Langsung ke konten utama

Magang atau Kuliah Dulu? Ini Panduan Biar Kamu Tetap On Track di Dunia Kampus & Karier

Image by: hotcourses.co.id Puan, pernah nggak sih, ngerasa kayak lagi di persimpangan hidup? Di satu sisi, Puan ingin fokus kuliah, ngerjain tugas, dan jaga IP biar tetap aman, tapi di sisi lain, teman-teman Puan udah banyak yang sibuk update LinkedIn atau magang di perusahaan keren? Sementara kita baru ngerjain makalah tiga bab aja udah ngos-ngosan. Lalu muncul pertanyaan “Aku harus fokus kuliah dulu, atau mulai magang biar nggak ketinggalan ya?” Tenang, Puanners. Kalau kamu lagi ada di fase itu, kamu nggak sendirian, dan jawabannya adalah nggak harus pilih salah satu. Kuncinya bukan di urutannya, melainkan di bagaimana Puan menemukan keseimbangan dan arah dari keduanya. Kuliah Adalah Fondasi, Magang Adalah Jembatannya Kuliah itu bukan cuma tentang IP dan SKS, melainkan juga waktu untuk membentuk cara berpikir dan mengenali diri. Sementara magang jadi tempat untuk menerapkan semua teori yang udah Puan pelajari di kelas. Keduanya penting, tapi porsinya bisa beda-beda tergantung Puan la...

Sering Mengabaikan Jam Tidur? Awas Sleep Deprivation!



Di umur segini, setuju ga sih kalo kita jadi sering begadang? Kapan terakhir kali Puan punya waktu tidur yang cukup? Eits, hati-hati ya sama sleep deprivation!

Sering kali, sleep deprivation ini dianggap sepele. Padahal, kurang tidur bisa bikin kita susah fokus, gampang marah, dan sulit mengendalikan emosi. Jadi, jangan heran jika setelah begadang, kita jadi gampang sensitif atau sulit konsentrasi saat bekerja maupun belajar.


Apa itu Sleep Deprivation?

Kondisi saat seseorang kurang tidur atau tidurnya kurang berkualitas disebut sleep deprivation. Idealnya, kita yang sudah dewasa (usia 18 tahun ke atas) butuh tidur 7-9 jam setiap malam.

Dampak dari sleep deprivation ini lumayan mengganggu. Puan jadi susah fokus saat bekerja, belajar, atau menyetir. Selain itu, seseorang yang mengalami sleep deprivation juga bisa jadi sulit memahami emosi orang lain dan mudah merasa kesal, marah, atau cemas.

Sleep deprivation memang bisa bikin aktivitas sehari-hari berantakan. Namun, sering kali kondisi ini disamakan dengan insomnia, padahal keduanya berbeda.


Perbedaan Sleep Deprivation dengan Insomnia

Singkatnya, insomnia itu kondisi di mana Puan susah sekali tidur, meskipun sudah mencoba. Sementara sleep deprivation lebih merujuk pada akibatnya, yaitu ketika Puan memang tidak  tidur dengan waktu yang cukup.

Jadi, insomnia bisa menjadi penyebab sleep deprivation, tapi tidak semua sleep deprivation disebabkan oleh insomnia. Lalu, apa saja penyebab lain dari sleep deprivation?

 

Penyebab Sleep Deprivation

Kebanyakan sleep deprivation disebabkan oleh gaya hidup atau kondisi medis tertentu.

  • Pekerjaan shift, terutama yang dilakukan di malam hari.
  • Konsumsi stimulan seperti kafein, khususnya di sore atau malam hari.
  • Kebiasaan tidur atau sleep hygiene yang buruk.
  • Tingkat stres yang tinggi.
  • Tidur di tempat baru atau asing, misalnya di hotel.
  • Kondisi medis seperti sleep apnea atau napas berhenti saat tidur.
  • Masalah kesehatan mental seperti depresi dan anxiety.

Jika Puan mengalami salah satu dari kondisi di atas, jangan langsung panik. Priska punya beberapa tips yang bisa dicoba untuk memulihkannya.

 

Tips Memulihkan Gejala Sleep Deprivation

Sleep deprivation itu masalah umum dan sering kali bisa diatasi sendiri, selama belum terlalu parah. Namun, kalau gejalanya terus-menerus muncul, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter, ya.

  1. Agar sleep deprivation cepat pulih, Puan dapat menerapkan beberapa tips di bawah ini.
  2. Jadwalkan waktu tidur. Jam tidur yang konsisten bisa meningkatkan kualitas tidur kita.
  3. Sediakan waktu tidur yang cukup. Sesibuk apa pun, tidur itu penting. Ingat, tubuh yang produktif dimulai dari tidur yang cukup.
  4. Jauhi gadget atau lampu terang menjelang tidur. Cahaya dari layar HP dan laptop bisa mengacaukan jam biologis tubuh.
  5. Hindari makan berat sebelum tidur agar tubuh bisa beristirahat dengan sempurna.
  6. Rajin berolahraga. Aktivitas fisik, bahkan sekadar jalan kaki, bisa membantu meningkatkan kualitas tidur.
  7. Jangan ketergantungan obat tidur. Penggunaan obat tidur dalam jangka panjang, bahkan yang dijual bebas, bisa berdampak buruk bagi kesehatan.


Dengan memahami apa itu sleep deprivation dan bagaimana dampaknya, kita bisa lebih sadar akan pentingnya menjaga kualitas tidur. Memiliki jadwal tidur yang teratur, menghindari gadget sebelum tidur, dan berolahraga rutin adalah langkah sederhana yang bisa sangat membantu memulihkan gejala sleep deprivation.

Tidur bukan cuma soal memejamkan mata, tapi juga investasi untuk kesehatan dan produktivitas kita di hari mendatang. Yuk, mulai sekarang kita lebih peduli pada waktu tidur!


Referensi

Cleveland Clinic

National Heart, Lung, and Blood Institute of United States


Author & Editor

Dwi Khumaeroh Saadah


Komentar

Rubik Puan Popular

Kenyataan Work-Life Balance yang Sering Disalahpahami

Puan nggak sih Puan ngerasa kayak semua hal minta waktu di saat yang sama kuliah, kerja, organisasi, bahkan diri Puan sendiri? Semua bilang “harus seimbang,” tapi nggak ada yang ngajarin gimana caranya. Akhirnya, kita terus coba jadi semuanya: anak yang berbakti, teman yang ada, mahasiswa yang aktif, pekerja yang nggak pernah telat, padahal diam-diam… kita cuma pengen napas sebentar. Mitos 50:50 dan kenapa ia berbahaya Work-life balance sering disalahpahami kayak rumus matematika 50% kerja, 50% istirahat. Padahal hidup nggak sesederhana itu. Keseimbangan bukan angka tetap, tapi kemampuan untuk menyesuaikan fokus sesuai fase hidup. Ada masa di mana Puan lagi all-out di karier atau kampus, dan itu nggak salah. Ada masa juga di mana Puan lagi perlu berhenti, pulih, dan mengembalikan energi dan itu juga bagian dari seimbang. American Psychological Association (2021), mencatat bahwa ketika keseimbangan kerja dan hidup terganggu, stres kronis dan burnout mudah muncul. Jadi, “seimbang” buk...

Magang atau Kuliah Dulu? Ini Panduan Biar Kamu Tetap On Track di Dunia Kampus & Karier

Image by: hotcourses.co.id Puan, pernah nggak sih, ngerasa kayak lagi di persimpangan hidup? Di satu sisi, Puan ingin fokus kuliah, ngerjain tugas, dan jaga IP biar tetap aman, tapi di sisi lain, teman-teman Puan udah banyak yang sibuk update LinkedIn atau magang di perusahaan keren? Sementara kita baru ngerjain makalah tiga bab aja udah ngos-ngosan. Lalu muncul pertanyaan “Aku harus fokus kuliah dulu, atau mulai magang biar nggak ketinggalan ya?” Tenang, Puanners. Kalau kamu lagi ada di fase itu, kamu nggak sendirian, dan jawabannya adalah nggak harus pilih salah satu. Kuncinya bukan di urutannya, melainkan di bagaimana Puan menemukan keseimbangan dan arah dari keduanya. Kuliah Adalah Fondasi, Magang Adalah Jembatannya Kuliah itu bukan cuma tentang IP dan SKS, melainkan juga waktu untuk membentuk cara berpikir dan mengenali diri. Sementara magang jadi tempat untuk menerapkan semua teori yang udah Puan pelajari di kelas. Keduanya penting, tapi porsinya bisa beda-beda tergantung Puan la...

Growth Mindset vs Fixed Mindset: Pilihan Pola Pikir yang Menentukan Masa Depan

Image by  Source of Insight Manusia pada dasarnya diciptakan berbeda beda ya, Puan, begitu juga dengan mindset yang dibangun oleh diri kita sendiri. Menurut Carol Dweck psikologi dari Stanford University mindset terbagi menjadi dua yaitu fixed mindset dan growth mindset . Apa itu fixed mindset ? Fixed mindset merupakan pola pikir yang percaya bahwa suatu kecerdasan ataupun bakat dalam individu yang sifatnya tidak akan pernah berubah. Orang yang mempunyai fixed mindset cenderung mudah menyerah, tidak mau ambil resiko atas tantangan dalam hidup serta mudah merasa terancam atas keberhasilan orang lain. Lalu, apa itu growth mindset ? Growth mindset merupakan pola pikir yang ingin selalu berkembang dan percaya bahwa sebuah kesuksesan bisa didapatkan dengan kerja keras. Dengan kata lain seorang yang mempunyai growth mindset akan selalu tampil berani serta mencoba hal-hal baru. Perbedaan kedua mindset ini apasih? Fixed mindset Menghindari tantangan karena takut dengan kegagalan te...

Fear of Being Perceived: Alasan Kamu Takut Kena Judge

             Puan, dalam ruang sosial pernah nggak sih merasa bahwa ada banyak pasang mata yang seakan mengikuti setiap gerak-gerik? Seakan tatapan orang lain yang bahkan belum tentu kita kenal aja secara nggak langsung memvalidasikan sesuatu yang kita lakukan. Contohnya saat Puan keluar rumah ada kecenderungan untuk tampil secara baik.  Dalam hal ini, semua yang Puan pakai harus menyesuaikan ekspektasi banyak orang di zaman ini. Apa yang kita unggah ke media sosial adalah sisi yang paling baik, tapi belum tentu sisi yang benar-benar mencerminkan diri sendiri. Apa Itu Fear of Being Perceived? Menurut sumber web Psychology Today, pada dasarnya setiap individu memiliki keinginan untuk divalidasi, dilihat, dan dianggap oleh orang lain sebagaimana versi diri kita yang sebenar-benarnya. Namun, dalam perjalanannya mungkin kita pernah mengalami kritik berlebih atau dianggap aneh ketika mencoba menjadi diri sendiri. Sehingga ketika kita mencoba menja...

Spiral of Silence Theory: Jadi Minoritas Jarang Didengar

source: Kompasiana.com Spiral of Silence Theory   atau yang disebut dengan teori spiral keheningan, mungkin terdengar asing ya, Puan? Tapi apakah kamu pernah merasa ketika ingin menyampaikan pendapat dalam suatu isu, namun ada keraguan dan ketakutan karena nanti menjadi terisolasi sendiri, sehingga pendapat tersebut tak jadi kamu disampaikan? Teori spiral keheningan atau  spiral of silence theory  ini pertama kali dicetuskan oleh  Elisabeth Noelle Neumann  (1973) mengenai kelompok minoritas yang cenderung akan menjadi diam atau tidak berani menyampaikan pendapatnya karena takut akan terisolasi dari lingkungan disekitarnya. Maka sering kali, minoritas mengikuti pendapat kelompok mayoritas. source: kumparan.com Dalam lingkup sosial hal ini sering terjadi, bahkan orang cenderung menghindarinya dan lebih memilih mengikuti pendapat mayoritas dengan anggapan bahwa tidak akan merasa sendiri atau terisolasi di tengah masyarakat. Melihat perilaku masyarakat Indonesia ya...