Langsung ke konten utama

Magang atau Kuliah Dulu? Ini Panduan Biar Kamu Tetap On Track di Dunia Kampus & Karier

Image by: hotcourses.co.id Puan, pernah nggak sih, ngerasa kayak lagi di persimpangan hidup? Di satu sisi, Puan ingin fokus kuliah, ngerjain tugas, dan jaga IP biar tetap aman, tapi di sisi lain, teman-teman Puan udah banyak yang sibuk update LinkedIn atau magang di perusahaan keren? Sementara kita baru ngerjain makalah tiga bab aja udah ngos-ngosan. Lalu muncul pertanyaan “Aku harus fokus kuliah dulu, atau mulai magang biar nggak ketinggalan ya?” Tenang, Puanners. Kalau kamu lagi ada di fase itu, kamu nggak sendirian, dan jawabannya adalah nggak harus pilih salah satu. Kuncinya bukan di urutannya, melainkan di bagaimana Puan menemukan keseimbangan dan arah dari keduanya. Kuliah Adalah Fondasi, Magang Adalah Jembatannya Kuliah itu bukan cuma tentang IP dan SKS, melainkan juga waktu untuk membentuk cara berpikir dan mengenali diri. Sementara magang jadi tempat untuk menerapkan semua teori yang udah Puan pelajari di kelas. Keduanya penting, tapi porsinya bisa beda-beda tergantung Puan la...

Mindfulness: Ketika Puan Belajar Hadir Sepenuhnya

 Puan pernah gak sih, merasa hari-hari padat, tapi di penghujung hari rasanya tetap hampa? Semua dikerjakan, tapi rasanya autopilot. Makan sambil scroll, ngobrol sambil mikirin kerjaan, istirahat pun masih kepikiran to-do list. 

Nah, itu mungkin pertanda bahwa Puan kehilangan satu hal penting, yaitu kehadiran diri. Dan di sinilah mindfulness bisa jadi jawabannya.

Apa itu Mindfulness?

Mindfulness adalah kemampuan untuk sadar penuh pada momen saat ini, tanpa menghakimi. Bukan soal meditasi di pegunungan atau duduk berjam-jam. Namun, tentang hadir di tengah rutinitas, benar-benar merasakan, bukan sekadar menjalani. 

Menurut Jon Kabat-Zinn, pelopor mindfulness modern dan pendiri program Mindfulness-Based Stress Reduction (MBSR), mindfulness adalah:

“Kesadaran yang muncul dari memberi perhatian, dengan sengaja, pada saat ini, tanpa menghakimi.”

Kenapa Puan Kehilangan Kehadiran?

Dengan kehidupan modern yang penuh distraksi: notifikasi, target, ekspektasi sosial, dan tekanan waktu. Puan jadi jago multitasking, tapi gagal untuk benar-benar merasakan satu hal secara utuh. 

Padahal, riset dari Harvard menunjukkan bahwa pikiran yang mengembara atau mind-wandering dapat membuat seseorang kurang bahagia, bahkan ketika sedang melakukan hal menyenangkan. 

Manfaat  Mindfulness dalam Hidup Puan

Ada banyak manfaat dari mindfulness, di antaranya  adalah:

  • Mengurangi stress  dan burnout

  • Meningkatkan fokus dan produktivitas 

  • Memperbaiki hubungan dan empati

  • Mengenal emosi diri tanpa tenggelam di dalamnya

Cara Memulai Mindfulness 

Berikut ini adalah cara praktis yang dapat Puan terapkan untuk memulai mindfulness, yaitu:

  1. Rasakan napas selama 1 menit tanpa perlu mengatur apa-apa.

  2. Makan tanpa distraksi untuk merasakan tekstur, rasa, dan aroma makanan. 

  3. Mindful break dengan cara mengalihkan perhatian ke tubuh dan pernapasan saat jeda kuliah/kerja.

  4. Menulis perasaan tanpa sensor untuk menyadari, bukan menganalisis.

  5. Menyadari tubuh saat jalan, duduk, atau cuci tangan. Momen kecil bisa menjadi latihan sadar. 

Pada Akhirnya,

Mindfulness bukan tentang menjadi tenang terus. Akan tetapi, tentang bertemu diri sendiri apa adanya, di tengah kesibukan dan suara bising dunia. Karena seringkali kita lupa hadir untuk menyadari.


Referensi:
  • Kabat-Zinn, J. (1994). Wherever You Go, There You Are.

  • Killingsworth, M. A., & Gilbert, D. T. (2010). “A Wandering Mind Is an Unhappy Mind.” Science, 330(6006), 932.

  • Creswell, J. D. (2017). “Mindfulness Interventions.” Annual Review of Psychology, 68, 491–516.

  • American Psychological Association. (2019). “Mindfulness Meditation: A Research-Proven Way to Reduce Stress.”


Author & Editor: Daru Sekar Arum

Komentar

Rubik Puan Popular

Kenyataan Work-Life Balance yang Sering Disalahpahami

Puan nggak sih Puan ngerasa kayak semua hal minta waktu di saat yang sama kuliah, kerja, organisasi, bahkan diri Puan sendiri? Semua bilang “harus seimbang,” tapi nggak ada yang ngajarin gimana caranya. Akhirnya, kita terus coba jadi semuanya: anak yang berbakti, teman yang ada, mahasiswa yang aktif, pekerja yang nggak pernah telat, padahal diam-diam… kita cuma pengen napas sebentar. Mitos 50:50 dan kenapa ia berbahaya Work-life balance sering disalahpahami kayak rumus matematika 50% kerja, 50% istirahat. Padahal hidup nggak sesederhana itu. Keseimbangan bukan angka tetap, tapi kemampuan untuk menyesuaikan fokus sesuai fase hidup. Ada masa di mana Puan lagi all-out di karier atau kampus, dan itu nggak salah. Ada masa juga di mana Puan lagi perlu berhenti, pulih, dan mengembalikan energi dan itu juga bagian dari seimbang. American Psychological Association (2021), mencatat bahwa ketika keseimbangan kerja dan hidup terganggu, stres kronis dan burnout mudah muncul. Jadi, “seimbang” buk...

Magang atau Kuliah Dulu? Ini Panduan Biar Kamu Tetap On Track di Dunia Kampus & Karier

Image by: hotcourses.co.id Puan, pernah nggak sih, ngerasa kayak lagi di persimpangan hidup? Di satu sisi, Puan ingin fokus kuliah, ngerjain tugas, dan jaga IP biar tetap aman, tapi di sisi lain, teman-teman Puan udah banyak yang sibuk update LinkedIn atau magang di perusahaan keren? Sementara kita baru ngerjain makalah tiga bab aja udah ngos-ngosan. Lalu muncul pertanyaan “Aku harus fokus kuliah dulu, atau mulai magang biar nggak ketinggalan ya?” Tenang, Puanners. Kalau kamu lagi ada di fase itu, kamu nggak sendirian, dan jawabannya adalah nggak harus pilih salah satu. Kuncinya bukan di urutannya, melainkan di bagaimana Puan menemukan keseimbangan dan arah dari keduanya. Kuliah Adalah Fondasi, Magang Adalah Jembatannya Kuliah itu bukan cuma tentang IP dan SKS, melainkan juga waktu untuk membentuk cara berpikir dan mengenali diri. Sementara magang jadi tempat untuk menerapkan semua teori yang udah Puan pelajari di kelas. Keduanya penting, tapi porsinya bisa beda-beda tergantung Puan la...

Growth Mindset vs Fixed Mindset: Pilihan Pola Pikir yang Menentukan Masa Depan

Image by  Source of Insight Manusia pada dasarnya diciptakan berbeda beda ya, Puan, begitu juga dengan mindset yang dibangun oleh diri kita sendiri. Menurut Carol Dweck psikologi dari Stanford University mindset terbagi menjadi dua yaitu fixed mindset dan growth mindset . Apa itu fixed mindset ? Fixed mindset merupakan pola pikir yang percaya bahwa suatu kecerdasan ataupun bakat dalam individu yang sifatnya tidak akan pernah berubah. Orang yang mempunyai fixed mindset cenderung mudah menyerah, tidak mau ambil resiko atas tantangan dalam hidup serta mudah merasa terancam atas keberhasilan orang lain. Lalu, apa itu growth mindset ? Growth mindset merupakan pola pikir yang ingin selalu berkembang dan percaya bahwa sebuah kesuksesan bisa didapatkan dengan kerja keras. Dengan kata lain seorang yang mempunyai growth mindset akan selalu tampil berani serta mencoba hal-hal baru. Perbedaan kedua mindset ini apasih? Fixed mindset Menghindari tantangan karena takut dengan kegagalan te...

Fear of Being Perceived: Alasan Kamu Takut Kena Judge

             Puan, dalam ruang sosial pernah nggak sih merasa bahwa ada banyak pasang mata yang seakan mengikuti setiap gerak-gerik? Seakan tatapan orang lain yang bahkan belum tentu kita kenal aja secara nggak langsung memvalidasikan sesuatu yang kita lakukan. Contohnya saat Puan keluar rumah ada kecenderungan untuk tampil secara baik.  Dalam hal ini, semua yang Puan pakai harus menyesuaikan ekspektasi banyak orang di zaman ini. Apa yang kita unggah ke media sosial adalah sisi yang paling baik, tapi belum tentu sisi yang benar-benar mencerminkan diri sendiri. Apa Itu Fear of Being Perceived? Menurut sumber web Psychology Today, pada dasarnya setiap individu memiliki keinginan untuk divalidasi, dilihat, dan dianggap oleh orang lain sebagaimana versi diri kita yang sebenar-benarnya. Namun, dalam perjalanannya mungkin kita pernah mengalami kritik berlebih atau dianggap aneh ketika mencoba menjadi diri sendiri. Sehingga ketika kita mencoba menja...

Spiral of Silence Theory: Jadi Minoritas Jarang Didengar

source: Kompasiana.com Spiral of Silence Theory   atau yang disebut dengan teori spiral keheningan, mungkin terdengar asing ya, Puan? Tapi apakah kamu pernah merasa ketika ingin menyampaikan pendapat dalam suatu isu, namun ada keraguan dan ketakutan karena nanti menjadi terisolasi sendiri, sehingga pendapat tersebut tak jadi kamu disampaikan? Teori spiral keheningan atau  spiral of silence theory  ini pertama kali dicetuskan oleh  Elisabeth Noelle Neumann  (1973) mengenai kelompok minoritas yang cenderung akan menjadi diam atau tidak berani menyampaikan pendapatnya karena takut akan terisolasi dari lingkungan disekitarnya. Maka sering kali, minoritas mengikuti pendapat kelompok mayoritas. source: kumparan.com Dalam lingkup sosial hal ini sering terjadi, bahkan orang cenderung menghindarinya dan lebih memilih mengikuti pendapat mayoritas dengan anggapan bahwa tidak akan merasa sendiri atau terisolasi di tengah masyarakat. Melihat perilaku masyarakat Indonesia ya...