Langsung ke konten utama

Magang atau Kuliah Dulu? Ini Panduan Biar Kamu Tetap On Track di Dunia Kampus & Karier

Image by: hotcourses.co.id Puan, pernah nggak sih, ngerasa kayak lagi di persimpangan hidup? Di satu sisi, Puan ingin fokus kuliah, ngerjain tugas, dan jaga IP biar tetap aman, tapi di sisi lain, teman-teman Puan udah banyak yang sibuk update LinkedIn atau magang di perusahaan keren? Sementara kita baru ngerjain makalah tiga bab aja udah ngos-ngosan. Lalu muncul pertanyaan “Aku harus fokus kuliah dulu, atau mulai magang biar nggak ketinggalan ya?” Tenang, Puanners. Kalau kamu lagi ada di fase itu, kamu nggak sendirian, dan jawabannya adalah nggak harus pilih salah satu. Kuncinya bukan di urutannya, melainkan di bagaimana Puan menemukan keseimbangan dan arah dari keduanya. Kuliah Adalah Fondasi, Magang Adalah Jembatannya Kuliah itu bukan cuma tentang IP dan SKS, melainkan juga waktu untuk membentuk cara berpikir dan mengenali diri. Sementara magang jadi tempat untuk menerapkan semua teori yang udah Puan pelajari di kelas. Keduanya penting, tapi porsinya bisa beda-beda tergantung Puan la...

Copycat Behaviour: Salin-Menyalin Perilaku Seseorang

 



“Aku beli ini dia beli juga, aku ngelakuin ini dia juga ikut-ikutan, ih nyebelin dah!”

Siapa yang di sini pernah ngomel-ngomel cuman karena merasa kesal ditiru oleh teman atau orang di sekitar Puan? Hm, memang sih bisa dibilang kalau yang namanya tindakan, perilaku, hingga style bisa saja kembaran dikarenakan memang produk-produk yang kamu pakai sedang best seller atau trend sehingga temen kamu pun juga tak sengaja membeli produk yang sama seperti kamu. 

Mungkin Puan cenderung merasa senang ataupun biasa saja ketika mengetahui orang terdekat Puan memiliki barang yang sama dengan kamu. Namun, bagaimana jadinya jika “persamaan” tersebut terjadi berkali-kali dan orang terdekat kamu terus menerus meniru kamu? Tentu kamu akan merasa tidak nyaman.

Nah, perilaku tersebut disebut pula sebagai copycat behaviour.

Sebenarnya, apa sih copycat behaviour itu?

Singkatnya, copycat behaviour merupakan perilaku menyalin atau meniru seseorang. Ada banyak alasan kenapa pelaku melakukan perilaku ini di antaranya, yaitu:

1. Berasal dari perasaan obsesi

Hal ini akan menjadi suatu hal yang ekstrem dan menjadi berbahaya karena bisa saja berujung penguntitan, terobsesi dengan selebriti dan hal lainnya.

2. Perasaan iri kepada orang lain

Kesuksesan hingga kehidupan secara keseluruhan orang lain ditiru. Pelaku ingin memahami akan rahasia di balik semua itu sehingga cara mereka adalah dengan menyalinnya untuk mencapai pencapaian yang sama.

3. Tidak percaya diri

Pelaku merasa tidak percaya akan dirinya sendiri dan merasa bahwa orang lain lebih baik dari mereka. Bisa jadi pelaku tidak menyukai siapa diri mereka sehingga merasa bahwa pelaku dapat melarikan diri jika menjadi dan bertingkah seperti “orang lain”.

Perilaku menyalin (copying) ini juga datang dalam beberapa bentuk di antaranya adalah:

1. Copying at an everyday level

Bentuk yang satu ini ketika seseorang meniru orang lain dengan aspek menyanjung yang terkait orang tersebut. Misal, Puan menyukai gaun teman Puan dan memuji gaun tersebut. Lalu tak lama Puan membeli gaun yang serupa dengan milik teman Puan.

2. Copying at cultural level

Sadarkah Puan bahwa kaum minoritas kerap melakukan tindakan yang seperti budaya mayoritas lakukan? Misal, budaya timur minoritas mungkin meniru budaya barat. Demikian pula, ketika Puan sebagai seorang minoritas dan mengunjungi negara lain maka Puan dapat bertindak menyesuaikan diri pada negara tersebut. Pada level ini, melakukan peniruan lebih dianggap sebagai bentuk penyesuaian diri.

3. Copying at an education level

Penyalinan terjadi ketika seseorang dirasa jauh lebih unggul dari kita. Bisa saja lebih pintar atau rajin, lalu kita menyalin perilaku tersebut sebagai suatu hal yang positif.

4. Copying at individual/personality level

Terdapat pepatah yang mengatakan jika semakin dekat kita dengan seseorang maka semakin sama bahasa tubuh, postur hingga nada suara antara kita dengan orang tersebut. Jika hal itu terjadi, secara tidak langsung perilaku menyalin itu terjadi dikarenakan selain kita berada disekitar orang yang mirip dengan kita, bisa saja hal tersebut bentuk adaptasi antar satu sama lain. Hal ini terjadi dikarenakan orang yang melakukan copying karena ingin berperan dalam membuat kesempatan dalam meningkatkan koneksi sosial.

Sebagai contoh, jika Puan sedang sedih, biasanya Puan akan membuat postur duduk dengan tubuh meringkuk, menunduk, berbicara dengan nada rendah serta menunjukkan ekspresi sedih. Lawan bicara yang mendengarkan akan dapat lebih terhubung dengan Puan jika ia menunjukkan bahasa tubuh dan nada yang serupa dengan Puan.

Bagaimanapun copycat behaviour memiliki sisi positif dan negatif. Lagi-lagi, sesuatu yang berlebihan tidaklah pernah baik, seperti obsesi hingga melakukan penguntitan.



Referensi

Copycat Personality Disorder (Does it Exist?)

Temanmu Selalu Mengikuti Tindakanmu? Mungkin Dia Mengidap Copycat Behaviour


Author: Namratul Ulya
Editor: Clarisa Amelia Putri

Komentar

Rubik Puan Popular

Kenyataan Work-Life Balance yang Sering Disalahpahami

Puan nggak sih Puan ngerasa kayak semua hal minta waktu di saat yang sama kuliah, kerja, organisasi, bahkan diri Puan sendiri? Semua bilang “harus seimbang,” tapi nggak ada yang ngajarin gimana caranya. Akhirnya, kita terus coba jadi semuanya: anak yang berbakti, teman yang ada, mahasiswa yang aktif, pekerja yang nggak pernah telat, padahal diam-diam… kita cuma pengen napas sebentar. Mitos 50:50 dan kenapa ia berbahaya Work-life balance sering disalahpahami kayak rumus matematika 50% kerja, 50% istirahat. Padahal hidup nggak sesederhana itu. Keseimbangan bukan angka tetap, tapi kemampuan untuk menyesuaikan fokus sesuai fase hidup. Ada masa di mana Puan lagi all-out di karier atau kampus, dan itu nggak salah. Ada masa juga di mana Puan lagi perlu berhenti, pulih, dan mengembalikan energi dan itu juga bagian dari seimbang. American Psychological Association (2021), mencatat bahwa ketika keseimbangan kerja dan hidup terganggu, stres kronis dan burnout mudah muncul. Jadi, “seimbang” buk...

Magang atau Kuliah Dulu? Ini Panduan Biar Kamu Tetap On Track di Dunia Kampus & Karier

Image by: hotcourses.co.id Puan, pernah nggak sih, ngerasa kayak lagi di persimpangan hidup? Di satu sisi, Puan ingin fokus kuliah, ngerjain tugas, dan jaga IP biar tetap aman, tapi di sisi lain, teman-teman Puan udah banyak yang sibuk update LinkedIn atau magang di perusahaan keren? Sementara kita baru ngerjain makalah tiga bab aja udah ngos-ngosan. Lalu muncul pertanyaan “Aku harus fokus kuliah dulu, atau mulai magang biar nggak ketinggalan ya?” Tenang, Puanners. Kalau kamu lagi ada di fase itu, kamu nggak sendirian, dan jawabannya adalah nggak harus pilih salah satu. Kuncinya bukan di urutannya, melainkan di bagaimana Puan menemukan keseimbangan dan arah dari keduanya. Kuliah Adalah Fondasi, Magang Adalah Jembatannya Kuliah itu bukan cuma tentang IP dan SKS, melainkan juga waktu untuk membentuk cara berpikir dan mengenali diri. Sementara magang jadi tempat untuk menerapkan semua teori yang udah Puan pelajari di kelas. Keduanya penting, tapi porsinya bisa beda-beda tergantung Puan la...

Growth Mindset vs Fixed Mindset: Pilihan Pola Pikir yang Menentukan Masa Depan

Image by  Source of Insight Manusia pada dasarnya diciptakan berbeda beda ya, Puan, begitu juga dengan mindset yang dibangun oleh diri kita sendiri. Menurut Carol Dweck psikologi dari Stanford University mindset terbagi menjadi dua yaitu fixed mindset dan growth mindset . Apa itu fixed mindset ? Fixed mindset merupakan pola pikir yang percaya bahwa suatu kecerdasan ataupun bakat dalam individu yang sifatnya tidak akan pernah berubah. Orang yang mempunyai fixed mindset cenderung mudah menyerah, tidak mau ambil resiko atas tantangan dalam hidup serta mudah merasa terancam atas keberhasilan orang lain. Lalu, apa itu growth mindset ? Growth mindset merupakan pola pikir yang ingin selalu berkembang dan percaya bahwa sebuah kesuksesan bisa didapatkan dengan kerja keras. Dengan kata lain seorang yang mempunyai growth mindset akan selalu tampil berani serta mencoba hal-hal baru. Perbedaan kedua mindset ini apasih? Fixed mindset Menghindari tantangan karena takut dengan kegagalan te...

Fear of Being Perceived: Alasan Kamu Takut Kena Judge

             Puan, dalam ruang sosial pernah nggak sih merasa bahwa ada banyak pasang mata yang seakan mengikuti setiap gerak-gerik? Seakan tatapan orang lain yang bahkan belum tentu kita kenal aja secara nggak langsung memvalidasikan sesuatu yang kita lakukan. Contohnya saat Puan keluar rumah ada kecenderungan untuk tampil secara baik.  Dalam hal ini, semua yang Puan pakai harus menyesuaikan ekspektasi banyak orang di zaman ini. Apa yang kita unggah ke media sosial adalah sisi yang paling baik, tapi belum tentu sisi yang benar-benar mencerminkan diri sendiri. Apa Itu Fear of Being Perceived? Menurut sumber web Psychology Today, pada dasarnya setiap individu memiliki keinginan untuk divalidasi, dilihat, dan dianggap oleh orang lain sebagaimana versi diri kita yang sebenar-benarnya. Namun, dalam perjalanannya mungkin kita pernah mengalami kritik berlebih atau dianggap aneh ketika mencoba menjadi diri sendiri. Sehingga ketika kita mencoba menja...

Spiral of Silence Theory: Jadi Minoritas Jarang Didengar

source: Kompasiana.com Spiral of Silence Theory   atau yang disebut dengan teori spiral keheningan, mungkin terdengar asing ya, Puan? Tapi apakah kamu pernah merasa ketika ingin menyampaikan pendapat dalam suatu isu, namun ada keraguan dan ketakutan karena nanti menjadi terisolasi sendiri, sehingga pendapat tersebut tak jadi kamu disampaikan? Teori spiral keheningan atau  spiral of silence theory  ini pertama kali dicetuskan oleh  Elisabeth Noelle Neumann  (1973) mengenai kelompok minoritas yang cenderung akan menjadi diam atau tidak berani menyampaikan pendapatnya karena takut akan terisolasi dari lingkungan disekitarnya. Maka sering kali, minoritas mengikuti pendapat kelompok mayoritas. source: kumparan.com Dalam lingkup sosial hal ini sering terjadi, bahkan orang cenderung menghindarinya dan lebih memilih mengikuti pendapat mayoritas dengan anggapan bahwa tidak akan merasa sendiri atau terisolasi di tengah masyarakat. Melihat perilaku masyarakat Indonesia ya...