Langsung ke konten utama

Memahami Rasa Mampu dan Self-Efficacy

  Ilustrasi pengertian self efficacy. Sumber: Pexels/Miriam Alonso Banyak orang berasumsi rasa mampu itu berasal dari perasaan, kalau sudah “percaya diri” semuanya lancar. Padahal penelitian dan beberapa ulasan tentang self-efficacy menunjukkan hal yang berbeda, keyakinan bahwa kita bisa lebih sering muncul karena adanya bukti konkret, seperti pengalaman sukses berulang, feedback yang jelas, dan praktik yang terukur. Dengan kata lain, saat Puan merasa “nggak mampu,” seringkali yang kurang bukanlah kemampuan dasar, melainkan pengalaman yang meyakinkan diri sendiri.  Kenapa Pembeda ini Penting? Kalau self-efficacy disamakan dengan sekadar percaya diri, saran yang muncul sering klise seperti “ayo lebih PD!” Pendekatan ini mudah terasa kosong. Perspektif berbasis bukti dapat memindahkan fokus dari memaksa perasaan menjadi mengumpulkan pengalaman nyata. Hal ini lebih praktis, konkret, dan mudah diikuti. Apa Itu Self-Efficacy? Self-efficacy adalah keyakinan seseorang terhadap kemamp...

Memahami Rasa Mampu dan Self-Efficacy

 

Ilustrasi pengertian self efficacy. Sumber: Pexels/Miriam Alonso

Banyak orang berasumsi rasa mampu itu berasal dari perasaan, kalau sudah “percaya diri” semuanya lancar. Padahal penelitian dan beberapa ulasan tentang self-efficacy menunjukkan hal yang berbeda, keyakinan bahwa kita bisa lebih sering muncul karena adanya bukti konkret, seperti pengalaman sukses berulang, feedback yang jelas, dan praktik yang terukur. Dengan kata lain, saat Puan merasa “nggak mampu,” seringkali yang kurang bukanlah kemampuan dasar, melainkan pengalaman yang meyakinkan diri sendiri. 

Kenapa Pembeda ini Penting?
Kalau self-efficacy disamakan dengan sekadar percaya diri, saran yang muncul sering klise seperti “ayo lebih PD!” Pendekatan ini mudah terasa kosong. Perspektif berbasis bukti dapat memindahkan fokus dari memaksa perasaan menjadi mengumpulkan pengalaman nyata. Hal ini lebih praktis, konkret, dan mudah diikuti.

Apa Itu Self-Efficacy?
Self-efficacy adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan tugas tertentu atau menghadapi situasi spesifik. Ini bukan sinonim dari “percaya diri” umum, self-efficacy bersifat kontekstual. Puan bisa memiliki self-efficacy tinggi pada satu tugas, tapi rendah pada tugas lain. 

Enam Langkah Praktis untuk Memperkuat Rasa Mampu dalam Diri
  1. Micro-mastery dengan memilih bagian kecil dari tugas besar dan selesaikan dalam 20 menit.
  2. Catat Kemenangan Kecil, membuat catatan singkat atau bullet journal setiap hari satu baris berisi apa yang berhasil, berapa lama, dan apa insight-nya.
  3. Modeling realistis dengan mengamati senior atau teman yang mirip dengan latar Puan, lalu pilih satu teknik mereka dan coba sesuaikan. 
  4. Feedback Spesifik dengan cara meminta komentar terukur dan membangun, bukan pujian umum. 
  5. Progressive exposure, yakni meningkatkan skala perlahan setelah micro task berhasil. 
  6. Menjadikan Kegagalan sebagai Data dengan mencatat variabel yang berubah (kondisi, persiapan, feedback) lalu ubah satu variabel di percobaan berikutnya. 
Jangan menunggu perasaan “100% yakin” untuk bertindak. Rasa mampu datang karena tindakan. Jangan juga membandingkan progress awal Puan dengan orang yang sudah berulang kali melakukan hal sama. 

Kalau Puan sering merasa “nggak mampu” di tengah padatnya kegiatan dan tuntutan sekitar, ingat bahwa kapasitas Puan tidak ditentukan oleh satu hari berat. Mulai saja dari langkah yang paling mungkin Puan lakukan sekarang. Perlahan, pengalaman menyelesaikan hal-hal kecil ini akan membentuk keyakinan yang lebih kuat bahwa Puan memang mampu dengan cara Puan sendiri.


Author & Editor: Daru Sekar Arum 


Referensi 



Komentar

Rubik Puan Popular

Bukan Tentang SEMPURNA Melainkan Tentang Percaya: Merawat SELF EFFICACY di Tengah Life Standard TikTok.

Image by: emy-l “ Don’t compare yourself with anyone else in the world. If you do so you are insulting yourself .” - Bill Gates Puan, pernah nggak si merasa cemas dan insecure ketika scrolling TikTok?... Tanpa sadar di saat kita scrolling, sering muncul konten “life standard” di FYP kita yang mengatakan jika di usia segini harus punya karier begini, pasangan begitu, dan pencapaian setinggi itu sehingga berujung membuat suasana yang nggak nyaman. Dalam hitungan detik, tanpa sadar kita membandingkan diri. Lalu muncul suara kecil di kepala, “Kok aku belum kayak mereka ya?” Pelan-pelan, rasa percaya diri terkikis, dan kita mulai ragu pada kemampuan diri sendiri. TikTok mungkin memiliki standard tersendiri, tetapi apakah kita perlu mengikuti standard tersebut? Kita berhak menentukan hidup kita sendiri, kita bertanggung jawab atas apa yang kita pilih, dan kita berhak menentukan arah dan tujuan hidup kita.  ...Karena hidup bukan tentang siapa yang lebih cepat mencapai sesuatu, melai...

Saat Semua Terlihat Baik-Baik Saja di Media Sosial: Emotional Granularity Membantu Jujur pada Diri Sendiri

Iamge by: IMOM “ Knowing yourself is the beginning of all wisdom” - Aristotle  Puan pernah nggak sih di saat perasaan lagi campur aduk dan lagi ingin sendiri, tapi terpaksa untuk kumpul bersama teman karena kewajiban kuliah/kerja dan susah untuk mencoba menjelaskan ke mereka yang  hasilnya cuma, “Gapapa kok, aku lagi capek aja.” Terkadang di saat kita sedang lelah karena pekerjaan atau tugas kuliah, kita jadi lebih mudah tesinggung akan hal-hal kecil termasuk perkataan orang lain ke diri kita. Dari sini kita bisa membedakan mana emosi, rasa lelah, dan stress . Padahal, kemampuan untuk membedakan perasaan dengan lebih detail adalah salah satu kunci terbesar dalam memahami diri dan inilah yang disebut sebagai emotional granularity. Apa itu Emotional Granularity ?  Emotional granurality adalah kemampuan untuk mengenali dan memberi label emosi dengan lebih spesifik. Bukan hanya “sedih”, namun “kecewa karena ekspektasi nggak terpenuhi”. Bukan sekedar “marah”, namun “kesal k...

Bahaya Brain Rot! Konten singkat yang perlu diwaspadai!

Image by: Fortnite  Puan, saat sedang scroll sosmed pernahkah menemukan konten seperti: “Tung tung sahur, Ballerina cappucina, Bombardino crocodillo!” Lucu tapi aneh, dan konten seperti ini sering muncul di FYP kita setiap hari. Tanpa disadari, kita menertawakannya, lalu scroll lagi, tertawa lagi, lalu ulangi. Konten ini disebut anomali, konten hiburan instan yang tampaknya ringan, tapi bisa berdampak besar ke otak kalau dikonsumsi terus-menerus. Ini bukan sekadar candaan. Ini bisa jadi awal dari brain rot . Apa Itu Brain Rot? Brain rot adalah kondisi ketika otak kita mulai kehilangan kemampuannya karena terlalu sering terpapar konten yang tidak merangsang pikiran. Konten-konten yang lucu tapi absurd itu, meski terlihat harmless, ternyata bisa membuat otak kita terbiasa dengan hal-hal instan, tanpa makna, dan tidak menantang. Bayangkan jika otak kita terus-menerus dijejali informasi kosong tanpa pernah dilatih. Apa yang akan terjadi? Dampak Brain Rot  Kerja mudah terdistr...

Mengatasi Perbandingan Sosial: Menggenggam Self-Acceptance di Era Media Sosial

Pernahkah Puan merasa terjebak dalam erangkap perbandingan tak berujung di era media sosial? Melihat orang lain yang tampak lebih sukses, lebih berprestasi, atau lebih cantik dari Puan dapat membuat Puan merasa minder. Pertanyaan-pertanyaan seperti "Mengapa aku tidak sebaik dia?" atau "Mengapa hidupnya tampak lebih sempurna daripada milikku?" mungkin telah menghantui pikiran Puan. Jangan khawatir, Puan tidak sendirian! Perasaan-perasaan ini adalah hal yang wajar, terutama dalam dunia yang semakin terhubung dan serba kompetitif seperti masa kini. Namun, penting bagi Puan sebagai perempuan masa kini untuk memahami bahwa self-acceptance (penerimaan diri) adalah kunci utama untuk menggenggam kekuatan sejati dan menemukan kedamaian dalam hidup. Self-acceptance bukanlah proses instan, melainkan perjalanan emosional yang membutuhkan waktu dan dedikasi.  Dalam perjalanan ini, penerimaan diri mengajarkan Puan untuk mencintai dan menerima diri sendiri dengan segala kelebiha...

Doom Spending: Kebiasaan yang Bikin Dompet Jebol

                                                                                            sumber: detik.com Puan pernah nggak merasa belum akhir bulan tapi saldo sudah habis? Atau merasa nggak banyak jajan tapi uang menipis? Jangan-jangan puan terkena fenomena doom spending ! Pernah dengar doom spending? Sebenernya apa itu doom spending? Pengertian Doom Spending dan Penyebabnya Melansir dari halaman Finansial Bisnis , Doom Spending adalah pola konsumtif berlebihan yang mendorong seseorang untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Pembelian ini sering bersifat receh dan tidak penting, tapi dampaknya bisa bikin uang kita habis. Mengapa doom spending ini bisa terjadi? Salah satu penyebabnya ada...