Skip to main content

Reverse Bucket List: Cara Simpel Biar Makin Bersyukur dan Termotivasi

  Puan, pernah nggak merasa hidup kayak jalan di tempat? Daftar keinginan segunung, tapi progresnya pelan dan kadang bikin down ? Nah, konsep Reverse Bucket List bisa jadi solusi yang menarik! Apa itu Reverse Bucket List? Biasanya, bucket list berisi daftar mimpi atau target yang ingin diraih di masa depan. Sedangkan, reverse bucket list justru kebalikannya: Puan membuat daftar pencapaian, momen membahagiakan, serta hal yang sudah Puan alami dan capai. Mulai dari hal besar sampai kecil yang bikin Puan bangga atau senyum sendiri.    Contohnya seperti, berani presentasi di depan umum, liburan seru bareng keluarga atau teman, membantu orang lain tanpa pamrih, atau berhasil membangun kebiasaan sehat, meski kecil.  Mengapa Reverse Bucket List Penting?  Menanamkan Rasa Syukur Alih-alih fokus pada apa yang belum tercapai, reverse bucket list mengingatkan kita pada hal-hal yang sudah berhasil dilewati. Ini membangun rasa syukur, melawan kecenderungan membandingkan ...

Inner Child: Bagian dari Diri yang Ingin Didengar dan Dipeluk

 



Pernah nggak merasa “terlalu sensitif”, “takut ditolak”, atau “gampang merasa bersalah”, tapi Puan sendiri nggak tahu kenapa?

Mungkin itu bukan Puan yang sekarang yang sedang reaktif. Bisa jadi… itu adalah anak kecil di dalam diri yang sedang terluka yang belum pernah benar-benar didengarkan. Namanya: inner child.

Apa Itu Inner Child?

Inner child adalah sisi diri kita yang menyimpan pengalaman, perasaan, dan luka dari masa kecil. Dia adalah versi diri kita yang dulu, yang masih polos, penuh rasa ingin tahu, tetapi rentan dan mudah terluka.

Meskipun tubuh Puan tumbuh dewasa, inner child nggak ikut tumbuh. Ia tetap tinggal di sana, menyimpan kenangan baik maupun buruk, dan sering muncul dalam bentuk respons emosional yang seringkali kita sendiri nggak paham.

Dari Mana Datangnya Luka Inner Child?

Luka inner child bisa berasal dari hal-hal yang terlihat “biasa” tapi menyakitkan bagi Puan

  • Dulu sering dimarahi karena menangis, jadi sekarang sulit mengekspresikan emosi.

  • Dulu selalu dibandingkan dengan orang lain, sekarang jadi merasa nggak pernah cukup.

  • Dulu dituntut jadi anak “baik” terus, sekarang takut bikin kesalahan.

Yang menyedihkan, banyak dari kita nggak menyadari bahwa luka masa kecil itu belum sembuh. Puan tumbuh, sekolah, kerja, jatuh cinta, tapi… luka itu tetap tinggal di dalam, diam-diam memengaruhi cara kita memandang diri sendiri dan dunia.

Cara Sederhana Menyembuhkan Inner Child

Menyembuhkan inner child bukan berarti menyalahkan masa lalu, tapi memberi ruang untuk merawat bagian dari diri kita yang pernah terluka. Proses ini nggak harus ribet, bisa dimulai dari langkah-langkah kecil seperti ini:

  1. Tulis Surat untuk Diri Kecilmu

Bayangkan diri kita saat kecil, lalu tulis surat seolah Puan sedang bicara dengannya. Ceritakan bahwa Puan ada di sini sekarang, siap mendengarkan, dan ingin menjaga diri kecil Puan. Katakan hal-hal yang dulu mungkin nggak sempat Puan dengar, seperti:

“Maaf kamu harus melalui semua itu. Sekarang kamu nggak sendiri lagi.”

  1. Lakukan Hal yang Dulu Kamu Suka

Kadang kita lupa, dulu kita pernah punya hal-hal kecil yang bikin bahagia. Coba ingat-ingat lagi:

  • Menggambar tanpa mikir bagus atau nggak
  • Nonton kartun favorit
  • Main hujan-hujanan
  • Nulis diary
  • Dengerin lagu masa kecil

Lakukan lagi hal-hal itu sebagai bentuk kasih sayang Puan terhadap diri sendiri.

  • 3. Ucapkan Afirmasi yang Menguatkan

Kata-kata itu punya kekuatan besar, lho. Apalagi kalau diucapkan ke diri sendiri. Puan bisa coba ucapkan pelan-pelan setiap hari:

  • “Aku aman sekarang.”

  • “Aku berharga, bahkan saat aku nggak sempurna.”

Puan mungkin nggak langsung percaya, tapi lama-lama hati Puan akan ikut mendengarkan.

4. Pertimbangkan Bicara dengan Terapis

Kadang luka lama terasa berat untuk disembuhkan sendiri. Kalau Puan merasa butuh bantuan, nggak apa-apa banget untuk bicara dengan terapis atau konselor. Healing bukan kelemahan, justru itu bentuk keberanian untuk peduli pada diri sendiri.

Proses mengenal dan menyembuhkan inner child mungkin nggak instan. Namun setiap kali Kita memilih untuk bersikap lembut pada diri kita sendiri, itu adalah langkah yang besar. Setiap pelukan untuk diri, setiap kalimat afirmasi, setiap air mata yang jatuh, semuanya adalah bentuk cinta.

Dan siapa tahu… di balik proses itu, Kita akan bertemu dengan versi diri yang lebih utuh, tenang, dan lebih damai.


Sumber

Author & Editor
Diinaar F. Berlian

Comments

Rubik Puan Popular

Reverse Bucket List: Cara Simpel Biar Makin Bersyukur dan Termotivasi

  Puan, pernah nggak merasa hidup kayak jalan di tempat? Daftar keinginan segunung, tapi progresnya pelan dan kadang bikin down ? Nah, konsep Reverse Bucket List bisa jadi solusi yang menarik! Apa itu Reverse Bucket List? Biasanya, bucket list berisi daftar mimpi atau target yang ingin diraih di masa depan. Sedangkan, reverse bucket list justru kebalikannya: Puan membuat daftar pencapaian, momen membahagiakan, serta hal yang sudah Puan alami dan capai. Mulai dari hal besar sampai kecil yang bikin Puan bangga atau senyum sendiri.    Contohnya seperti, berani presentasi di depan umum, liburan seru bareng keluarga atau teman, membantu orang lain tanpa pamrih, atau berhasil membangun kebiasaan sehat, meski kecil.  Mengapa Reverse Bucket List Penting?  Menanamkan Rasa Syukur Alih-alih fokus pada apa yang belum tercapai, reverse bucket list mengingatkan kita pada hal-hal yang sudah berhasil dilewati. Ini membangun rasa syukur, melawan kecenderungan membandingkan ...

Belajar dari Roti Gosong: Mengubah Kesulitan Jadi Kesempatan

Photo by Ellie Burgin Puan, pernah nggak sih ngalamin kejadian yang bikin langsung mikir, "Duh, kok hari ini aku apes banget ya?" Misalnya, salah belok di perempatan, outfit kesayangan ketumpahan kopi, atau lupa bawa dompet. Wajar banget kok kalau jadi bad mood dan bawaannya pengen ngeluh terus, tapi jangan sampai kejadian-kejadian menyebalkan itu ngerusak sisa hari Puan ya. At the end of the day , semua kesulitan itu pasti bisa dilewati dengan baik kok. Siapa tahu itu justru membawa Puan ke hal-hal baik yang nggak terduga. Masa sih? Nah, ini yang dinamain Burnt Toast Theory. Penasaran kenapa roti gosong bisa jadi filosofi hidup? Yuk, kita bahas! Burnt Toast Theory Itu Apa Sih? Burnt Toast Theory adalah cara berpikir untuk menyikapi kejadian menyebalkan dengan santai. Intinya, teori ini mengajarkan kita kalau setiap kesulitan yang kita temui itu sebenarnya lagi membuka jalan untuk sesuatu yang lebih baik. Terus, apa hubungannya sama roti gosong? Filosofi ini berasal dari gag...

Unlocking the It Girl Mindset: Rahasia Menjadi Versi Terbaik Dirimu

  Sumber: Pinterest Pernahkah Puan bertanya-tanya kenapa beberapa orang selalu terlihat mempesona, penuh percaya diri, dan memiliki aura yang membuat semua mata tertuju pada mereka? Apakah itu merupakan bawaan dari lahir atau ada rahasia di baliknya? Well , jawabannya hanya terletak pada satu hal, yaitu ‘ It Girl Mindset ’. Sebenarnya, apa sih ‘It Girl Mindset ’ itu? Yuk, simak pembahasannya pada artikel ini! Pengertian It Girl Mindset Melansir dari halaman Plum Healthy Fine , It Girl digambarkan sebagai perempuan yang memiliki percaya diri, modis, dan menjadi idaman bagi banyak orang. Mereka ini merupakan simbol dari kekuatan dan keanggunan dengan menjadi diri sendiri sebagai ciri khasnya. Seorang It Girl biasanya bangga untuk menjadi dirinya yang paling autentik. Oleh karena itu, banyak orang yang mengagumi mereka dan ingin menjadi seperti mereka. It Girl juga tidak bertindak dengan ragu-ragu, fokus pada tujuan serta pengembangan diri, dan tidak peduli dengan tanggapan buruk o...

MAGANG BERDAMPAK TALK: Membuka Jalan Menuju Karier Impian di Tempat Bergengsi

Image by: Event Documentation JAKARTA, 6 JULI 2025 -   Bloomin Area kembali hadir dengan semangat berbagi dan menginspirasi para pemuda Indonesia melalui kegiatan webinar edukatif bertajuk "Magang di Tempat Bergengsi, Siapkan Langkah Menuju Karir Impian!" pada Minggu, 6 Juli 2025. Bertempat di Zoom Meeting, acara ini sukses mengumpulkan peserta dari berbagai latar belakang pendidikan dan organisasi. Webinar ini menghadirkan pembicara inspiratif, Utari Widya Ardhana, seorang Praktisi Ex-Data Analyst Magang Kampus Merdeka di Bank Indonesia sekaligus Duta Kampus Merdeka. Dalam sesi berbagi yang berlangsung hangat dan interaktif, Utari membedah tuntas seluk-beluk Magang Berdampak (MBer), mulai dari alur seleksi, tips strategi apply, hingga pengalaman personalnya selama menjadi bagian dari institusi sebesar Bank Indonesia. Salah satu poin penting yang disampaikan Utari adalah bagaimana MBer berbeda dari magang mandiri. MBer memiliki standarisasi, project terarah, mentoring, hingga...