Skip to main content

Konsisten: Kunci Keberhasilan Perubahan

Image by: Tamasia.co.id Puan, pernahkah ngerasain susah banget buat konsisten? Misalnya, sudah bikin resolusi tahun baru untuk tidak begadang, tapi setelah dua bulan, balik lagi deh ke kebiasaan scroll TikTok sampai tengah malam. Kok susah banget ya buat tetap konsisten? Kenapa kita susah konsisten? Sebelum bahas lebih jauh, yuk pahami dulu apa itu konsistensi. Menurut KBBI, konsisten berarti tetap, nggak berubah-ubah, taat asas, atau selaras. Namun, kita sering menyamakan konsistensi dengan kesempurnaan. Contohnya, seseorang punya target tidur jam 9 malam setiap hari. Namun suatu waktu ia harus ngerjain tugas sampai jam 11, lalu langsung merasa gagal. Padahal sebenarnya, kalau dia masih bisa tidur sebelum jam 12, itu tetap jauh lebih baik daripada begadang. Nah, mindset “harus selalu sempurna” inilah yang sering bikin kita cepat menyerah saat ada satu hari bolong. Konsistensi bukan berarti 100% Puan, konsistensi itu nggak harus 100% setiap hari, kok. Ada kalanya kita cuma bisa kasih...

Fenomena Doom Scrolling, Kebiasaan yang Bikin Burn Out

 


"Scroll bentar deh.."

Terus tanpa sadar mata mulai berat, tangan pegal, dan lupa waktu sendiri. Pernah ngalamin hal serupa? Kalau iya, berarti Puan lagi ngalamin yang namanya doom scrolling.

Doom scrolling itu kalau Puan terus-terusan mengonsumsi informasi, terutama berita negatif yang ada pada sosial media. Menurut Cambdrige Dictionary, kata "Doomscroll" mengacu kepada tindakan  terlalu sering menatap layar  untuk membaca berita buruk atau kurang  berbobot. 

Nah, dari sini mungkin banyak Puan yang jadi ngerti apa itu doom scrolling, istilah yang belakangan sering muncul di internet. Kalau kita teliti, lagi  penyebabnya nggak bakalan lepas dari ketergantungan kita  pada handphone

Hampir setiap hari kita menerima banyak pesan notifikasi. Terlepas  isinya penting atau tidak terlalu penting secara refleks pasti kita cek kalau dibiarkan menimbulkan rasa cemas atau anxiety,  seakan ada hal tertinggal jika kita tidak membuka layar. Berangkat dari rasa cemas inilah  yang perlahan membentuk ketergantungan dan membuat Puan kembali mengulangi kebiasaan scrolling

Kenapa bisa?

Karena internet memberikan dopamin rasa senang berjangka pendek atau bersifat sementara yang muncul dari konten-konten baru melalui algoritma. Setiap kali Puan mulai bosan, selalu ada konten lain yang lebih menarik untuk dilihat. 

Masalahnya, konten yang tersaji bukan soal konten bermanfaat aja. Nggak jarang juga dari kita yang sering terpapar konten kurang berbobot . Kalau Puan perhatikan lebih dalam, yang sering viral justru adalah konten kontroversial yang memicu emosi, khususnya kemarahan.

Kebiasaan ini bukan cuma menghabiskan energi aja, tapi juga membawa dampak nyata bagi kehidupan Puan:

  • Produktivitas 

Paparan rasa cemas secara terus-menerus dapat mengikis motivasi dan keaktifan individu.

  • Gangguan Tidur

Informasi yang negatif dapat membuat otak sulit rileks sebelum tidur, sehingga tidur tidak nyenyak dan menyebabkan kelelahan mental.

  • Informasi yang Berlebih 

Ketika otak mencerna informasi berlebih dalam satu waktu dan akhirnya menurunkan konsentrasi.

  • Attention Span 

Sulit fokus pada hal yang membutuhkan waktu dan perhatian lebih lama karena sering melihat konten instan, mudah dimengerti, berdurasi pendek, dan menarik.

Tenang Puan, nggak semua hal dilihat dari kacamata negatif, ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kebiasaan menjadi lebih positif. Kalau Puan ingin merubah kebiasaan, Puan bisa mulai dari merubah aktivitas yang dilakukan.

Karena sering ngecek media sosial dan doom scroll udah jadi bagian dari kebiasaan Puan yang ngebuat senang, Puan harus cari aktivitas lain yang sama-sama ngebuat Puan senang. Seperti: 

  • Mendalami hobi yang udah lama ditinggal misalnya fotografi, menggambar, atau memasak.

  • Mencoba aktivitas baru yang menantang rasa penasaran mungkin Puan bisa belajar skill baru lewat kursus atau belajar bahasa baru.

  • Social media detox lewat hangout, olahraga, atau kegiatan offline lainnya.

Untuk berhenti dari kebiasaan kurang baik memang nggak mudah, kuncinya bukan "stop scrolling" tapi tahu porsi masing-masing. Ini penting untuk Puan karena  kebiasaan dan konsumsi informasi sehari-hari  dapat memengaruhi hidup Puan kedepannya. 

Referensi:

Why Can't We Stop Scrolling?

Drowning In Entertainment: The Age of Distraction

Doom Scrolling dan Bahaya yang Mengintai

Ketika Berita Negatif Merusak Mental


Author & Editor: 

Dhia Nisrina




Comments

Rubik Puan Popular

Kesal Punya Teman Suka Ikut-Ikutan? Yuk, kenali Istilah Copy Cat Behavior!

Image by Entrepreneurship Compass   “Aku beli ini dia beli juga, aku ngelakuin ini dia juga ikut-ikutan, ih nyebelin dah!” Hai Puan! Siapa yang di sini pernah ngomel-ngomel karena merasa kesal ditiru oleh teman atau orang di sekitar Puan? Hm, memang sih memiliki tindakan, perilaku, hingga  style  yang serupa bisa saja terjadi dikarenakan memang produk-produk yang kamu pakai sedang  best seller  atau  trend  sehingga teman kamu pun juga tak sengaja membeli produk yang sama seperti kamu. Mungkin Puan cenderung merasa senang ataupun biasa saja ketika mengetahui orang terdekat Puan memiliki barang yang sama dengan kamu. Namun, bagaimana jadinya jika “persamaan” tersebut terjadi berkali-kali dan orang terdekat kamu terus menerus meniru kamu? Tentu kamu akan merasa tidak nyaman. Nah, perilaku tersebut disebut sebagai  copycat behaviour .  Copycat behaviour  merupakan perilaku menyalin atau meniru seseorang. Banyak alasan-alasan kenapa pelaku ...

Apakah Kamu Punya Cinderella Syndrom? Ini Tandanya!

  Illustrasi oleh Green Maggot Puan pasti tahu film Cinderella kan? Tentunya Puan udah nggak asing lagi sama kisah dongeng klasik ini. Selain di film, istilah Cinderella  juga dikenal di dunia nyata loh, yaitu sindrom Cinderella Complex. Yuk! Kita cari tahu lebih lanjut tentang Cinderella Complex  dan tanda-tandanya! Apa itu Cinderella Complex ? Cinderella Complex  pertama kali diperkenalkan oleh Colette Dowling, seorang terapus dalam bukunya " The Cinderella Complex: Women's Hidden Fear of Independence ". Cinderella Complex  adalah sikap dan rasa takut (tertekan) yang dialami perempuan, sehingga perempuan tidak berani memanfaatkan sepenuhnya kemampuan otak dan kreativitasnya (Dowling, 1995). Sindrom Cinderella Complex  tanpa sadar membuat perempuan ingin diurus oleh orang lain sehingga sangat ketergantungan dan nyaris tidak bisa hidup mandiri. Meskipun belum bisa dikategorikan sebagai gangguan secara psikologis, sindrom Cinderella Complex  ada kaitann...

Unlocking the It Girl Mindset: Rahasia Menjadi Versi Terbaik Dirimu

  Sumber: Pinterest Pernahkah Puan bertanya-tanya kenapa beberapa orang selalu terlihat mempesona, penuh percaya diri, dan memiliki aura yang membuat semua mata tertuju pada mereka? Apakah itu merupakan bawaan dari lahir atau ada rahasia di baliknya? Well , jawabannya hanya terletak pada satu hal, yaitu ‘ It Girl Mindset ’. Sebenarnya, apa sih ‘It Girl Mindset ’ itu? Yuk, simak pembahasannya pada artikel ini! Pengertian It Girl Mindset Melansir dari halaman Plum Healthy Fine , It Girl digambarkan sebagai perempuan yang memiliki percaya diri, modis, dan menjadi idaman bagi banyak orang. Mereka ini merupakan simbol dari kekuatan dan keanggunan dengan menjadi diri sendiri sebagai ciri khasnya. Seorang It Girl biasanya bangga untuk menjadi dirinya yang paling autentik. Oleh karena itu, banyak orang yang mengagumi mereka dan ingin menjadi seperti mereka. It Girl juga tidak bertindak dengan ragu-ragu, fokus pada tujuan serta pengembangan diri, dan tidak peduli dengan tanggapan buruk o...

Suka Nunda Kerjaan? Yuk, Kenalan Sama Prokrastinasi dan Cara Mengatasinya!

Image by Kumparan.com   Apakah Puan suka menunda-nunda pekerjaan? Ya, itulah yang dinamakan prokrastinasi, yaitu  kecenderungan seseorang untuk menunda-nunda sesuatu.  Berdasarkan penelitian, penundaan terjadi karena tugas tersebut membosankan, serta adanya perasaan frustasi, sulit, dan ambigu ketika mengerjakan tugas itu. Merasa tugas atau pekerjaan tersebut tidak bermanfaat untuk dilakukan, khususnya untuk pribadi juga membuat sebagian orang memilih untuk menunda pekerjaan. Prokrastinasi apabila dilakukan berulang dapat menimbulkan stress serta mengurangi produktivitas dan keefektivitasan kita dalam melakukan sesuatu sehingga apa yang kita kerjakan menjadi tidak optimal. Nyatanya, prokrastinasi memiliki bermacam-macam bentuk , lho Puan! Yuk, kenali bentuk-bentuk prokrastinasi : 1. The Deadliner : tipe ini cenderung suka mengerjakan pekerjaan di bawah tekanan dan menunda pekerjaannya sampai deadline mendekat. 2. The Dreamer : adalah tipe yang kreatif dan sen...

In This Economy? Ternyata Begini Cara Gen Z Jaga Kualitas Diri dan Waktu!