Skip to main content

Reverse Bucket List: Cara Simpel Biar Makin Bersyukur dan Termotivasi

  Puan, pernah nggak merasa hidup kayak jalan di tempat? Daftar keinginan segunung, tapi progresnya pelan dan kadang bikin down ? Nah, konsep Reverse Bucket List bisa jadi solusi yang menarik! Apa itu Reverse Bucket List? Biasanya, bucket list berisi daftar mimpi atau target yang ingin diraih di masa depan. Sedangkan, reverse bucket list justru kebalikannya: Puan membuat daftar pencapaian, momen membahagiakan, serta hal yang sudah Puan alami dan capai. Mulai dari hal besar sampai kecil yang bikin Puan bangga atau senyum sendiri.    Contohnya seperti, berani presentasi di depan umum, liburan seru bareng keluarga atau teman, membantu orang lain tanpa pamrih, atau berhasil membangun kebiasaan sehat, meski kecil.  Mengapa Reverse Bucket List Penting?  Menanamkan Rasa Syukur Alih-alih fokus pada apa yang belum tercapai, reverse bucket list mengingatkan kita pada hal-hal yang sudah berhasil dilewati. Ini membangun rasa syukur, melawan kecenderungan membandingkan ...

Toxic productivity? Let's shed it!


Pernahkah Puan merasa seperti roda berputar yang tak pernah berhenti? Setiap hari terasa seperti lomba marathon tanpa garis finish. Padahal, Puan sudah menyelesaikan segudang tugas, namun rasa puas tak kunjung datang. Justru, muncul perasaan gelisah dan takut jika tidak terus-menerus produktif. Jika mengalami hal ini, mungkin Puan sedang terjebak dalam lingkaran setan yang disebut toxic productivity.

Toxic productivity adalah kondisi di mana seseorang merasa tertekan untuk terus-menerus produktif tanpa mempertimbangkan kesehatan mental dan fisik. Ini adalah obsesi yang tidak sehat untuk selalu melakukan sesuatu, bahkan ketika tubuh dan pikiran sudah lelah. Orang yang terjebak dalam toxic productivity seringkali mengukur keberhasilan mereka berdasarkan seberapa banyak hal yang mereka capai, bukan kualitas hidup mereka.

Kenapa Toxic Productivity Berbahaya?

  • Terus-menerus memaksa diri untuk bekerja keras akan membuat tubuh dan pikiran kelelahan.

  • Tekanan untuk selalu produktif dapat memicu masalah kesehatan mental yang serius.

  • Kurangnya waktu untuk bersosialisasi dengan orang-orang terdekat.

  • Fokus yang berlebihan pada pekerjaan membuat kita mengabaikan aspek penting lainnya dalam hidup.

Ciri-ciri Orang yang Mengalami Toxic Productivity

  • Mereka seringkali merasa bersalah jika tidak melakukan sesuatu yang "produktif".

  • Tidur, makan, dan bersosialisasi sering kali dikorbankan demi menyelesaikan tugas.

  • Terlalu fokus pada pencapaian orang lain dan merasa tidak cukup baik.

  • Bahkan saat beristirahat, pikiran masih terisi dengan pekerjaan.

  • Terhubung dengan pekerjaan secara konstan, bahkan di luar jam kerja.

Ada beberapa faktor yang dapat mendorong seseorang terjebak dalam toxic productivity, antara lain:

  • Tekanan untuk selalu tampil terbaik dan mencapai target yang tidak realistis.

  • Melihat postingan orang lain yang sukses dapat memicu rasa iri dan keinginan untuk terus berprestasi.

  • Keinginan untuk selalu melakukan segala sesuatu dengan sempurna.

  • Merasa perlu membuktikan diri kepada orang lain.

Cara Mengatasi Toxic Productivity

  • Langkah pertama adalah mengakui bahwa kamu sedang mengalami toxic productivity.

  • Berikan waktu yang cukup untuk tidur, makan, dan berolahraga.

  • Tetapkan batas waktu kerja yang jelas dan patuhi itu.

  • Cobalah meditasi, yoga, atau hobi yang menyenangkan untuk mengurangi stres.

  • Bicara dengan teman, keluarga, atau terapis tentang apa yang kamu rasakan.

Toxic productivity mengajarkan kita bahwa kesuksesan tidak hanya diukur dari seberapa banyak yang kita lakukan, tetapi juga dari seberapa baik kita menjalani hidup. Dengan menyeimbangkan kehidupan pribadi dan profesional, kita dapat mencapai kebahagiaan dan kepuasan yang lebih besar.

Tips untuk Membangun Keseimbangan Hidup:

  • Jangan terlalu banyak menumpuk tugas dalam sehari.

  • Tidak perlu selalu menerima semua permintaan.

  • Apresiasi setiap kemajuan yang kamu buat.

  • Bergabung dengan kelompok yang memiliki minat yang sama.

  • Berada di alam dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan mood.

Toxic productivity adalah masalah yang serius, tetapi bisa diatasi. Dengan kesadaran diri, dukungan dari orang-orang terdekat, dan perubahan gaya hidup, kita dapat keluar dari lingkaran setan ini dan membangun kehidupan yang lebih sehat dan bahagia. Ingatlah, kesuksesan sejati bukanlah tentang jumlah tugas yang selesai, tetapi tentang kualitas hidup yang kita nikmati.


Author: Maya Zahwa Aulia


Comments

Rubik Puan Popular

Inner Child: Bagian dari Diri yang Ingin Didengar dan Dipeluk

  Sumber: childfoundationcenter.com Pernah nggak merasa “terlalu sensitif”, “takut ditolak”, atau “gampang merasa bersalah”, tapi Puan sendiri nggak tahu kenapa? Mungkin itu bukan Puan yang sekarang yang sedang reaktif. Bisa jadi… itu adalah anak kecil di dalam diri yang sedang terluka yang belum pernah benar-benar didengarkan. Namanya: inner child . Apa Itu Inner Child? Inner child adalah sisi diri kita yang menyimpan pengalaman, perasaan, dan luka dari masa kecil. Dia adalah versi diri kita yang dulu, yang masih polos, penuh rasa ingin tahu, tetapi rentan dan mudah terluka. Meskipun tubuh Puan tumbuh dewasa, inner child nggak ikut tumbuh. Ia tetap tinggal di sana, menyimpan kenangan baik maupun buruk, dan sering muncul dalam bentuk respons emosional yang seringkali kita sendiri nggak paham. Dari Mana Datangnya Luka Inner Child? Luka inner child bisa berasal dari hal-hal yang terlihat “biasa” tapi menyakitkan bagi Puan Dulu sering dimarahi karena menangis, jadi sekarang sulit...

Reverse Bucket List: Cara Simpel Biar Makin Bersyukur dan Termotivasi

  Puan, pernah nggak merasa hidup kayak jalan di tempat? Daftar keinginan segunung, tapi progresnya pelan dan kadang bikin down ? Nah, konsep Reverse Bucket List bisa jadi solusi yang menarik! Apa itu Reverse Bucket List? Biasanya, bucket list berisi daftar mimpi atau target yang ingin diraih di masa depan. Sedangkan, reverse bucket list justru kebalikannya: Puan membuat daftar pencapaian, momen membahagiakan, serta hal yang sudah Puan alami dan capai. Mulai dari hal besar sampai kecil yang bikin Puan bangga atau senyum sendiri.    Contohnya seperti, berani presentasi di depan umum, liburan seru bareng keluarga atau teman, membantu orang lain tanpa pamrih, atau berhasil membangun kebiasaan sehat, meski kecil.  Mengapa Reverse Bucket List Penting?  Menanamkan Rasa Syukur Alih-alih fokus pada apa yang belum tercapai, reverse bucket list mengingatkan kita pada hal-hal yang sudah berhasil dilewati. Ini membangun rasa syukur, melawan kecenderungan membandingkan ...

Unlocking the It Girl Mindset: Rahasia Menjadi Versi Terbaik Dirimu

  Sumber: Pinterest Pernahkah Puan bertanya-tanya kenapa beberapa orang selalu terlihat mempesona, penuh percaya diri, dan memiliki aura yang membuat semua mata tertuju pada mereka? Apakah itu merupakan bawaan dari lahir atau ada rahasia di baliknya? Well , jawabannya hanya terletak pada satu hal, yaitu ‘ It Girl Mindset ’. Sebenarnya, apa sih ‘It Girl Mindset ’ itu? Yuk, simak pembahasannya pada artikel ini! Pengertian It Girl Mindset Melansir dari halaman Plum Healthy Fine , It Girl digambarkan sebagai perempuan yang memiliki percaya diri, modis, dan menjadi idaman bagi banyak orang. Mereka ini merupakan simbol dari kekuatan dan keanggunan dengan menjadi diri sendiri sebagai ciri khasnya. Seorang It Girl biasanya bangga untuk menjadi dirinya yang paling autentik. Oleh karena itu, banyak orang yang mengagumi mereka dan ingin menjadi seperti mereka. It Girl juga tidak bertindak dengan ragu-ragu, fokus pada tujuan serta pengembangan diri, dan tidak peduli dengan tanggapan buruk o...

Mengenal FOMO dan JOMO: Insight Berharga dari Webinar Learning Space Puan Bisa Bersama Ambar Restika

[Jakarta, 16 Agustus 2024] - Learning Space 2024 , Puan Bisa melakukan survei terkait bagaimana perempuan masa muda menghadapi masa quarter life crisis yang juga dibarengi dengan perasaan fear of missing out. Didapati sekitar lebih dari 57% perempuan muda merasakan fear of missing out yang memberikan dampak rasa tidak percaya diri dan mempertanyakan potensi diri sendiri. Menjawab fenomena tersebut, Puan Bisa membuat webinar online yang bertujuan untuk memahami bagaimana suatu fenomena seperti FOMO itu memang harus kita terima dan dihindari bagi setiap individu, telah sukses pada Jumat 16 Agustus 2024. Acara ini mengundang Ambar Restika Suryandaru, S.Psi, M.Psi., Psikolog—seorang dosen dan pengajar (Universitas Borobudur Jakarta, 2017), serta psikolog online (Associate Psikolog Online Aplikasi Psikologi, 2020). Dengan tema "Understanding FOMO", acara ini dihadiri oleh lebih dari 40 peserta yang antusias untuk mengetahui pentingnya menghindari kebiasaan FOMO. FOMO : Fear Of Mi...

Saving to Stay Sane: Hidup Hemat di Era Tekanan Konsumtif

  Image by:  Sampoerna Academy Puan, kita tau bahwa di tengah kondisi ekonomi yang terus berubah, banyak anak muda di Indonesia harus menghadapi kenyataan pahit, biaya hidup yang semakin tinggi, sementara penghasilan tidak selalu ikut naik. Mulai dari harga sewa tempat tinggal, biaya transportasi, hingga kebutuhan pokok yang semakin mahal. Semuanya semakin menjadi beban tersendiri, terutama bagi mereka yang hidup mandiri di kota besar atau baru mulai melangkah ke dunia kerja. Situasi ini mendorong munculnya kebutuhan untuk mengelola keuangan secara lebih bijak. Bukan sekadar berhemat, melainkan menjalani gaya hidup yang benar-benar memperhitungkan setiap pengeluaran. Di sinilah konsep frugal living menjadi relevan. Bukan karena ikut-ikutan tren, tapi karena memang dibutuhkan sebagai strategi bertahan di tengah tekanan ekonomi dan sosial. Lalu, Apa itu Frugal Living ? Frugal living adalah pola pikir dan gaya hidup di mana seseorang secara sadar membatasi pengeluaran yang dira...