimana Puan menemukan keseimbangan dan arah dari keduanya. Kuliah Adalah Fondasi, Magang Adalah Jembatannya Kuliah itu bukan cuma tentang IP dan SKS, melainkan juga waktu untuk membentuk cara berpikir dan mengenali diri. Sementara magang jadi tempat untuk menerapkan semua teori yang udah Puan pelajari di kelas. Keduanya penting, tapi porsinya bisa beda-beda tergantung Puan la...

Self-Discipline di Era Distraksi: Gimana Bisa Fokus Saat Dunia Menuntut Kita Multitasking Terus?

Image by: lishawnsconsulting.com

Di era digital ini, hampir semua hal bisa mengalihkan perhatian kita. Pekerjaan harus cepat, informasi terus berdatangan, dan media sosial seperti tidak pernah tidur. Tidak heran jika banyak dari kita merasa susah sekali untuk fokus dan konsisten. Padahal, justru di tengah dunia yang sibuk dan bising ini, self-discipline bukan lagi sekadar teori yang hanya kita ketahui, melainkan sesuatu yang kita butuhkan.


Apa Itu Self-Discipline?


Self-discipline adalah kemampuan untuk mengontrol diri, tetap berkomitmen pada tujuan, dan menunda kesenangan sesaat demi hasil jangka panjang. Namun, jangan bayangkan ini sebagai sesuatu yang keras atau kaku. Disiplin bukan berarti Puan harus selalu “produktif”, melainkan tahu kapan harus mulai dan kapan harus berhenti.


Kenapa Kita Gampang Terdistraksi?


Di era yang serba digital, otak kita secara alami lebih tertarik pada hal-hal yang mudah, cepat, dan memberi kesenangan instan. Itulah sebabnya aktivitas seperti scrolling media sosial terasa lebih menggoda dibandingkan dengan menyelesaikan tugas penting yang membutuhkan fokus. Rata-rata perhatian kita juga mudah terpecah, belum satu menit berlalu, pikiran sudah meloncat ke hal lain. 

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Daniel Christian dan Yohanes Budiarto dalam karya berjudul Hubungan “Durasi TikTok dan Rentang Perhatian pada Pengguna Aktif di Usia Dewasa Muda”. Penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara durasi penggunaan TikTok dan kemampuan mempertahankan perhatian. Semakin lama seseorang mengonsumsi konten video berdurasi pendek, semakin rendah rentang fokus yang dimilikinya.


Jadi, Gimana Priska Cara Membangun Disiplin Diri?


Berikut beberapa langkah realistis yang bisa Puan coba:


1. Kenali Pola Distraksi Pribadi

Apa pemicu utama Puan terdistraksi? Notifikasi? Kebiasaan buka Instagram saat bosan? Mulai dari kesadaran seperti ini.


2. Bangun Sistem, Bukan Harapan

Motivasi itu tidak bisa diandalkan setiap hari, tetapi sistem bisa. Gunakan habit tracker, alarm, atau aplikasi pemblokir distraksi seperti Forest atau Focus To-Do.


3. Terapkan Aturan 5 Menit

Jika merasa malas untuk memulai, coba trik sederhana: "Saya hanya akan melakukannya selama 5 menit." Terkadang, hal yang terasa berat di awal justru menjadi lebih mudah ketika mulai dari hal sederhana. Lima menit mungkin terdengar sepele, tetapi cukup untuk memecah rasa malas atau enggan memulai.


4. Pilih Konsisten daripada Sempurna

Lebih baik 10 menit membaca setiap hari daripada 1 jam membaca tapi cuma seminggu sekali. Disiplin dibangun dari langkah kecil yang terus berulang-berulang.


5. Beri Ruang untuk Gagal, Tapi Jangan Jadikan Itu Alasan untuk Menyerah

Hari ini Puan gagal untuk bangun pagi atau melewatkan satu tugas? Wajar. Semua orang pernah tidak konsisten, yang penting, jangan berhenti. Maafkan diri sendiri, lalu mulai lagi besok, karena disiplin bukan tentang sempurna setiap hari, melainkan tentang bangkit setiap kali jatuh.


Di dunia yang terus menuntut kita untuk serba cepat, multitasking, dan selalu aktif, punya self-discipline bukan soal jadi paling sibuk, Puan. Ini tentang bagaimana kita menjaga fokus, memilih energi yang sehat, dan tetap setia pada nilai-nilai diri sendiri. Disiplin bukan berarti Puan harus selalu produktif setiap waktu, melainkan tahu kapan harus melangkah, kapan berhenti, dan terus belajar agar arah hidup tidak ditentukan orang lain, tetapi diri sendiri.




Referensi:

Christian, D., & Budiarto, Y. (2023). Hubungan Durasi TikTok dan Rentang Perhatian Pada Pengguna Aktif di Usia Dewasa Muda. Paedagogy: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, 4(4), 1074–1080. https://doi.org/10.51878/paedagogy.v4i4.3804 

Clear, J. (2021). Atomic Habits: Perubahan Kecil yang Memberikan Hasil Luar Biasa (A. T. K. Widodo, Penerjemah.). Gramedia Pustaka Utama.


Author & Editor:

Sarah Ardelia

Komentar

Rubik Puan Popular

Kenyataan Work-Life Balance yang Sering Disalahpahami

Puan nggak sih Puan ngerasa kayak semua hal minta waktu di saat yang sama kuliah, kerja, organisasi, bahkan diri Puan sendiri? Semua bilang “harus seimbang,” tapi nggak ada yang ngajarin gimana caranya. Akhirnya, kita terus coba jadi semuanya: anak yang berbakti, teman yang ada, mahasiswa yang aktif, pekerja yang nggak pernah telat, padahal diam-diam… kita cuma pengen napas sebentar. Mitos 50:50 dan kenapa ia berbahaya Work-life balance sering disalahpahami kayak rumus matematika 50% kerja, 50% istirahat. Padahal hidup nggak sesederhana itu. Keseimbangan bukan angka tetap, tapi kemampuan untuk menyesuaikan fokus sesuai fase hidup. Ada masa di mana Puan lagi all-out di karier atau kampus, dan itu nggak salah. Ada masa juga di mana Puan lagi perlu berhenti, pulih, dan mengembalikan energi dan itu juga bagian dari seimbang. American Psychological Association (2021), mencatat bahwa ketika keseimbangan kerja dan hidup terganggu, stres kronis dan burnout mudah muncul. Jadi, “seimbang” buk...

Magang atau Kuliah Dulu? Ini Panduan Biar Kamu Tetap On Track di Dunia Kampus & Karier

Image by: hotcourses.co.id Puan, pernah nggak sih, ngerasa kayak lagi di persimpangan hidup? Di satu sisi, Puan ingin fokus kuliah, ngerjain tugas, dan jaga IP biar tetap aman, tapi di sisi lain, teman-teman Puan udah banyak yang sibuk update LinkedIn atau magang di perusahaan keren? Sementara kita baru ngerjain makalah tiga bab aja udah ngos-ngosan. Lalu muncul pertanyaan “Aku harus fokus kuliah dulu, atau mulai magang biar nggak ketinggalan ya?” Tenang, Puanners. Kalau kamu lagi ada di fase itu, kamu nggak sendirian, dan jawabannya adalah nggak harus pilih salah satu. Kuncinya bukan di urutannya, melainkan di bagaimana Puan menemukan keseimbangan dan arah dari keduanya. Kuliah Adalah Fondasi, Magang Adalah Jembatannya Kuliah itu bukan cuma tentang IP dan SKS, melainkan juga waktu untuk membentuk cara berpikir dan mengenali diri. Sementara magang jadi tempat untuk menerapkan semua teori yang udah Puan pelajari di kelas. Keduanya penting, tapi porsinya bisa beda-beda tergantung Puan la...

Growth Mindset vs Fixed Mindset: Pilihan Pola Pikir yang Menentukan Masa Depan

Image by  Source of Insight Manusia pada dasarnya diciptakan berbeda beda ya, Puan, begitu juga dengan mindset yang dibangun oleh diri kita sendiri. Menurut Carol Dweck psikologi dari Stanford University mindset terbagi menjadi dua yaitu fixed mindset dan growth mindset . Apa itu fixed mindset ? Fixed mindset merupakan pola pikir yang percaya bahwa suatu kecerdasan ataupun bakat dalam individu yang sifatnya tidak akan pernah berubah. Orang yang mempunyai fixed mindset cenderung mudah menyerah, tidak mau ambil resiko atas tantangan dalam hidup serta mudah merasa terancam atas keberhasilan orang lain. Lalu, apa itu growth mindset ? Growth mindset merupakan pola pikir yang ingin selalu berkembang dan percaya bahwa sebuah kesuksesan bisa didapatkan dengan kerja keras. Dengan kata lain seorang yang mempunyai growth mindset akan selalu tampil berani serta mencoba hal-hal baru. Perbedaan kedua mindset ini apasih? Fixed mindset Menghindari tantangan karena takut dengan kegagalan te...

Fear of Being Perceived: Alasan Kamu Takut Kena Judge

             Puan, dalam ruang sosial pernah nggak sih merasa bahwa ada banyak pasang mata yang seakan mengikuti setiap gerak-gerik? Seakan tatapan orang lain yang bahkan belum tentu kita kenal aja secara nggak langsung memvalidasikan sesuatu yang kita lakukan. Contohnya saat Puan keluar rumah ada kecenderungan untuk tampil secara baik.  Dalam hal ini, semua yang Puan pakai harus menyesuaikan ekspektasi banyak orang di zaman ini. Apa yang kita unggah ke media sosial adalah sisi yang paling baik, tapi belum tentu sisi yang benar-benar mencerminkan diri sendiri. Apa Itu Fear of Being Perceived? Menurut sumber web Psychology Today, pada dasarnya setiap individu memiliki keinginan untuk divalidasi, dilihat, dan dianggap oleh orang lain sebagaimana versi diri kita yang sebenar-benarnya. Namun, dalam perjalanannya mungkin kita pernah mengalami kritik berlebih atau dianggap aneh ketika mencoba menjadi diri sendiri. Sehingga ketika kita mencoba menja...

Spiral of Silence Theory: Jadi Minoritas Jarang Didengar

source: Kompasiana.com Spiral of Silence Theory   atau yang disebut dengan teori spiral keheningan, mungkin terdengar asing ya, Puan? Tapi apakah kamu pernah merasa ketika ingin menyampaikan pendapat dalam suatu isu, namun ada keraguan dan ketakutan karena nanti menjadi terisolasi sendiri, sehingga pendapat tersebut tak jadi kamu disampaikan? Teori spiral keheningan atau  spiral of silence theory  ini pertama kali dicetuskan oleh  Elisabeth Noelle Neumann  (1973) mengenai kelompok minoritas yang cenderung akan menjadi diam atau tidak berani menyampaikan pendapatnya karena takut akan terisolasi dari lingkungan disekitarnya. Maka sering kali, minoritas mengikuti pendapat kelompok mayoritas. source: kumparan.com Dalam lingkup sosial hal ini sering terjadi, bahkan orang cenderung menghindarinya dan lebih memilih mengikuti pendapat mayoritas dengan anggapan bahwa tidak akan merasa sendiri atau terisolasi di tengah masyarakat. Melihat perilaku masyarakat Indonesia ya...