Skip to main content

Lelah yang Gak Hilang? Yuk, Kenalan sama Burnout dan Cara Mengatasinya!

Puan, pernah merasa capek banget, tapi gak tahu kenapa? Tidur sudah cukup, makan teratur, tapi badan dan pikiran tetap terasa berat. Susah fokus, gampang marah, pekerjaan sederhana jadi terkesan bikin mood jelek, bahkan waktu libur pun gak nambah tenaga. Kalau Puan mengalami ini berkepanjangan, bisa jadi Puan lagi burnout.  Burnout itu Apa, Sih? Burnout itu kondisi di mana energi fisik, mental, dan emosional Puan benar-benar terkuras habis karena stres berkepanjangan, biasanya akibat pekerjaaan atau tekanan hidup yang gak ada habisnya. Beda dengan capek biasa, burnout bikin Puan ngerasa kosong, kehilangan semangat, atau bahkan sampai malas melakukan hal-hal yang dulu Puan suka.  Ciri-ciri utama burnout menurut WHO dan praktisi psikologi, antara lain: Kelelahan ekstrim, baik secara fisik, mental, maupun emosional, yang gak hilang meskipun sudah istirahat.  Terbentuknya jarak emosional atau rasa jauh dari pekerjaan, sehingga Puan merasa apatis dan gak peduli terhadap tugas ...

Hidup Tanpa FOPO: Rahasia Menjadi Lebih Percaya Diri

 

    Image by pngtree.com

Puan pernah enggak sih saat ketika sudah rapi lalu berdiri di depan cermin sambil bertanya ke diri sendiri, seperti “Penampilan aku udah OK belum ya?”, “Make up aku berlebihan enggak ya?”, atau “Aku kelihatan aneh enggak ya pakai baju ini?”. Pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul karena Puan khawatir dengan pandangan orang lain? Kalau iya, bisa saja Puan sedang mengalami FOPO atau Fear of Other People’s Opinions.

Apa itu FOPO?

Mengutip dari laman Harvard Business Review, Fear of Other People’s Opinions atau FOPO merupakan istilah yang mengarah pada perasaan cemas yang berlebihan terhadap pandangan orang lain. Alasan timbulnya perasaan cemas, takut, atau tegang ketika akan melakukan suatu aktivitas yang melibatkan banyak orang ialah karena khawatir terhadap ketidaksetujuan sosial pada diri sendiri.


Istilah FOPO dicetuskan oleh Michael Gervais, PhD seorang psikolog sekaligus penulis, yang memiliki pandangan bahwa rasa ketakutan ini merupakan bagian dari kondisi manusia karena kita beroperasi dengan otak yang kuno. Keinginan untuk selalu diterima dan mendapatkan pengakuan menyebabkan Puan menjadi menjalani kehidupan bergerak sesuai dengan pandangan atau keputusan orang lain. Puan menjadi takut untuk terlihat berbeda dari orang lain, sulit mengatakan tidak, dan menjadi sering meminta maaf walaupun tidak melakukan kesalahan.


Penyebab terjadinya FOPO

Ketakutan terhadap pandangan orang lain dapat menghambat kebebasan Puan dalam berekspresi, menjadi kurang percaya diri, bahkan bisa memengaruhi kondisi kesehatan mental. Tentunya ketakutan ini tidak muncul begitu saja, ada sejumlah penyebab yang menimbulkan FOPO.


  1. Lingkungan sosial dan budaya

Psikolog UGM, T. Novi Poespita Candra, S.Psi., M.Si., Ph.D., menjelaskan bahwa budaya feodalisme dan konformitas yang masih cukup melekat di beberapa wilayah di Indonesia memiliki peranan penting dalam memicu terbentuknya FOPO pada masyarakat Indonesia.


Di lingkungan masyarakat masih sangat menghargai akan persetujuan sosial dan keberagaman. Sejak kecil kita sering dianggap aneh ketika memiliki pemikiran yang berbeda dan selalu diajari untuk memiliki pemikiran yang sama dengan anak yang lainnya, dengan dalih keseragaman. Ini menyebabkan seseorang menjadi tidak mengenal secara baik dirinya sendiri. Seseorang yang kurang memiliki kesadaran terhadap diri sendiri menjadi sering mengalami kecemasan terhadap pendapat orang lain dan takut ketika memiliki pemikiran yang berbeda


  1. Pendidikan

Sistem pendidikan yang cenderung lebih berfokus pada nilai dan peringkat juga dapat meningkatkan FOPO pada seseorang. Sebab siswa akan merasa bahwa harga diri mereka bergantung pada penilaian orang lain yang dilihat dari nilai atau peringkat yang diperoleh bukan dari usaha yang selama ini diupayakan, seperti perkembangan pribadi.


  1. Media sosial

Dibalik berbagai kemudahan yang ditawarkan, ternyata media sosial menjadi salah satu faktor terbesar dalam perkembangan FOPO. Melalui media sosial seseorang bisa bebas untuk mengekspresikan dirinya. Namun, ternyata ini menjadikan seseorang membandingkan diri mereka dengan orang lain. Akibatnya muncul perasaan ketakutan akan pandangan negatif dari orang lain karena merasa bahwa hidupnya tidak cukup baik dengan kehidupan orang yang ada di media sosial.


  1. Pengalaman masa kecil

Anak-anak yang sering dikritik atau dipermalukan oleh orang tua atau teman sebayanya cenderung akan memiliki ketakutan pada penilaian orang lain saat dewasa. Sebab pengalaman-pengalaman tersebut bisa membentuk pola pikir bahwa pandangan orang lain merupakan hal yang penting. Kritikan menjadi hal yang harus dihindari, sehingga seseorang akan cenderung bersikap sesuai dengan persetujuan dari orang lain.


Cara mengatasi FOPO

FOPO dapat mengakibatkan gangguan kecemasan sosial dan ini tentunya tidak baik bagi kesehatan mental Puan. Sebab Puan bisa menjadi mudah stres ketika melakukan kesalahan atau kegagalan. Selain itu, bisa saja jadi tidak mengetahui secara pasti keinginan diri sendiri karena terlalu mengikuti pemikiran orang lain. Kondisi ini tidak bisa dibiarkan terus berlangsung seperti itu. Puan bisa mencoba melakukan beberapa hal berikut untuk mengatasinya.


  1. Tumbuhkan kesadaran diri sendiri

Mulailah dengan mengenali diri sendiri lebih mendalam. Puan bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk diri sendiri, seperti apa yang membuat bahagia, hal apa yang dapat membuat kamu cemas atau takut, kapan biasanya hal itu terjadi, dan pertanyaan lainnya. Dengan begitu Puan dapat mulai mengidentifikasi apa saja yang dapat memperkuat munculnya FOPO diri.


  1. Bangun rasa percaya diri

Coba temukan filosofi pribadi sesuai dengan prinsip atau nilai hidup yang bisa menjadi pedoman hidup. Puan juga bisa meningkatkan rasa percaya diri dengan mengucapkan afirmasi positif pada diri sendiri. Lakukan hal-hal tersebut dengan komitmen sehingga bisa menjadi diri sendiri dan lebih menghargai diri sendiri.


  1. Ingatlah semua orang dapat membuat kesalahan

Tidak ada makhluk yang sempurna, setiap orang pernah melakukan kesalahan, baik besar maupun kecil. Jadikan kesalahan sebagai sebuah pelajaran untuk bisa lebih baik kedepannya. Lupakan perkataan-perkataan negatif dengan fokus untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri.


  1. Cari lingkungan yang positif

Berada diantara orang-orang yang bisa menerima keberadaan Puan, termasuk kekurangan ataupun kelebihan, memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan mental. Sehingga bisa mengurangi rasa takut terhadap penilaian orang lain. 


  1. Hubungi ahli profesional

Keberadaan ahli profesional, seperti psikolog, tentunya dapat membantu Puan untuk mengatasi kecemasan atau ketakutan terhadap penilaian orang lain. Bahkan mereka juga dapat membantu dalam menemukan akar masalah dari permasalahan yang sedang dihadapi.



Setiap orang mungkin pernah memiliki ketakutan terhadap penilaian orang lain pada dirinya yang membedakan ialah bagaimana mereka menyikapi hal tersebut. Cobalah untuk mencari lingkungan yang positif yang dapat membantu Puan untuk mengatasi ketakutan tersebut. Perlu diingat bahwa tidak semua kritik atau penilaian negatif merupakan hal yang tidak bermanfaat. Jangan sampai justru diri sendirilah yang terlalu menghakimi dengan keras. Jadi jangan ragu untuk meminta bantuan dari para profesional yang ahli dibidang kesehatan mental.



REFERENSI:



Penulis: Farah Unzuria S

Editor: Farah Unzuria S


Comments

Rubik Puan Popular

MAGANG BERDAMPAK TALK: Membuka Jalan Menuju Karier Impian di Tempat Bergengsi

Image by: Event Documentation JAKARTA, 6 JULI 2025 -   Bloomin Area kembali hadir dengan semangat berbagi dan menginspirasi para pemuda Indonesia melalui kegiatan webinar edukatif bertajuk "Magang di Tempat Bergengsi, Siapkan Langkah Menuju Karir Impian!" pada Minggu, 6 Juli 2025. Bertempat di Zoom Meeting, acara ini sukses mengumpulkan peserta dari berbagai latar belakang pendidikan dan organisasi. Webinar ini menghadirkan pembicara inspiratif, Utari Widya Ardhana, seorang Praktisi Ex-Data Analyst Magang Kampus Merdeka di Bank Indonesia sekaligus Duta Kampus Merdeka. Dalam sesi berbagi yang berlangsung hangat dan interaktif, Utari membedah tuntas seluk-beluk Magang Berdampak (MBer), mulai dari alur seleksi, tips strategi apply, hingga pengalaman personalnya selama menjadi bagian dari institusi sebesar Bank Indonesia. Salah satu poin penting yang disampaikan Utari adalah bagaimana MBer berbeda dari magang mandiri. MBer memiliki standarisasi, project terarah, mentoring, hingga...

Saving to Stay Sane: Hidup Hemat di Era Tekanan Konsumtif

  Image by:  Sampoerna Academy Puan, kita tau bahwa di tengah kondisi ekonomi yang terus berubah, banyak anak muda di Indonesia harus menghadapi kenyataan pahit, biaya hidup yang semakin tinggi, sementara penghasilan tidak selalu ikut naik. Mulai dari harga sewa tempat tinggal, biaya transportasi, hingga kebutuhan pokok yang semakin mahal. Semuanya semakin menjadi beban tersendiri, terutama bagi mereka yang hidup mandiri di kota besar atau baru mulai melangkah ke dunia kerja. Situasi ini mendorong munculnya kebutuhan untuk mengelola keuangan secara lebih bijak. Bukan sekadar berhemat, melainkan menjalani gaya hidup yang benar-benar memperhitungkan setiap pengeluaran. Di sinilah konsep frugal living menjadi relevan. Bukan karena ikut-ikutan tren, tapi karena memang dibutuhkan sebagai strategi bertahan di tengah tekanan ekonomi dan sosial. Lalu, Apa itu Frugal Living ? Frugal living adalah pola pikir dan gaya hidup di mana seseorang secara sadar membatasi pengeluaran yang dira...

Lelah yang Gak Hilang? Yuk, Kenalan sama Burnout dan Cara Mengatasinya!

Puan, pernah merasa capek banget, tapi gak tahu kenapa? Tidur sudah cukup, makan teratur, tapi badan dan pikiran tetap terasa berat. Susah fokus, gampang marah, pekerjaan sederhana jadi terkesan bikin mood jelek, bahkan waktu libur pun gak nambah tenaga. Kalau Puan mengalami ini berkepanjangan, bisa jadi Puan lagi burnout.  Burnout itu Apa, Sih? Burnout itu kondisi di mana energi fisik, mental, dan emosional Puan benar-benar terkuras habis karena stres berkepanjangan, biasanya akibat pekerjaaan atau tekanan hidup yang gak ada habisnya. Beda dengan capek biasa, burnout bikin Puan ngerasa kosong, kehilangan semangat, atau bahkan sampai malas melakukan hal-hal yang dulu Puan suka.  Ciri-ciri utama burnout menurut WHO dan praktisi psikologi, antara lain: Kelelahan ekstrim, baik secara fisik, mental, maupun emosional, yang gak hilang meskipun sudah istirahat.  Terbentuknya jarak emosional atau rasa jauh dari pekerjaan, sehingga Puan merasa apatis dan gak peduli terhadap tugas ...

Perfectionism: High Standards or Hidden Insecurities?

Image by:  LinkedIn Pernah ga Puan rela menghabiskan waktu berjam-jam melakukan sesuatu atau merevisi pekerjaan berkali kali?  “Ulang deh, masih kurang bagus,” atau “Duh, ada yang miring dikit, ulang lagi aja deh biar lebih bagus.” Jadinya Puan butuh waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan satu pekerjaan karena merasa kurang puas sama hasilnya yang kelihatan belum sempurna. Kayak, Puan selalu punya celah untuk notice kesalahan sekecil mungkin, padahal orang lain ga sadar ada yang salah. Kalau Puan merasa relate , bisa jadi Puan termasuk orang yang perfeksionis. Nah, Apa Sih Perfeksionis Itu? Perfeksionis sendiri merupakan orang orang yang menetapkan standar tinggi terhadap kinerja dan kepribadian mereka. Karena hal tersebut, orang orang yang perfeksionis biasanya punya ambisi yang tinggi, karena mereka menginginkan hal-hal yang mereka lakukan berakhir dengan sempurna tanpa kesalahan sekecil mungkin.  Tunggu, coba jujur sebentar. Apa benar itu soal standar tinggi? Atau ...

Soft Skill, Kunci Bertahan Puan di Dunia Nyata

  Sumber:  istockphoto.com P uan, coba deh jujur, apakah Puan pernah merasa gugup waktu disuruh presentasi? Atau bingung harus gimana saat ada konflik di kelompok tugas? Padahal nilai Puan bagus, tugas selalu selesai tepat waktu, tapi kok tetap merasa kurang siap masuk dunia nyata? Nah, bisa jadi Puan belum banyak dapet bekal soft skill. Apa Sih Sebenarnya Soft Skill Itu? Soft skill itu bukan soal pintar matematika, jago coding, atau hapal teori. Soft skill adalah kemampuan yang berhubungan dengan cara kita berinteraksi dengan orang lain, bagaimana kita berpikir, berkomunikasi, dan mengelola diri sendiri dalam berbagai situasi. Bayangin deh, Puan kerja di sebuah tim. Tugasnya nggak terlalu sulit, tapi ternyata lebih susah kerja bareng orang yang beda gaya, beda opini, bahkan kadang nggak enakan. Nah, disinilah soft skill mulai terasa penting. Gimana cara menyampaikan ide dengan jelas, cara berkompromi, mendengar, dan menyelesaikan konflik, semua itu termasuk soft skill. B...