Skip to main content

Lelah yang Gak Hilang? Yuk, Kenalan sama Burnout dan Cara Mengatasinya!

Puan, pernah merasa capek banget, tapi gak tahu kenapa? Tidur sudah cukup, makan teratur, tapi badan dan pikiran tetap terasa berat. Susah fokus, gampang marah, pekerjaan sederhana jadi terkesan bikin mood jelek, bahkan waktu libur pun gak nambah tenaga. Kalau Puan mengalami ini berkepanjangan, bisa jadi Puan lagi burnout.  Burnout itu Apa, Sih? Burnout itu kondisi di mana energi fisik, mental, dan emosional Puan benar-benar terkuras habis karena stres berkepanjangan, biasanya akibat pekerjaaan atau tekanan hidup yang gak ada habisnya. Beda dengan capek biasa, burnout bikin Puan ngerasa kosong, kehilangan semangat, atau bahkan sampai malas melakukan hal-hal yang dulu Puan suka.  Ciri-ciri utama burnout menurut WHO dan praktisi psikologi, antara lain: Kelelahan ekstrim, baik secara fisik, mental, maupun emosional, yang gak hilang meskipun sudah istirahat.  Terbentuknya jarak emosional atau rasa jauh dari pekerjaan, sehingga Puan merasa apatis dan gak peduli terhadap tugas ...

Soft Skill, Kunci Bertahan Puan di Dunia Nyata

 


Puan, coba deh jujur, apakah Puan pernah merasa gugup waktu disuruh presentasi? Atau bingung harus gimana saat ada konflik di kelompok tugas? Padahal nilai Puan bagus, tugas selalu selesai tepat waktu, tapi kok tetap merasa kurang siap masuk dunia nyata?

Nah, bisa jadi Puan belum banyak dapet bekal soft skill.

Apa Sih Sebenarnya Soft Skill Itu?

Soft skill itu bukan soal pintar matematika, jago coding, atau hapal teori. Soft skill adalah kemampuan yang berhubungan dengan cara kita berinteraksi dengan orang lain, bagaimana kita berpikir, berkomunikasi, dan mengelola diri sendiri dalam berbagai situasi.

Bayangin deh, Puan kerja di sebuah tim. Tugasnya nggak terlalu sulit, tapi ternyata lebih susah kerja bareng orang yang beda gaya, beda opini, bahkan kadang nggak enakan. Nah, disinilah soft skill mulai terasa penting. Gimana cara menyampaikan ide dengan jelas, cara berkompromi, mendengar, dan menyelesaikan konflik, semua itu termasuk soft skill.

Beberapa contoh soft skill yang sering kali dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari dan dunia kerja adalah:

  • Kemampuan komunikasi yang jelas dan efektif, supaya ide Puan bisa diterima orang lain dengan baik.

  • Kerja sama tim, karena nggak semua hal bisa diselesaikan sendirian.

  • Manajemen waktu, supaya Puan bisa produktif tanpa burnout.

  • Berpikir kritis dan problem solving, untuk ngambil keputusan secara rasional, apalagi pas situasi mendesak.

  • Leadership, bisa mengarahkan dan mengayomi teman satu tim.

  • Adaptasi dan fleksibilitas, karena dunia terus berubah Puan harus bisa menyesuaikan diri.

  • Empati dan kecerdasan emosional. Bisa mengerti perasaan orang lain itu penting banget biar nggak bikin suasana jadi tegang terus.

Skill-skill ini termasuk yang paling dicari sama perusahaan, bahkan sering kali dianggap lebih penting dibanding nilai akademik atau kemampuan teknis. Karena sejago apapun, kalau nggak bisa kerja sama tim atau nggak paham cara komunikasi yang baik, hasil kerjanya bisa jadi nggak maksimal.

Kalau Nggak Dilatih, Apa Dampaknya?

Ketika soft skill nggak jadi bagian dari proses belajar, banyak dari kita akhirnya merasa kurang siap menghadapi dunia nyata. Jadi gampang kewalahan saat harus kerja bareng orang lain, kesulitan menyampaikan ide, atau bingung mengatur waktu antara tanggung jawab dan istirahat. Kita bisa saja terlihat pintar diatas kertas, tapi sulit diterima di lingkungan kerja atau komunitas karena kurang fleksibel atau nggak peka secara emosional.

Lalu, Gimana Cara Belajar Soft Skill?

Tapi tenang, belajar soft skill nggak harus nunggu diajarin, kok. Puan bisa mulai dari hal-hal sederhana. 

  • Terlibat di kegiatan sosial atau komunitas. Entah itu jadi panitia, volunteer, atau proyek bareng teman, disanalah skill seperti kerja tim, komunikasi, dan kepemimpinan bisa diasah.

  • Belajar mendengar dan memberi feedback. Diskusi yang sehat membuat Puan lebih terbuka, empati, dan nggak cepat defensif.

  • Latih diri mengatur waktu. Gunakan catatan harian, to-do list, atau teknik Pomodoro buat mengatur fokus dan energi.

  • Cari ilmu dari mana saja. Banyak konten berkualitas di YouTube, podcast, atau kelas online yang bantu Puan belajar komunikasi, problem solving, sampai self-awareness.

  • Berani ambil tantangan kecil. Semakin sering keluar dari zona nyaman, semakin cepat juga Puan berkembang.

Kadang, hidup nggak cuma soal nilai bagus atau seberapa banyak yang Puan tahu, tapi Puan butuh lebih dari itu, bagaimana bisa kerja bareng orang lain, berani bicara, sabar mendengarkan, dan tetap tenang waktu segalanya nggak berjalan sesuai rencana.

Puan bisa mempelajari soft skill dari pengalaman sehari-hari. Dari ngobrol sama orang baru, ikut kegiatan, sampai berani ambil peran kecil yang membuat Puan berkembang. Karena pada akhirnya, yang buat bertahan dan bersinar bukan cuma kepintaran, tapi sikap, empati, dan keberanian untuk terus belajar jadi versi terbaik dari diri sendiri.


Sumber

Developing Soft Skills

'Soft skills': The intangible qualities companies crave

Author & Editor 

Diinaar F. Berian


Comments

Rubik Puan Popular

MAGANG BERDAMPAK TALK: Membuka Jalan Menuju Karier Impian di Tempat Bergengsi

Image by: Event Documentation JAKARTA, 6 JULI 2025 -   Bloomin Area kembali hadir dengan semangat berbagi dan menginspirasi para pemuda Indonesia melalui kegiatan webinar edukatif bertajuk "Magang di Tempat Bergengsi, Siapkan Langkah Menuju Karir Impian!" pada Minggu, 6 Juli 2025. Bertempat di Zoom Meeting, acara ini sukses mengumpulkan peserta dari berbagai latar belakang pendidikan dan organisasi. Webinar ini menghadirkan pembicara inspiratif, Utari Widya Ardhana, seorang Praktisi Ex-Data Analyst Magang Kampus Merdeka di Bank Indonesia sekaligus Duta Kampus Merdeka. Dalam sesi berbagi yang berlangsung hangat dan interaktif, Utari membedah tuntas seluk-beluk Magang Berdampak (MBer), mulai dari alur seleksi, tips strategi apply, hingga pengalaman personalnya selama menjadi bagian dari institusi sebesar Bank Indonesia. Salah satu poin penting yang disampaikan Utari adalah bagaimana MBer berbeda dari magang mandiri. MBer memiliki standarisasi, project terarah, mentoring, hingga...

Saving to Stay Sane: Hidup Hemat di Era Tekanan Konsumtif

  Image by:  Sampoerna Academy Puan, kita tau bahwa di tengah kondisi ekonomi yang terus berubah, banyak anak muda di Indonesia harus menghadapi kenyataan pahit, biaya hidup yang semakin tinggi, sementara penghasilan tidak selalu ikut naik. Mulai dari harga sewa tempat tinggal, biaya transportasi, hingga kebutuhan pokok yang semakin mahal. Semuanya semakin menjadi beban tersendiri, terutama bagi mereka yang hidup mandiri di kota besar atau baru mulai melangkah ke dunia kerja. Situasi ini mendorong munculnya kebutuhan untuk mengelola keuangan secara lebih bijak. Bukan sekadar berhemat, melainkan menjalani gaya hidup yang benar-benar memperhitungkan setiap pengeluaran. Di sinilah konsep frugal living menjadi relevan. Bukan karena ikut-ikutan tren, tapi karena memang dibutuhkan sebagai strategi bertahan di tengah tekanan ekonomi dan sosial. Lalu, Apa itu Frugal Living ? Frugal living adalah pola pikir dan gaya hidup di mana seseorang secara sadar membatasi pengeluaran yang dira...

Lelah yang Gak Hilang? Yuk, Kenalan sama Burnout dan Cara Mengatasinya!

Puan, pernah merasa capek banget, tapi gak tahu kenapa? Tidur sudah cukup, makan teratur, tapi badan dan pikiran tetap terasa berat. Susah fokus, gampang marah, pekerjaan sederhana jadi terkesan bikin mood jelek, bahkan waktu libur pun gak nambah tenaga. Kalau Puan mengalami ini berkepanjangan, bisa jadi Puan lagi burnout.  Burnout itu Apa, Sih? Burnout itu kondisi di mana energi fisik, mental, dan emosional Puan benar-benar terkuras habis karena stres berkepanjangan, biasanya akibat pekerjaaan atau tekanan hidup yang gak ada habisnya. Beda dengan capek biasa, burnout bikin Puan ngerasa kosong, kehilangan semangat, atau bahkan sampai malas melakukan hal-hal yang dulu Puan suka.  Ciri-ciri utama burnout menurut WHO dan praktisi psikologi, antara lain: Kelelahan ekstrim, baik secara fisik, mental, maupun emosional, yang gak hilang meskipun sudah istirahat.  Terbentuknya jarak emosional atau rasa jauh dari pekerjaan, sehingga Puan merasa apatis dan gak peduli terhadap tugas ...

Perfectionism: High Standards or Hidden Insecurities?

Image by:  LinkedIn Pernah ga Puan rela menghabiskan waktu berjam-jam melakukan sesuatu atau merevisi pekerjaan berkali kali?  “Ulang deh, masih kurang bagus,” atau “Duh, ada yang miring dikit, ulang lagi aja deh biar lebih bagus.” Jadinya Puan butuh waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan satu pekerjaan karena merasa kurang puas sama hasilnya yang kelihatan belum sempurna. Kayak, Puan selalu punya celah untuk notice kesalahan sekecil mungkin, padahal orang lain ga sadar ada yang salah. Kalau Puan merasa relate , bisa jadi Puan termasuk orang yang perfeksionis. Nah, Apa Sih Perfeksionis Itu? Perfeksionis sendiri merupakan orang orang yang menetapkan standar tinggi terhadap kinerja dan kepribadian mereka. Karena hal tersebut, orang orang yang perfeksionis biasanya punya ambisi yang tinggi, karena mereka menginginkan hal-hal yang mereka lakukan berakhir dengan sempurna tanpa kesalahan sekecil mungkin.  Tunggu, coba jujur sebentar. Apa benar itu soal standar tinggi? Atau ...