"Scroll bentar deh.."
Terus tanpa sadar mata mulai berat, tangan pegal, dan lupa waktu sendiri. Pernah ngalamin hal serupa? Kalau iya, berarti Puan lagi ngalamin yang namanya doom scrolling.
Doom scrolling itu kalau Puan terus-terusan mengonsumsi informasi, terutama berita negatif yang ada pada sosial media. Menurut Cambdrige Dictionary, kata "Doomscroll" mengacu kepada tindakan terlalu sering menatap layar untuk membaca berita buruk atau kurang berbobot.
Nah, dari sini mungkin banyak Puan yang jadi ngerti apa itu doom scrolling, istilah yang belakangan sering muncul di internet. Kalau kita teliti, lagi penyebabnya nggak bakalan lepas dari ketergantungan kita pada handphone.
Hampir setiap hari kita menerima banyak pesan notifikasi. Terlepas isinya penting atau tidak terlalu penting secara refleks pasti kita cek kalau dibiarkan menimbulkan rasa cemas atau anxiety, seakan ada hal tertinggal jika kita tidak membuka layar. Berangkat dari rasa cemas inilah yang perlahan membentuk ketergantungan dan membuat Puan kembali mengulangi kebiasaan scrolling.
Kenapa bisa?
Karena internet memberikan dopamin rasa senang berjangka pendek atau bersifat sementara yang muncul dari konten-konten baru melalui algoritma. Setiap kali Puan mulai bosan, selalu ada konten lain yang lebih menarik untuk dilihat.
Masalahnya, konten yang tersaji bukan soal konten bermanfaat aja. Nggak jarang juga dari kita yang sering terpapar konten kurang berbobot . Kalau Puan perhatikan lebih dalam, yang sering viral justru adalah konten kontroversial yang memicu emosi, khususnya kemarahan.
Kebiasaan ini bukan cuma menghabiskan energi aja, tapi juga membawa dampak nyata bagi kehidupan Puan:
Produktivitas
Paparan rasa cemas secara terus-menerus dapat mengikis motivasi dan keaktifan individu.
Gangguan Tidur
Informasi yang negatif dapat membuat otak sulit rileks sebelum tidur, sehingga tidur tidak nyenyak dan menyebabkan kelelahan mental.
Informasi yang Berlebih
Ketika otak mencerna informasi berlebih dalam satu waktu dan akhirnya menurunkan konsentrasi.
Attention Span
Sulit fokus pada hal yang membutuhkan waktu dan perhatian lebih lama karena sering melihat konten instan, mudah dimengerti, berdurasi pendek, dan menarik.
Tenang Puan, nggak semua hal dilihat dari kacamata negatif, ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kebiasaan menjadi lebih positif. Kalau Puan ingin merubah kebiasaan, Puan bisa mulai dari merubah aktivitas yang dilakukan.
Karena sering ngecek media sosial dan doom scroll udah jadi bagian dari kebiasaan Puan yang ngebuat senang, Puan harus cari aktivitas lain yang sama-sama ngebuat Puan senang. Seperti:
Mendalami hobi yang udah lama ditinggal misalnya fotografi, menggambar, atau memasak.
Mencoba aktivitas baru yang menantang rasa penasaran mungkin Puan bisa belajar skill baru lewat kursus atau belajar bahasa baru.
Social media detox lewat hangout, olahraga, atau kegiatan offline lainnya.
Untuk berhenti dari kebiasaan kurang baik memang nggak mudah, kuncinya bukan "stop scrolling" tapi tahu porsi masing-masing. Ini penting untuk Puan karena kebiasaan dan konsumsi informasi sehari-hari dapat memengaruhi hidup Puan kedepannya.
Referensi:
Drowning In Entertainment: The Age of Distraction
Doom Scrolling dan Bahaya yang Mengintai
Ketika Berita Negatif Merusak Mental
Author & Editor:
Dhia Nisrina
Comments
Post a Comment