Puan, coba deh jujur, apakah Puan pernah merasa gugup waktu disuruh presentasi? Atau bingung harus gimana saat ada konflik di kelompok tugas? Padahal nilai Puan bagus, tugas selalu selesai tepat waktu, tapi kok tetap merasa kurang siap masuk dunia nyata?
Nah, bisa jadi Puan belum banyak dapet bekal soft skill.
Apa Sih Sebenarnya Soft Skill Itu?
Soft skill itu bukan soal pintar matematika, jago coding, atau hapal teori. Soft skill adalah kemampuan yang berhubungan dengan cara kita berinteraksi dengan orang lain, bagaimana kita berpikir, berkomunikasi, dan mengelola diri sendiri dalam berbagai situasi.
Bayangin deh, Puan kerja di sebuah tim. Tugasnya nggak terlalu sulit, tapi ternyata lebih susah kerja bareng orang yang beda gaya, beda opini, bahkan kadang nggak enakan. Nah, disinilah soft skill mulai terasa penting. Gimana cara menyampaikan ide dengan jelas, cara berkompromi, mendengar, dan menyelesaikan konflik, semua itu termasuk soft skill.
Beberapa contoh soft skill yang sering kali dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari dan dunia kerja adalah:
Kemampuan komunikasi yang jelas dan efektif, supaya ide Puan bisa diterima orang lain dengan baik.
Kerja sama tim, karena nggak semua hal bisa diselesaikan sendirian.
Manajemen waktu, supaya Puan bisa produktif tanpa burnout.
Berpikir kritis dan problem solving, untuk ngambil keputusan secara rasional, apalagi pas situasi mendesak.
Leadership, bisa mengarahkan dan mengayomi teman satu tim.
Adaptasi dan fleksibilitas, karena dunia terus berubah Puan harus bisa menyesuaikan diri.
Empati dan kecerdasan emosional. Bisa mengerti perasaan orang lain itu penting banget biar nggak bikin suasana jadi tegang terus.
Skill-skill ini termasuk yang paling dicari sama perusahaan, bahkan sering kali dianggap lebih penting dibanding nilai akademik atau kemampuan teknis. Karena sejago apapun, kalau nggak bisa kerja sama tim atau nggak paham cara komunikasi yang baik, hasil kerjanya bisa jadi nggak maksimal.
Kalau Nggak Dilatih, Apa Dampaknya?
Ketika soft skill nggak jadi bagian dari proses belajar, banyak dari kita akhirnya merasa kurang siap menghadapi dunia nyata. Jadi gampang kewalahan saat harus kerja bareng orang lain, kesulitan menyampaikan ide, atau bingung mengatur waktu antara tanggung jawab dan istirahat. Kita bisa saja terlihat pintar diatas kertas, tapi sulit diterima di lingkungan kerja atau komunitas karena kurang fleksibel atau nggak peka secara emosional.
Lalu, Gimana Cara Belajar Soft Skill?
Tapi tenang, belajar soft skill nggak harus nunggu diajarin, kok. Puan bisa mulai dari hal-hal sederhana.
Terlibat di kegiatan sosial atau komunitas. Entah itu jadi panitia, volunteer, atau proyek bareng teman, disanalah skill seperti kerja tim, komunikasi, dan kepemimpinan bisa diasah.
Belajar mendengar dan memberi feedback. Diskusi yang sehat membuat Puan lebih terbuka, empati, dan nggak cepat defensif.
Latih diri mengatur waktu. Gunakan catatan harian, to-do list, atau teknik Pomodoro buat mengatur fokus dan energi.
Cari ilmu dari mana saja. Banyak konten berkualitas di YouTube, podcast, atau kelas online yang bantu Puan belajar komunikasi, problem solving, sampai self-awareness.
Berani ambil tantangan kecil. Semakin sering keluar dari zona nyaman, semakin cepat juga Puan berkembang.
Kadang, hidup nggak cuma soal nilai bagus atau seberapa banyak yang Puan tahu, tapi Puan butuh lebih dari itu, bagaimana bisa kerja bareng orang lain, berani bicara, sabar mendengarkan, dan tetap tenang waktu segalanya nggak berjalan sesuai rencana.
Puan bisa mempelajari soft skill dari pengalaman sehari-hari. Dari ngobrol sama orang baru, ikut kegiatan, sampai berani ambil peran kecil yang membuat Puan berkembang. Karena pada akhirnya, yang buat bertahan dan bersinar bukan cuma kepintaran, tapi sikap, empati, dan keberanian untuk terus belajar jadi versi terbaik dari diri sendiri.
Sumber
'Soft skills': The intangible qualities companies crave
Author & Editor
Diinaar F. Berian
Comments
Post a Comment