Image by: LinkedIn Pernah ga Puan rela menghabiskan waktu berjam-jam melakukan sesuatu atau merevisi pekerjaan berkali kali? “Ulang deh, masih kurang bagus,” atau “Duh, ada yang miring dikit, ulang lagi aja deh biar lebih bagus.” Jadinya Puan butuh waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan satu pekerjaan karena merasa kurang puas sama hasilnya yang kelihatan belum sempurna. Kayak, Puan selalu punya celah untuk notice kesalahan sekecil mungkin, padahal orang lain ga sadar ada yang salah. Kalau Puan merasa relate , bisa jadi Puan termasuk orang yang perfeksionis. Nah, Apa Sih Perfeksionis Itu? Perfeksionis sendiri merupakan orang orang yang menetapkan standar tinggi terhadap kinerja dan kepribadian mereka. Karena hal tersebut, orang orang yang perfeksionis biasanya punya ambisi yang tinggi, karena mereka menginginkan hal-hal yang mereka lakukan berakhir dengan sempurna tanpa kesalahan sekecil mungkin. Tunggu, coba jujur sebentar. Apa benar itu soal standar tinggi? Atau ...
Puan tentunya pernah bukan, merasakan stress? Misal, merasa stress karena pendidikan, pekerjaan, keluarga, hingga masalah percintaan. Ketika merasa stress, dapat dipastikan bahwa Puan akan melakukan suatu tindakan sebagai strategi dalam menghadapi situasi yang menghadapi situasi tersebut. Tindakan tersebut disebut pula sebagai Coping Mechanism . Bagaimana menerapkan "Coping Mechanism" yang tepat? Walaupun merupakan tindakan pelepasan stres namun nyatanya tak semua tindakan coping mechanism itu positif. Mungkin saja Puan melakukan mekanisme koping hanya untuk mengalihkan Puan dari perasaan stres tanpa menyelesaikan masalah Puan sendiri dan tentunya dapat mengarahkan Puan ke kebiasaan yang tidak sehat. Seperti menyakiti diri sendiri, meminum minuman keras, memakan makanan yang tidak sehat secara berlebihan, menghindari aktivitas sosial dalam jangka waktu yang panjang. Lalu bagaimanakah melakukan coping mechanism secara benar dan tepat? Menurut Lazarus dan Susan...