Langsung ke konten utama

Magang atau Kuliah Dulu? Ini Panduan Biar Kamu Tetap On Track di Dunia Kampus & Karier

Image by: hotcourses.co.id Puan, pernah nggak sih, ngerasa kayak lagi di persimpangan hidup? Di satu sisi, Puan ingin fokus kuliah, ngerjain tugas, dan jaga IP biar tetap aman, tapi di sisi lain, teman-teman Puan udah banyak yang sibuk update LinkedIn atau magang di perusahaan keren? Sementara kita baru ngerjain makalah tiga bab aja udah ngos-ngosan. Lalu muncul pertanyaan “Aku harus fokus kuliah dulu, atau mulai magang biar nggak ketinggalan ya?” Tenang, Puanners. Kalau kamu lagi ada di fase itu, kamu nggak sendirian, dan jawabannya adalah nggak harus pilih salah satu. Kuncinya bukan di urutannya, melainkan di bagaimana Puan menemukan keseimbangan dan arah dari keduanya. Kuliah Adalah Fondasi, Magang Adalah Jembatannya Kuliah itu bukan cuma tentang IP dan SKS, melainkan juga waktu untuk membentuk cara berpikir dan mengenali diri. Sementara magang jadi tempat untuk menerapkan semua teori yang udah Puan pelajari di kelas. Keduanya penting, tapi porsinya bisa beda-beda tergantung Puan la...

Belajar dari Roti Gosong: Mengubah Kesulitan Jadi Kesempatan


Puan, pernah nggak sih ngalamin kejadian yang bikin langsung mikir, "Duh, kok hari ini aku apes banget ya?" Misalnya, salah belok di perempatan, outfit kesayangan ketumpahan kopi, atau lupa bawa dompet. Wajar banget kok kalau jadi bad mood dan bawaannya pengen ngeluh terus, tapi jangan sampai kejadian-kejadian menyebalkan itu ngerusak sisa hari Puan ya.

At the end of the day, semua kesulitan itu pasti bisa dilewati dengan baik kok. Siapa tahu itu justru membawa Puan ke hal-hal baik yang nggak terduga. Masa sih? Nah, ini yang dinamain Burnt Toast Theory. Penasaran kenapa roti gosong bisa jadi filosofi hidup? Yuk, kita bahas!


Burnt Toast Theory Itu Apa Sih?

Burnt Toast Theory adalah cara berpikir untuk menyikapi kejadian menyebalkan dengan santai. Intinya, teori ini mengajarkan kita kalau setiap kesulitan yang kita temui itu sebenarnya lagi membuka jalan untuk sesuatu yang lebih baik.

Terus, apa hubungannya sama roti gosong? Filosofi ini berasal dari gagasan sederhana saat seseorang lagi bikin roti panggang buat sarapan, tapi malah gosong gara-gara kelupaan diangkat. Nah, dari situ, dia punya dua pilihan:

  • Menganggapnya sebagai bencana: Bad mood, terlambat, dan jadi nggak fokus ngerjain hal lainnya.

  • Menganggapnya sebagai "kode" dari alam semesta: Mungkin itu ada hikmahnya, kayak jadi nggak kena macet atau ketemu teman lama.

Menurut Dr. Markley dari Cleveland Clinic, mau roti gosong itu beneran mengubah jalannya hari atau nggak, yang jelas kejadian menyebalkan kayak gitu ngasih kita kesempatan buat belajar gimana cara mengelola emosi, berpikir lebih jernih, dan reset fokus. Jadi, kejadian menyebalkan pun punya sisi positifnya sendiri. Nah, dari sini mungkin Puan bertanya-tanya, apa bedanya ini sama toxic positivity? Eits, jangan salah.


Burnt Toast Theory Berbeda dengan Toxic Positivity

Toxic Positivity itu berarti memaksakan diri atau orang lain buat selalu berpikir positif, padahal lagi di situasi sulit atau sedih. Nah, Burnt Toast Theory nggak begitu. Teori ini justru mengakui kalau kejadian menyebalkan emang bikin kita frustrasi atau bad mood di awal, tapi kita juga bisa melihatnya dari sudut pandang yang lebih luas, bahwa mungkin ada hikmah di baliknya. Ini bukan tentang menekan emosi negatif, melainkan tentang mencari harapan dan kesempatan di tengah ketidaknyamanan.

Makanya, Burnt Toast Theory ini juga nggak bisa diterapkan untuk semua jenis kesulitan. Seperti yang dikatakan Dr. Theodora Blanchfield di Verywell Mind, teori ini nggak berlaku buat trauma atau pengalaman yang terlalu menyakitkan. Teori ini lebih pas untuk hal-hal yang bikin kita kesal atau kecewa dalam keseharian, seperti gagal interview kerja, digibahin orang, atau hal sepele kayak roti gosong di pagi hari. Kalau Puan masih ragu gimana mindset ini bisa bermanfaat, simak penjelasan selanjutnya ya!


Manfaat Penerapan Burnt Toast Theory di Kehidupan Sehari-Hari

Berikut ini adalah beberapa manfaat yang bisa kita dapatkan dengan menerapkan mindset Burnt Toast Theory.

  • Mengajarkan Kita Self-Compassion

Burnt Toast Theory ini ngajarin kita buat maafin diri sendiri. Namanya juga manusia biasa, nggak ada yang sempurna. Jadi, hal-hal kecil yang bikin kesel atau momen nggak nyaman itu pasti sesekali kejadian. Itu bukan berarti kamu punya banyak kekurangan ya, Puan.

  • Membuat Kita Lebih Mindful

Wajar banget kalau Puan bad mood karena kejadian menyebalkan. Makannya, Burnt Toast Theory juga ngajarin kita buat ambil napas sejenak dan menepi dari situasi menyebalkan itu. Kalau kita tenang, kita nggak akan kebawa emosi.

  • Membantu Kita Move Forward

Kalau lagi dihadang kesulitan, biasanya kita langsung mikir gimana solusinya kan? Nah, hal-hal kecil yang bikin nggak nyaman ini justru ngelatih kita buat terbiasa mecahin masalah dan punya toleransi terhadap tekanan. 

Gimana Puan, udah paham betul kan sama Burnt Toast Theory ini? Semoga setelah ini, tiap ada "roti gosong" di hari Puan, bisa disikapi dengan lebih tenang dan positif ya!


Referensi:

Verywell Mind

Cleveland Clinic 

Pure Wow


Author & Editor:

Dwi Khumaeroh Saadah


Komentar

Rubik Puan Popular

Kenyataan Work-Life Balance yang Sering Disalahpahami

Puan nggak sih Puan ngerasa kayak semua hal minta waktu di saat yang sama kuliah, kerja, organisasi, bahkan diri Puan sendiri? Semua bilang “harus seimbang,” tapi nggak ada yang ngajarin gimana caranya. Akhirnya, kita terus coba jadi semuanya: anak yang berbakti, teman yang ada, mahasiswa yang aktif, pekerja yang nggak pernah telat, padahal diam-diam… kita cuma pengen napas sebentar. Mitos 50:50 dan kenapa ia berbahaya Work-life balance sering disalahpahami kayak rumus matematika 50% kerja, 50% istirahat. Padahal hidup nggak sesederhana itu. Keseimbangan bukan angka tetap, tapi kemampuan untuk menyesuaikan fokus sesuai fase hidup. Ada masa di mana Puan lagi all-out di karier atau kampus, dan itu nggak salah. Ada masa juga di mana Puan lagi perlu berhenti, pulih, dan mengembalikan energi dan itu juga bagian dari seimbang. American Psychological Association (2021), mencatat bahwa ketika keseimbangan kerja dan hidup terganggu, stres kronis dan burnout mudah muncul. Jadi, “seimbang” buk...

Magang atau Kuliah Dulu? Ini Panduan Biar Kamu Tetap On Track di Dunia Kampus & Karier

Image by: hotcourses.co.id Puan, pernah nggak sih, ngerasa kayak lagi di persimpangan hidup? Di satu sisi, Puan ingin fokus kuliah, ngerjain tugas, dan jaga IP biar tetap aman, tapi di sisi lain, teman-teman Puan udah banyak yang sibuk update LinkedIn atau magang di perusahaan keren? Sementara kita baru ngerjain makalah tiga bab aja udah ngos-ngosan. Lalu muncul pertanyaan “Aku harus fokus kuliah dulu, atau mulai magang biar nggak ketinggalan ya?” Tenang, Puanners. Kalau kamu lagi ada di fase itu, kamu nggak sendirian, dan jawabannya adalah nggak harus pilih salah satu. Kuncinya bukan di urutannya, melainkan di bagaimana Puan menemukan keseimbangan dan arah dari keduanya. Kuliah Adalah Fondasi, Magang Adalah Jembatannya Kuliah itu bukan cuma tentang IP dan SKS, melainkan juga waktu untuk membentuk cara berpikir dan mengenali diri. Sementara magang jadi tempat untuk menerapkan semua teori yang udah Puan pelajari di kelas. Keduanya penting, tapi porsinya bisa beda-beda tergantung Puan la...

Growth Mindset vs Fixed Mindset: Pilihan Pola Pikir yang Menentukan Masa Depan

Image by  Source of Insight Manusia pada dasarnya diciptakan berbeda beda ya, Puan, begitu juga dengan mindset yang dibangun oleh diri kita sendiri. Menurut Carol Dweck psikologi dari Stanford University mindset terbagi menjadi dua yaitu fixed mindset dan growth mindset . Apa itu fixed mindset ? Fixed mindset merupakan pola pikir yang percaya bahwa suatu kecerdasan ataupun bakat dalam individu yang sifatnya tidak akan pernah berubah. Orang yang mempunyai fixed mindset cenderung mudah menyerah, tidak mau ambil resiko atas tantangan dalam hidup serta mudah merasa terancam atas keberhasilan orang lain. Lalu, apa itu growth mindset ? Growth mindset merupakan pola pikir yang ingin selalu berkembang dan percaya bahwa sebuah kesuksesan bisa didapatkan dengan kerja keras. Dengan kata lain seorang yang mempunyai growth mindset akan selalu tampil berani serta mencoba hal-hal baru. Perbedaan kedua mindset ini apasih? Fixed mindset Menghindari tantangan karena takut dengan kegagalan te...

Fear of Being Perceived: Alasan Kamu Takut Kena Judge

             Puan, dalam ruang sosial pernah nggak sih merasa bahwa ada banyak pasang mata yang seakan mengikuti setiap gerak-gerik? Seakan tatapan orang lain yang bahkan belum tentu kita kenal aja secara nggak langsung memvalidasikan sesuatu yang kita lakukan. Contohnya saat Puan keluar rumah ada kecenderungan untuk tampil secara baik.  Dalam hal ini, semua yang Puan pakai harus menyesuaikan ekspektasi banyak orang di zaman ini. Apa yang kita unggah ke media sosial adalah sisi yang paling baik, tapi belum tentu sisi yang benar-benar mencerminkan diri sendiri. Apa Itu Fear of Being Perceived? Menurut sumber web Psychology Today, pada dasarnya setiap individu memiliki keinginan untuk divalidasi, dilihat, dan dianggap oleh orang lain sebagaimana versi diri kita yang sebenar-benarnya. Namun, dalam perjalanannya mungkin kita pernah mengalami kritik berlebih atau dianggap aneh ketika mencoba menjadi diri sendiri. Sehingga ketika kita mencoba menja...

Spiral of Silence Theory: Jadi Minoritas Jarang Didengar

source: Kompasiana.com Spiral of Silence Theory   atau yang disebut dengan teori spiral keheningan, mungkin terdengar asing ya, Puan? Tapi apakah kamu pernah merasa ketika ingin menyampaikan pendapat dalam suatu isu, namun ada keraguan dan ketakutan karena nanti menjadi terisolasi sendiri, sehingga pendapat tersebut tak jadi kamu disampaikan? Teori spiral keheningan atau  spiral of silence theory  ini pertama kali dicetuskan oleh  Elisabeth Noelle Neumann  (1973) mengenai kelompok minoritas yang cenderung akan menjadi diam atau tidak berani menyampaikan pendapatnya karena takut akan terisolasi dari lingkungan disekitarnya. Maka sering kali, minoritas mengikuti pendapat kelompok mayoritas. source: kumparan.com Dalam lingkup sosial hal ini sering terjadi, bahkan orang cenderung menghindarinya dan lebih memilih mengikuti pendapat mayoritas dengan anggapan bahwa tidak akan merasa sendiri atau terisolasi di tengah masyarakat. Melihat perilaku masyarakat Indonesia ya...