Tanpa sadar, kita terkadang mendapati diri sedang berbicara sendirian. Pernah tiba-tiba bergumam, "Oke, waktunya kita makan," atau bertanya seolah ada orang lain di dalam diri kita, "Eh, ini lokasinya benar gak, ya?" Entah itu bergumam saat kebingungan, memberikan motivasi saat kesulitan, atau menyuarakan isi pikiran seperti sedang berada di acara podcast, semua itu sangat wajar dan normal.
Berbicara pada diri sendiri bisa menjadi alat komunikasi internal yang kuat. Kebiasaan ini juga dikenal dengan istilah self-talk dalam psikologi. Menariknya, seiring bertambah dewasa, frekuensi berbicara pada diri sendiri cenderung berkurang, tidak seintens saat kita masih kecil.
Apa itu self-talk?
Self-talk atau bicara sendirian adalah cara kita berkomunikasi pada diri sendiri, baik itu dalam hati atau diucapkan dengan keras. Kebiasaan ini punya pengaruh besar terhadap cara kita berpikir, merasakan, dan bertindak. Oleh karena itu, penting sekali untuk menyadari apakah self-talk kita cenderung positif, netral, atau negatif.
Menurut penelitian dari Middle Tennessee State University, self-talk yang positif dapat mencerminkan pengelolaan emosi dan mindfulness yang merupakan kunci dari kecerdasan emosional seseorang. Meskipun sering dilakukan secara spontan, bukan berarti self-talk terjadi tanpa alasan yang jelas.
Kenapa kita bicara pada diri sendiri?
Menurut Dr. Brinthaupt, ada dua teori yang menjadi alasan mengapa seseorang bicara sendirian:
Social isolation theory: Self-talk terjadi sesimpel karena seseorang merasa sendirian dan ingin mengusir sepi.
Cognitive disruption theory: Self-talk terjadi saat seseorang berada di situasi sulit yang memengaruhi kondisi mental mereka.
Jadi, wajar sekali kalau Puan bicara sendiri. Bahkan, hampir semua orang juga begitu. Self-talk bisa jadi cara ampuh untuk memproses emosi dan salah satu cara kita bisa berdiskusi dengan diri sendiri. Selain itu, self-talk juga memiliki banyak sekali manfaat.
Manfaat bicara pada diri sendiri
- Memperjelas Isi Pikiran
Mengungkapkan isi pikiran secara verbal bisa membuatnya lebih mudah dipahami. Ini memudahkan Puan untuk membuat keputusan, mengatur sesuatu, atau menghadapi masalah.
Memotivasi Diri
Memberikan semangat pada diri sendiri dengan kalimat seperti, "Aku pasti bisa!" mampu meningkatkan rasa percaya diri Puan dan membantu menjaga fokus.
Mengelola Emosi
Self-talk dapat mengelola perasaan Puan dengan lebih baik. Contohnya, jika Puan gugup sebelum presentasi, mengatakan, "Tenang, udah aku siapin semuanya dengan baik!" bisa sangat membantu mengurangi kecemasan.
Memperkuat Pembelajaran atau Hafalan
Berbicara keras-keras saat mempelajari hal baru dapat membantu Puan mengingat dan memahami informasi yang masuk dengan lebih efektif.
Memecahkan Masalah Personal
Menyuarakan suatu masalah dengan suara lantang membantu Puan memproses informasi lebih dalam dan objektif, sehingga menemukan solusi yang tepat.
Kapan bicara sendirian bisa jadi tanda bahaya?
Berbicara pada diri sendiri dengan ucapan yang positif memang punya banyak manfaat. Namun, saat ucapan tersebut jadi negatif, ini justru bisa memperkuat emosi buruk. Self-talk yang negatif dapat memicu depresi, rendah diri, dan menyerang kesehatan mental lainnya.
Oleh karena itu, sangat penting untuk membedakan antara self-talk yang sehat dan psikosis. Menurut National Institute of Mental Health of America, self-talk yang sehat itu sifatnya alami, disadari, dan bisa dikendalikan. Sementara itu, psikosis muncul dari persepsi yang diyakini nyata, padahal itu hanyalah halusinasi. Psikosis yang menjadi gejala utama skizofrenia juga dapat menyebabkan self-talk terdengar kacau dan tidak masuk akal.
Mosunic, C. (2025, September 3). Why do I talk to myself? What your self-talk means. Calm Blog. https://blog.calm.com/blog/why-do-i-talk-to-myself
Porrey, M. (2025, Juli 20). Is It Normal to Talk to Yourself? Here’s When It’s Not. Verywell Health. https://www.verywellhealth.com/is-talking-to-yourself-normal-5272241

Komentar
Posting Komentar