Langsung ke konten utama

Magang atau Kuliah Dulu? Ini Panduan Biar Kamu Tetap On Track di Dunia Kampus & Karier

Image by: hotcourses.co.id Puan, pernah nggak sih, ngerasa kayak lagi di persimpangan hidup? Di satu sisi, Puan ingin fokus kuliah, ngerjain tugas, dan jaga IP biar tetap aman, tapi di sisi lain, teman-teman Puan udah banyak yang sibuk update LinkedIn atau magang di perusahaan keren? Sementara kita baru ngerjain makalah tiga bab aja udah ngos-ngosan. Lalu muncul pertanyaan “Aku harus fokus kuliah dulu, atau mulai magang biar nggak ketinggalan ya?” Tenang, Puanners. Kalau kamu lagi ada di fase itu, kamu nggak sendirian, dan jawabannya adalah nggak harus pilih salah satu. Kuncinya bukan di urutannya, melainkan di bagaimana Puan menemukan keseimbangan dan arah dari keduanya. Kuliah Adalah Fondasi, Magang Adalah Jembatannya Kuliah itu bukan cuma tentang IP dan SKS, melainkan juga waktu untuk membentuk cara berpikir dan mengenali diri. Sementara magang jadi tempat untuk menerapkan semua teori yang udah Puan pelajari di kelas. Keduanya penting, tapi porsinya bisa beda-beda tergantung Puan la...

Boundaries Lost: Bahaya Menjadi People Pleaser

 

Image by Washington Post


Memang, ketika melihat orang-orang di sekitar kita bahagia karena perbuatan kita kepada mereka, hal tersebut akan turut menularkan kebahagiaan itu ke diri kita sendiri. Namun, mengatakan “iya” ke semua hal dan orang sampai membuat diri kamu lupa dengan kemauanmu sendiri bukanlah hal yang baik.

People Pleaser, sebutan bagi seseorang yang selalu berusaha membuat orang-orang di sekitarnya bahagia. Baik itu dalam bentuk perbuatan atau perkataan. People Pleaser akan melakukan hal apa saja demi melihat orang-orang di sekitarnya bahagia walaupun bertentangan dengan apa yang ia pikirkan dan rasakan. Hal ini ia lakukan agar orang-orang tidak kecewa pada dirinya. (Dr. Susan Newman)

Takut orang-orang kecewa pada dirinya, maka People Pleaser cenderung mengutamakan kepentingan orang lain dibandingkan dirinya sendiri. Saking mengutamakan kepentingan orang lain, ia menjadi tidak terlalu mengenal dirinya sendiri. Menjadi sulit merasa apa yang ia rasa karena terlalu sibuk memperhatikan perasaan orang lain dan memenuhi keinginan mereka. Merasa selalu bertanggungjawab atas perasaan orang-orang di sekitarnya, People Pleaser menjadi seorang yang sering minta maaf meskipun kesalahan bukan berasal dari mereka. Mereka meyakini bahwa ketika mereka memberikan segalanya kepada orang lain, mereka akan tetap dicintai dan orang-orang di sekitarnya tidak akan merasa kecewa kepada dirinya.

Tanda-Tanda People Pleaser

Contoh

1. Kamu tidak memedulikan kondisimu demi membantu orang lain.

“Walaupun aku sedang tidak enak badan tapi aku akan membantu dia”

“Tidak jadi istirahat deh, aku harus bantu dia ngerjain tugasnya”

2. Kamu merasa bertanggung jawab dengan kebahagiaan mereka.

“Dia kenapa tidak senang ya? aku harus melakukan sesuatu agar dia senang”

“Aku seharusnya tidak boleh begini, nanti dia akan kecewa kepadaku”

3. Kamu mudah ‘setuju’ dengan pendapat mereka yang tidak sejalan denganmu.

“Emm, boleh aku setuju dengan pendapat kamu”

“Aku ikut aja, setuju kok”

4. Kamu mudah meminta maaf

“Aku minta maaf ya..”

Padahal terkadang, kamu tidak perlu meminta maaf untuk menjadi dirimu sendiri.

5. Kamu selalu merasa tidak nyaman ketika seseorang marah kepadamu

“Jangan marah..”

“Kamu marah ya? aku minta maaf ya..”

Hentikan kebiasaan ini, tidak ada salahnya ketika kamu ingin beristirahat dan tidak membantu teman kamu. Sadari bahwa dengan mengatakan “tidak” bukan suatu masalah yang besar. Mulai dari mengatakan “tidak” pada hal-hal yang kecil, mungkin ketika temanmu meminta bantuan dan pada saat itu kondisi tubuhmu sedang tidak fit. Kamu bisa mengatakan “tidak” dan menjelaskan alasanmu kepadanya. Tentu mereka pun akan memahaminya.

Mungkin sulit untuk melawan perasaan “enggak enak” di dalam diri kamu, tapi tidak ada salahnya mencoba. Jangan biarkan diri kamu tersiksa karena selalu mengikuti perkataan orang lain. Mulai sekarang kamu bisa set boundaries, utamakan dirimu sendiri. Karena pada akhirnya walaupun hidup saling tolong menolong namun yang paling utama dimulai dari diri kita sendiri yang mampu membantu kita berdiri. Jadi, sayangilah dirimu Puan, you don’t have to be sorry for being you.


Author : Namratul Ulya
Editor : Nazwal Bilbina Budiman

Komentar

Rubik Puan Popular

Kenyataan Work-Life Balance yang Sering Disalahpahami

Puan nggak sih Puan ngerasa kayak semua hal minta waktu di saat yang sama kuliah, kerja, organisasi, bahkan diri Puan sendiri? Semua bilang “harus seimbang,” tapi nggak ada yang ngajarin gimana caranya. Akhirnya, kita terus coba jadi semuanya: anak yang berbakti, teman yang ada, mahasiswa yang aktif, pekerja yang nggak pernah telat, padahal diam-diam… kita cuma pengen napas sebentar. Mitos 50:50 dan kenapa ia berbahaya Work-life balance sering disalahpahami kayak rumus matematika 50% kerja, 50% istirahat. Padahal hidup nggak sesederhana itu. Keseimbangan bukan angka tetap, tapi kemampuan untuk menyesuaikan fokus sesuai fase hidup. Ada masa di mana Puan lagi all-out di karier atau kampus, dan itu nggak salah. Ada masa juga di mana Puan lagi perlu berhenti, pulih, dan mengembalikan energi dan itu juga bagian dari seimbang. American Psychological Association (2021), mencatat bahwa ketika keseimbangan kerja dan hidup terganggu, stres kronis dan burnout mudah muncul. Jadi, “seimbang” buk...

Magang atau Kuliah Dulu? Ini Panduan Biar Kamu Tetap On Track di Dunia Kampus & Karier

Image by: hotcourses.co.id Puan, pernah nggak sih, ngerasa kayak lagi di persimpangan hidup? Di satu sisi, Puan ingin fokus kuliah, ngerjain tugas, dan jaga IP biar tetap aman, tapi di sisi lain, teman-teman Puan udah banyak yang sibuk update LinkedIn atau magang di perusahaan keren? Sementara kita baru ngerjain makalah tiga bab aja udah ngos-ngosan. Lalu muncul pertanyaan “Aku harus fokus kuliah dulu, atau mulai magang biar nggak ketinggalan ya?” Tenang, Puanners. Kalau kamu lagi ada di fase itu, kamu nggak sendirian, dan jawabannya adalah nggak harus pilih salah satu. Kuncinya bukan di urutannya, melainkan di bagaimana Puan menemukan keseimbangan dan arah dari keduanya. Kuliah Adalah Fondasi, Magang Adalah Jembatannya Kuliah itu bukan cuma tentang IP dan SKS, melainkan juga waktu untuk membentuk cara berpikir dan mengenali diri. Sementara magang jadi tempat untuk menerapkan semua teori yang udah Puan pelajari di kelas. Keduanya penting, tapi porsinya bisa beda-beda tergantung Puan la...

Growth Mindset vs Fixed Mindset: Pilihan Pola Pikir yang Menentukan Masa Depan

Image by  Source of Insight Manusia pada dasarnya diciptakan berbeda beda ya, Puan, begitu juga dengan mindset yang dibangun oleh diri kita sendiri. Menurut Carol Dweck psikologi dari Stanford University mindset terbagi menjadi dua yaitu fixed mindset dan growth mindset . Apa itu fixed mindset ? Fixed mindset merupakan pola pikir yang percaya bahwa suatu kecerdasan ataupun bakat dalam individu yang sifatnya tidak akan pernah berubah. Orang yang mempunyai fixed mindset cenderung mudah menyerah, tidak mau ambil resiko atas tantangan dalam hidup serta mudah merasa terancam atas keberhasilan orang lain. Lalu, apa itu growth mindset ? Growth mindset merupakan pola pikir yang ingin selalu berkembang dan percaya bahwa sebuah kesuksesan bisa didapatkan dengan kerja keras. Dengan kata lain seorang yang mempunyai growth mindset akan selalu tampil berani serta mencoba hal-hal baru. Perbedaan kedua mindset ini apasih? Fixed mindset Menghindari tantangan karena takut dengan kegagalan te...

Fear of Being Perceived: Alasan Kamu Takut Kena Judge

             Puan, dalam ruang sosial pernah nggak sih merasa bahwa ada banyak pasang mata yang seakan mengikuti setiap gerak-gerik? Seakan tatapan orang lain yang bahkan belum tentu kita kenal aja secara nggak langsung memvalidasikan sesuatu yang kita lakukan. Contohnya saat Puan keluar rumah ada kecenderungan untuk tampil secara baik.  Dalam hal ini, semua yang Puan pakai harus menyesuaikan ekspektasi banyak orang di zaman ini. Apa yang kita unggah ke media sosial adalah sisi yang paling baik, tapi belum tentu sisi yang benar-benar mencerminkan diri sendiri. Apa Itu Fear of Being Perceived? Menurut sumber web Psychology Today, pada dasarnya setiap individu memiliki keinginan untuk divalidasi, dilihat, dan dianggap oleh orang lain sebagaimana versi diri kita yang sebenar-benarnya. Namun, dalam perjalanannya mungkin kita pernah mengalami kritik berlebih atau dianggap aneh ketika mencoba menjadi diri sendiri. Sehingga ketika kita mencoba menja...

Spiral of Silence Theory: Jadi Minoritas Jarang Didengar

source: Kompasiana.com Spiral of Silence Theory   atau yang disebut dengan teori spiral keheningan, mungkin terdengar asing ya, Puan? Tapi apakah kamu pernah merasa ketika ingin menyampaikan pendapat dalam suatu isu, namun ada keraguan dan ketakutan karena nanti menjadi terisolasi sendiri, sehingga pendapat tersebut tak jadi kamu disampaikan? Teori spiral keheningan atau  spiral of silence theory  ini pertama kali dicetuskan oleh  Elisabeth Noelle Neumann  (1973) mengenai kelompok minoritas yang cenderung akan menjadi diam atau tidak berani menyampaikan pendapatnya karena takut akan terisolasi dari lingkungan disekitarnya. Maka sering kali, minoritas mengikuti pendapat kelompok mayoritas. source: kumparan.com Dalam lingkup sosial hal ini sering terjadi, bahkan orang cenderung menghindarinya dan lebih memilih mengikuti pendapat mayoritas dengan anggapan bahwa tidak akan merasa sendiri atau terisolasi di tengah masyarakat. Melihat perilaku masyarakat Indonesia ya...