Skip to main content

Konsisten: Kunci Keberhasilan Perubahan

Image by: Tamasia.co.id Puan, pernahkah ngerasain susah banget buat konsisten? Misalnya, sudah bikin resolusi tahun baru untuk tidak begadang, tapi setelah dua bulan, balik lagi deh ke kebiasaan scroll TikTok sampai tengah malam. Kok susah banget ya buat tetap konsisten? Kenapa kita susah konsisten? Sebelum bahas lebih jauh, yuk pahami dulu apa itu konsistensi. Menurut KBBI, konsisten berarti tetap, nggak berubah-ubah, taat asas, atau selaras. Namun, kita sering menyamakan konsistensi dengan kesempurnaan. Contohnya, seseorang punya target tidur jam 9 malam setiap hari. Namun suatu waktu ia harus ngerjain tugas sampai jam 11, lalu langsung merasa gagal. Padahal sebenarnya, kalau dia masih bisa tidur sebelum jam 12, itu tetap jauh lebih baik daripada begadang. Nah, mindset “harus selalu sempurna” inilah yang sering bikin kita cepat menyerah saat ada satu hari bolong. Konsistensi bukan berarti 100% Puan, konsistensi itu nggak harus 100% setiap hari, kok. Ada kalanya kita cuma bisa kasih...

Perfectionism: High Standards or Hidden Insecurities?




Image by: LinkedIn


Pernah ga Puan rela menghabiskan waktu berjam-jam melakukan sesuatu atau merevisi pekerjaan berkali kali? 

“Ulang deh, masih kurang bagus,” atau “Duh, ada yang miring dikit, ulang lagi aja deh biar lebih bagus.”


Jadinya Puan butuh waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan satu pekerjaan karena merasa kurang puas sama hasilnya yang kelihatan belum sempurna. Kayak, Puan selalu punya celah untuk notice kesalahan sekecil mungkin, padahal orang lain ga sadar ada yang salah.


Kalau Puan merasa relate, bisa jadi Puan termasuk orang yang perfeksionis.


Nah, Apa Sih Perfeksionis Itu?


Perfeksionis sendiri merupakan orang orang yang menetapkan standar tinggi terhadap kinerja dan kepribadian mereka. Karena hal tersebut, orang orang yang perfeksionis biasanya punya ambisi yang tinggi, karena mereka menginginkan hal-hal yang mereka lakukan berakhir dengan sempurna tanpa kesalahan sekecil mungkin. 


Tunggu, coba jujur sebentar. Apa benar itu soal standar tinggi? Atau sebenarnya Puan hanya takut dinilai gagal?


Kadang, Ambisi Itu Datangnya dari Luka yang Belum Sembuh


Banyak orang perfeksionis terlihat ambisius. Mereka detail, pekerja keras dan result oriented banget. Namun terkadang, dibalik semua usaha itu, kita sering ngerasa capek, ngerasa belum cukup. Padahal, kita udah melakukan semuanya semampu kita.


Kita sering mikir kalau kita akan ngecewain orang lain jika hasil kita biasa aja, atau ga sempurna, bahkan kita takut kalau orang lain bakal nge-judge hasil usaha kita.


Dari situ, muncul overthinking yang ga terkendali yang bisa-bisa membuat kita mulai nge-push diri kita untuk memenuhi ekspektasi orang lain yang muncul di dalam kepala kita. Secara ga langsung, kita udah menghukum diri kita sendiri.


Tunggu, ini sepenuhnya bukan kesalahan kita, Puan. Mungkin, dari kecil kita diajarkan untuk selalu strive more, achieve more untuk jadi yang paling bagus, yang paling cukup, paling sempurna. Atau boleh jadi, kita tumbuh dengan keyakinan bahwa nilai diri kita ditentukan dari apa yang kita capai, menyamakannya dengan hasil kerja yang kita lakukan. 


Jadi, kalau hasilnya kurang bagus, kita sering merasa bahwa diri kita juga belum cukup baik. Kalau belum dipuji, berarti kita belum layak untuk istirahat.


Mungkin, Puan bertanya-tanya kenapa kita bisa mikir kayak gitu. Jawabannya, karena kita diam-diam sedang mengejar validasi dari orang lain. Sebab, sejak dulu kita jarang mendapatkan cukup pujian dan selalu dinilai bukan dari beratnya proses yang kita lalui, melainkan hasil akhir yang kerap dianggap kurang di mata orang lain. 


Tapi Puan, You Deserve To Breath


Perfeksionisme bisa jadi dorongan yang kuat untuk meraih keberhasilan, tapi perfeksionisme juga bisa jadi boomerang untuk diri sendiri. Standar tinggi itu baik, selama kita gak kehilangan kewarasan dan kebaikan hati ke diri sendiri di tengah rumitnya proses yang kita lalui. Kamu boleh punya mimpi tinggi, tapi kamu juga berhak beristirahat dan bangga sama apa yang sudah kamu jalani dengan baik.


Puan, kamu gak harus sempurna untuk jadi berharga. Kamu ga perlu kehilangan diri kamu sendiri untuk dapetin validasi dari orang lain. Kamu ga harus terus-terusan membuktikan apapun ke siapapun.


Because You Are Enough Just The Way You Are.



Referensi:


Glints

Narasi TV

 

Author & Editor: Anisa Zahara



 

Comments

Rubik Puan Popular

Kesal Punya Teman Suka Ikut-Ikutan? Yuk, kenali Istilah Copy Cat Behavior!

Image by Entrepreneurship Compass   “Aku beli ini dia beli juga, aku ngelakuin ini dia juga ikut-ikutan, ih nyebelin dah!” Hai Puan! Siapa yang di sini pernah ngomel-ngomel karena merasa kesal ditiru oleh teman atau orang di sekitar Puan? Hm, memang sih memiliki tindakan, perilaku, hingga  style  yang serupa bisa saja terjadi dikarenakan memang produk-produk yang kamu pakai sedang  best seller  atau  trend  sehingga teman kamu pun juga tak sengaja membeli produk yang sama seperti kamu. Mungkin Puan cenderung merasa senang ataupun biasa saja ketika mengetahui orang terdekat Puan memiliki barang yang sama dengan kamu. Namun, bagaimana jadinya jika “persamaan” tersebut terjadi berkali-kali dan orang terdekat kamu terus menerus meniru kamu? Tentu kamu akan merasa tidak nyaman. Nah, perilaku tersebut disebut sebagai  copycat behaviour .  Copycat behaviour  merupakan perilaku menyalin atau meniru seseorang. Banyak alasan-alasan kenapa pelaku ...

Apakah Kamu Punya Cinderella Syndrom? Ini Tandanya!

  Illustrasi oleh Green Maggot Puan pasti tahu film Cinderella kan? Tentunya Puan udah nggak asing lagi sama kisah dongeng klasik ini. Selain di film, istilah Cinderella  juga dikenal di dunia nyata loh, yaitu sindrom Cinderella Complex. Yuk! Kita cari tahu lebih lanjut tentang Cinderella Complex  dan tanda-tandanya! Apa itu Cinderella Complex ? Cinderella Complex  pertama kali diperkenalkan oleh Colette Dowling, seorang terapus dalam bukunya " The Cinderella Complex: Women's Hidden Fear of Independence ". Cinderella Complex  adalah sikap dan rasa takut (tertekan) yang dialami perempuan, sehingga perempuan tidak berani memanfaatkan sepenuhnya kemampuan otak dan kreativitasnya (Dowling, 1995). Sindrom Cinderella Complex  tanpa sadar membuat perempuan ingin diurus oleh orang lain sehingga sangat ketergantungan dan nyaris tidak bisa hidup mandiri. Meskipun belum bisa dikategorikan sebagai gangguan secara psikologis, sindrom Cinderella Complex  ada kaitann...

Unlocking the It Girl Mindset: Rahasia Menjadi Versi Terbaik Dirimu

  Sumber: Pinterest Pernahkah Puan bertanya-tanya kenapa beberapa orang selalu terlihat mempesona, penuh percaya diri, dan memiliki aura yang membuat semua mata tertuju pada mereka? Apakah itu merupakan bawaan dari lahir atau ada rahasia di baliknya? Well , jawabannya hanya terletak pada satu hal, yaitu ‘ It Girl Mindset ’. Sebenarnya, apa sih ‘It Girl Mindset ’ itu? Yuk, simak pembahasannya pada artikel ini! Pengertian It Girl Mindset Melansir dari halaman Plum Healthy Fine , It Girl digambarkan sebagai perempuan yang memiliki percaya diri, modis, dan menjadi idaman bagi banyak orang. Mereka ini merupakan simbol dari kekuatan dan keanggunan dengan menjadi diri sendiri sebagai ciri khasnya. Seorang It Girl biasanya bangga untuk menjadi dirinya yang paling autentik. Oleh karena itu, banyak orang yang mengagumi mereka dan ingin menjadi seperti mereka. It Girl juga tidak bertindak dengan ragu-ragu, fokus pada tujuan serta pengembangan diri, dan tidak peduli dengan tanggapan buruk o...

Suka Nunda Kerjaan? Yuk, Kenalan Sama Prokrastinasi dan Cara Mengatasinya!

Image by Kumparan.com   Apakah Puan suka menunda-nunda pekerjaan? Ya, itulah yang dinamakan prokrastinasi, yaitu  kecenderungan seseorang untuk menunda-nunda sesuatu.  Berdasarkan penelitian, penundaan terjadi karena tugas tersebut membosankan, serta adanya perasaan frustasi, sulit, dan ambigu ketika mengerjakan tugas itu. Merasa tugas atau pekerjaan tersebut tidak bermanfaat untuk dilakukan, khususnya untuk pribadi juga membuat sebagian orang memilih untuk menunda pekerjaan. Prokrastinasi apabila dilakukan berulang dapat menimbulkan stress serta mengurangi produktivitas dan keefektivitasan kita dalam melakukan sesuatu sehingga apa yang kita kerjakan menjadi tidak optimal. Nyatanya, prokrastinasi memiliki bermacam-macam bentuk , lho Puan! Yuk, kenali bentuk-bentuk prokrastinasi : 1. The Deadliner : tipe ini cenderung suka mengerjakan pekerjaan di bawah tekanan dan menunda pekerjaannya sampai deadline mendekat. 2. The Dreamer : adalah tipe yang kreatif dan sen...

In This Economy? Ternyata Begini Cara Gen Z Jaga Kualitas Diri dan Waktu!