Langsung ke konten utama

Magang atau Kuliah Dulu? Ini Panduan Biar Kamu Tetap On Track di Dunia Kampus & Karier

Image by: hotcourses.co.id Puan, pernah nggak sih, ngerasa kayak lagi di persimpangan hidup? Di satu sisi, Puan ingin fokus kuliah, ngerjain tugas, dan jaga IP biar tetap aman, tapi di sisi lain, teman-teman Puan udah banyak yang sibuk update LinkedIn atau magang di perusahaan keren? Sementara kita baru ngerjain makalah tiga bab aja udah ngos-ngosan. Lalu muncul pertanyaan “Aku harus fokus kuliah dulu, atau mulai magang biar nggak ketinggalan ya?” Tenang, Puanners. Kalau kamu lagi ada di fase itu, kamu nggak sendirian, dan jawabannya adalah nggak harus pilih salah satu. Kuncinya bukan di urutannya, melainkan di bagaimana Puan menemukan keseimbangan dan arah dari keduanya. Kuliah Adalah Fondasi, Magang Adalah Jembatannya Kuliah itu bukan cuma tentang IP dan SKS, melainkan juga waktu untuk membentuk cara berpikir dan mengenali diri. Sementara magang jadi tempat untuk menerapkan semua teori yang udah Puan pelajari di kelas. Keduanya penting, tapi porsinya bisa beda-beda tergantung Puan la...

Burnout, Sibuk, Tapi Gak Produktif? Mungkin Puan Terjebak Time Poverty

 


Sumber: chubb.com

Puan pernah enggak merasa kalau waktu 24 jam dalam sehari enggak cukup? Bangun pagi dengan daftar tugas yang panjang, bekerja atau kuliah, mengurus keperluan pribadi, lalu tiba-tiba hari sudah berakhir tanpa sempat beristirahat. Ini namanya Puan mengalami fenomena yang disebut time poverty atau"kemiskinan waktu".

    Ini bukan sekadar soal sibuk, tapi lebih ke perasaan tidak punya cukup waktu untuk diri sendiri. Tekanan multitasking dalam karier, pendidikan, dan kehidupan sosial sering bikin Puan terjebak dalam siklus tanpa akhir. Tapi, kenapa ini lebih sering dialami perempuan? Dan, yang lebih penting, gimana cara keluar dari jebakan ini?

Apa Itu Time Poverty?

Time poverty adalah kondisi ketika seseorang merasa kekurangan waktu karena banyaknya tanggung jawab. Ini bukan hanya soal pekerjaan atau studi, tapi juga ekspektasi sosial yang menuntut Puan untuk sukses di semua lini kehidupan—karier, keluarga, dan penampilan.

Kenapa Kita Rentan Terjebak Time Poverty?

  1. Tuntutan Ganda
    Selain bekerja atau kuliah, perempuan masih sering diharapkan mengurus rumah, keluarga, dan hubungan sosial. Tugas-tugas ini sering terasa tak ada habisnya.
  2. Tekanan untuk Selalu Produktif
    Media sosial makin memperkuat bahwa perempuan harus "punya semuanya": karier cemerlang, tubuh sehat, kehidupan sosial aktif, dan tetap tampil prima. Akibatnya, banyak dari Puan merasa bersalah jika tidak sibuk.
  3. Kesulitan Mengontrol Waktu Sendiri
    Banyak perempuan menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang bukan pilihannya sendiri, seperti membantu orang lain atau terjebak dalam tugas-tugas kecil enggak ada habisnya.

Dampak Yang Bisa Time Poverty Timbulkan Untuk Diri Sendiri

  • Burnout & Stres Kronis → Terus-terusan bekerja dan berkegiatan tanpa istirahat bisa menyebabkan kelelahan fisik dan mental.
  • Produktivitas Turun → Semakin sibuk bukan berarti semakin produktif. Kurangnya istirahat justru bikin kerja jadi lebih lambat dan banyak salahnya.
  • Hidup Jadi Tidak Menyenangkan → Waktu luang untuk diri sendiri jadi barang langka. Padahal, hidup ini harus dinikmati, lho!

Cara Puan Bisa Bebas dari Time Poverty

1. Prioritaskan yang Penting & Delegasikan yang Bisa Terlebih Dahulu

Tidak semua hal harus Puan kerjakan sendiri. Fokuslah pada yang benar-benar penting, dan jangan ragu meminta bantuan dari orang lain.

2. Gunakan Time Blocking

Alokasikan waktu khusus untuk kerja, istirahat, dan aktivitas pribadi. Misalnya, setelah jam kerja, jangan buka laptop lagi!

3. Belajar Berkata "Tidak"

Sering kali, Puan merasa harus selalu menyenangkan orang lain. Padahal, berkata "tidak" pada tugas yang tidak penting itu perlu lho.

4. Manfaatkan Teknologi

Gunakan aplikasi seperti Google Calendar untuk mengatur jadwal Puan agar lebih efisien.

5. Luangkan Waktu untuk Self-Care

Me-time bukan kemewahan, tapi kebutuhan. Luangkan waktu untuk hal-hal yang membuat kamu bahagia tanpa merasa bersalah.

      Jadi, kapan terakhir kali Puan benar-benar meluangkan waktu untuk diri sendiri? Jika terus sibuk tanpa henti, siapa yang akan peduli dengan kesejahteraanmu kalau bukan dirimu sendiri? Saatnya istirahat sejenak, menetapkan prioritas, dan berkata “tidak” pada hal yang enggak penting. Waktu Puan berharga—jangan dibiarkan habis gitu aja yaa! 💪⏳✨

 

REFERENSI

Can We Afford to be Time Poor? The Hidden Tax of Time Poverty

A Psychologist Explains The Concept Of ‘Time Poverty’—And Offers 4 Fixes


Penulis & Editor

Diinaar F. Berlian

Komentar

Rubik Puan Popular

Kenyataan Work-Life Balance yang Sering Disalahpahami

Puan nggak sih Puan ngerasa kayak semua hal minta waktu di saat yang sama kuliah, kerja, organisasi, bahkan diri Puan sendiri? Semua bilang “harus seimbang,” tapi nggak ada yang ngajarin gimana caranya. Akhirnya, kita terus coba jadi semuanya: anak yang berbakti, teman yang ada, mahasiswa yang aktif, pekerja yang nggak pernah telat, padahal diam-diam… kita cuma pengen napas sebentar. Mitos 50:50 dan kenapa ia berbahaya Work-life balance sering disalahpahami kayak rumus matematika 50% kerja, 50% istirahat. Padahal hidup nggak sesederhana itu. Keseimbangan bukan angka tetap, tapi kemampuan untuk menyesuaikan fokus sesuai fase hidup. Ada masa di mana Puan lagi all-out di karier atau kampus, dan itu nggak salah. Ada masa juga di mana Puan lagi perlu berhenti, pulih, dan mengembalikan energi dan itu juga bagian dari seimbang. American Psychological Association (2021), mencatat bahwa ketika keseimbangan kerja dan hidup terganggu, stres kronis dan burnout mudah muncul. Jadi, “seimbang” buk...

Magang atau Kuliah Dulu? Ini Panduan Biar Kamu Tetap On Track di Dunia Kampus & Karier

Image by: hotcourses.co.id Puan, pernah nggak sih, ngerasa kayak lagi di persimpangan hidup? Di satu sisi, Puan ingin fokus kuliah, ngerjain tugas, dan jaga IP biar tetap aman, tapi di sisi lain, teman-teman Puan udah banyak yang sibuk update LinkedIn atau magang di perusahaan keren? Sementara kita baru ngerjain makalah tiga bab aja udah ngos-ngosan. Lalu muncul pertanyaan “Aku harus fokus kuliah dulu, atau mulai magang biar nggak ketinggalan ya?” Tenang, Puanners. Kalau kamu lagi ada di fase itu, kamu nggak sendirian, dan jawabannya adalah nggak harus pilih salah satu. Kuncinya bukan di urutannya, melainkan di bagaimana Puan menemukan keseimbangan dan arah dari keduanya. Kuliah Adalah Fondasi, Magang Adalah Jembatannya Kuliah itu bukan cuma tentang IP dan SKS, melainkan juga waktu untuk membentuk cara berpikir dan mengenali diri. Sementara magang jadi tempat untuk menerapkan semua teori yang udah Puan pelajari di kelas. Keduanya penting, tapi porsinya bisa beda-beda tergantung Puan la...

Growth Mindset vs Fixed Mindset: Pilihan Pola Pikir yang Menentukan Masa Depan

Image by  Source of Insight Manusia pada dasarnya diciptakan berbeda beda ya, Puan, begitu juga dengan mindset yang dibangun oleh diri kita sendiri. Menurut Carol Dweck psikologi dari Stanford University mindset terbagi menjadi dua yaitu fixed mindset dan growth mindset . Apa itu fixed mindset ? Fixed mindset merupakan pola pikir yang percaya bahwa suatu kecerdasan ataupun bakat dalam individu yang sifatnya tidak akan pernah berubah. Orang yang mempunyai fixed mindset cenderung mudah menyerah, tidak mau ambil resiko atas tantangan dalam hidup serta mudah merasa terancam atas keberhasilan orang lain. Lalu, apa itu growth mindset ? Growth mindset merupakan pola pikir yang ingin selalu berkembang dan percaya bahwa sebuah kesuksesan bisa didapatkan dengan kerja keras. Dengan kata lain seorang yang mempunyai growth mindset akan selalu tampil berani serta mencoba hal-hal baru. Perbedaan kedua mindset ini apasih? Fixed mindset Menghindari tantangan karena takut dengan kegagalan te...

Fear of Being Perceived: Alasan Kamu Takut Kena Judge

             Puan, dalam ruang sosial pernah nggak sih merasa bahwa ada banyak pasang mata yang seakan mengikuti setiap gerak-gerik? Seakan tatapan orang lain yang bahkan belum tentu kita kenal aja secara nggak langsung memvalidasikan sesuatu yang kita lakukan. Contohnya saat Puan keluar rumah ada kecenderungan untuk tampil secara baik.  Dalam hal ini, semua yang Puan pakai harus menyesuaikan ekspektasi banyak orang di zaman ini. Apa yang kita unggah ke media sosial adalah sisi yang paling baik, tapi belum tentu sisi yang benar-benar mencerminkan diri sendiri. Apa Itu Fear of Being Perceived? Menurut sumber web Psychology Today, pada dasarnya setiap individu memiliki keinginan untuk divalidasi, dilihat, dan dianggap oleh orang lain sebagaimana versi diri kita yang sebenar-benarnya. Namun, dalam perjalanannya mungkin kita pernah mengalami kritik berlebih atau dianggap aneh ketika mencoba menjadi diri sendiri. Sehingga ketika kita mencoba menja...

Spiral of Silence Theory: Jadi Minoritas Jarang Didengar

source: Kompasiana.com Spiral of Silence Theory   atau yang disebut dengan teori spiral keheningan, mungkin terdengar asing ya, Puan? Tapi apakah kamu pernah merasa ketika ingin menyampaikan pendapat dalam suatu isu, namun ada keraguan dan ketakutan karena nanti menjadi terisolasi sendiri, sehingga pendapat tersebut tak jadi kamu disampaikan? Teori spiral keheningan atau  spiral of silence theory  ini pertama kali dicetuskan oleh  Elisabeth Noelle Neumann  (1973) mengenai kelompok minoritas yang cenderung akan menjadi diam atau tidak berani menyampaikan pendapatnya karena takut akan terisolasi dari lingkungan disekitarnya. Maka sering kali, minoritas mengikuti pendapat kelompok mayoritas. source: kumparan.com Dalam lingkup sosial hal ini sering terjadi, bahkan orang cenderung menghindarinya dan lebih memilih mengikuti pendapat mayoritas dengan anggapan bahwa tidak akan merasa sendiri atau terisolasi di tengah masyarakat. Melihat perilaku masyarakat Indonesia ya...