Puan, pernah nggak sih ngalamin kejadian yang bikin langsung mikir, "Duh, kok hari ini aku apes banget ya?" Misalnya, salah belok di perempatan, outfit kesayangan ketumpahan kopi, atau lupa bawa dompet. Wajar banget kok kalau jadi bad mood dan bawaannya pengen ngeluh terus, tapi jangan sampai kejadian-kejadian menyebalkan itu ngerusak sisa hari Puan ya.
At the end of the day, semua kesulitan itu pasti bisa dilewati dengan baik kok. Siapa tahu itu justru membawa Puan ke hal-hal baik yang nggak terduga. Masa sih? Nah, ini yang dinamain Burnt Toast Theory. Penasaran kenapa roti gosong bisa jadi filosofi hidup? Yuk, kita bahas!
Burnt Toast Theory Itu Apa Sih?
Burnt Toast Theory adalah cara berpikir untuk menyikapi kejadian menyebalkan dengan santai. Intinya, teori ini mengajarkan kita kalau setiap kesulitan yang kita temui itu sebenarnya lagi membuka jalan untuk sesuatu yang lebih baik.
Terus, apa hubungannya sama roti gosong? Filosofi ini berasal dari gagasan sederhana saat seseorang lagi bikin roti panggang buat sarapan, tapi malah gosong gara-gara kelupaan diangkat. Nah, dari situ, dia punya dua pilihan:
Menganggapnya sebagai bencana: Bad mood, terlambat, dan jadi nggak fokus ngerjain hal lainnya.
Menganggapnya sebagai "kode" dari alam semesta: Mungkin itu ada hikmahnya, kayak jadi nggak kena macet atau ketemu teman lama.
Menurut Dr. Markley dari Cleveland Clinic, mau roti gosong itu beneran mengubah jalannya hari atau nggak, yang jelas kejadian menyebalkan kayak gitu ngasih kita kesempatan buat belajar gimana cara mengelola emosi, berpikir lebih jernih, dan reset fokus. Jadi, kejadian menyebalkan pun punya sisi positifnya sendiri. Nah, dari sini mungkin Puan bertanya-tanya, apa bedanya ini sama toxic positivity? Eits, jangan salah.
Burnt Toast Theory Berbeda dengan Toxic Positivity
Toxic Positivity itu berarti memaksakan diri atau orang lain buat selalu berpikir positif, padahal lagi di situasi sulit atau sedih. Nah, Burnt Toast Theory nggak begitu. Teori ini justru mengakui kalau kejadian menyebalkan emang bikin kita frustrasi atau bad mood di awal, tapi kita juga bisa melihatnya dari sudut pandang yang lebih luas, bahwa mungkin ada hikmah di baliknya. Ini bukan tentang menekan emosi negatif, melainkan tentang mencari harapan dan kesempatan di tengah ketidaknyamanan.
Makanya, Burnt Toast Theory ini juga nggak bisa diterapkan untuk semua jenis kesulitan. Seperti yang dikatakan Dr. Theodora Blanchfield di Verywell Mind, teori ini nggak berlaku buat trauma atau pengalaman yang terlalu menyakitkan. Teori ini lebih pas untuk hal-hal yang bikin kita kesal atau kecewa dalam keseharian, seperti gagal interview kerja, digibahin orang, atau hal sepele kayak roti gosong di pagi hari. Kalau Puan masih ragu gimana mindset ini bisa bermanfaat, simak penjelasan selanjutnya ya!
Manfaat Penerapan Burnt Toast Theory di Kehidupan Sehari-Hari
Berikut ini adalah beberapa manfaat yang bisa kita dapatkan dengan menerapkan mindset Burnt Toast Theory.
Mengajarkan Kita Self-Compassion
Burnt Toast Theory ini ngajarin kita buat maafin diri sendiri. Namanya juga manusia biasa, nggak ada yang sempurna. Jadi, hal-hal kecil yang bikin kesel atau momen nggak nyaman itu pasti sesekali kejadian. Itu bukan berarti kamu punya banyak kekurangan ya, Puan.
Membuat Kita Lebih Mindful
Wajar banget kalau Puan bad mood karena kejadian menyebalkan. Makannya, Burnt Toast Theory juga ngajarin kita buat ambil napas sejenak dan menepi dari situasi menyebalkan itu. Kalau kita tenang, kita nggak akan kebawa emosi.
Membantu Kita Move Forward
Kalau lagi dihadang kesulitan, biasanya kita langsung mikir gimana solusinya kan? Nah, hal-hal kecil yang bikin nggak nyaman ini justru ngelatih kita buat terbiasa mecahin masalah dan punya toleransi terhadap tekanan.
Gimana Puan, udah paham betul kan sama Burnt Toast Theory ini? Semoga setelah ini, tiap ada "roti gosong" di hari Puan, bisa disikapi dengan lebih tenang dan positif ya!
Referensi:
Author & Editor:
Dwi Khumaeroh Saadah
Comments
Post a Comment