Langsung ke konten utama

Magang atau Kuliah Dulu? Ini Panduan Biar Kamu Tetap On Track di Dunia Kampus & Karier

Image by: hotcourses.co.id Puan, pernah nggak sih, ngerasa kayak lagi di persimpangan hidup? Di satu sisi, Puan ingin fokus kuliah, ngerjain tugas, dan jaga IP biar tetap aman, tapi di sisi lain, teman-teman Puan udah banyak yang sibuk update LinkedIn atau magang di perusahaan keren? Sementara kita baru ngerjain makalah tiga bab aja udah ngos-ngosan. Lalu muncul pertanyaan “Aku harus fokus kuliah dulu, atau mulai magang biar nggak ketinggalan ya?” Tenang, Puanners. Kalau kamu lagi ada di fase itu, kamu nggak sendirian, dan jawabannya adalah nggak harus pilih salah satu. Kuncinya bukan di urutannya, melainkan di bagaimana Puan menemukan keseimbangan dan arah dari keduanya. Kuliah Adalah Fondasi, Magang Adalah Jembatannya Kuliah itu bukan cuma tentang IP dan SKS, melainkan juga waktu untuk membentuk cara berpikir dan mengenali diri. Sementara magang jadi tempat untuk menerapkan semua teori yang udah Puan pelajari di kelas. Keduanya penting, tapi porsinya bisa beda-beda tergantung Puan la...

Pertama Kali Magang? Tenang Aja, Priska Punya Survival Guide-nya!

 





Image by: deepseanews.com


Puan, magang bisa jadi pengalaman pertama yang membentuk karir kedepannya. Namun, buat kebanyakan orang, masa magang juga bisa jadi periode penuh tekanan, takut bikin salah, takut nggak dianggap serius, ataupun bingung harus mulai dari mana.

Tenang aja, Puan. Semua orang pernah ada di fase itu kok. Yang penting adalah Puan tahu kalau Puan nggak sendirian, dan Puan nggak harus perfect dari awal.

Dunia Kerja Itu Arena Baru

Kalau Puan merasa "shock" di minggu-minggu pertama, wajar banget kok karena dunia kerja punya ritme dan etika yang beda dari kampus. Misalnya, komunikasi di kantor cenderung lebih formal dan langsung. Selain itu, Puan nggak selalu dapet arahan detail, yang mana kadang Puan dituntut untuk inisiatif.

Puan Nggak Harus Tahu Semua, Tapi Harus Mau Belajar

Kadang Puan merasa harus terlihat pintar sejak hari pertama, tapi mindset seperti itu justru bisa bikin stres sendiri. Padahal, rasa ingin tahu seringkali jauh lebih penting daripada terlihat sempurna. Artinya, daripada sok tahu, lebih baik Puan aktif bertanya dan terbuka terhadap feedback yang ada.

Fokus ke Soft Skill, Nggak Cuma Hard Skill

Magang bukan soal ‘bisa Excel atau enggak’. Tapi juga:

  • Gimana Puan menjelaskan ide tanpa bikin orang bingung.

  • Gimana Puan respon tekanan, revisi, dan kritik.

  • Gimana Puan mengambil peran, bukan nunggu disuruh.

Menurut World Economic Forum (2020), skill yang paling dibutuhkan dunia kerja hari ini adalah emotional intelligence, problem solving, dan resilience.
Jadi jangan remehkan hal-hal kayak belajar ngomong dengan tenang saat deg-degan, atau latihan dengerin masukan tanpa defensif. Itu semua investasi jangka panjang buat Puan.

Set Boundaries Itu Bentuk Self-Respect

Ingin terlihat rajin itu sah-sah aja kok. Tapi hati-hati kalau Puan jadi nggak bisa bilang “cukup”. Kalau udah kewalahan, bisa sampaikan dengan cara yang sopan dan jelas. Boundary bukan hal egois, dan penting banget buat jangka panjang. Puan bisa lho bilang: “Gue lagi fokus kerjaan A nih, boleh ga kerjaan B disusul nanti?”

Respons seperti itu justru menunjukkan Puan profesional dan tahu mana yang prioritas.

Jangan Remehkan Relasi Kecil

Puan nggak harus langsung akrab sama semua orang kok, tapi boleh dicoba mulai dari hal kecil, seperti ngucapin terima kasih, balas email dengan sopan, dan sekali-sekali ikut nongkrong. Banyak kesempatan kerja datang bukan dari CV, tapi dari koneksi yang Puan bangun pelan-pelan.

Puan, magang bukan tempat buat unjuk kesempurnaan, justru ruang untuk bertumbuh. Puan nggak harus bisa langsung semua hal, tapi bisa terus belajar, satu tantangan, satu langkah kecil tiap hari itu sudah cukup.


Sumber

The Future of Jobs Report 2020
Mental health at work

Author & Editor: Diinaar F. Berlian



Komentar

Rubik Puan Popular

Kenyataan Work-Life Balance yang Sering Disalahpahami

Puan nggak sih Puan ngerasa kayak semua hal minta waktu di saat yang sama kuliah, kerja, organisasi, bahkan diri Puan sendiri? Semua bilang “harus seimbang,” tapi nggak ada yang ngajarin gimana caranya. Akhirnya, kita terus coba jadi semuanya: anak yang berbakti, teman yang ada, mahasiswa yang aktif, pekerja yang nggak pernah telat, padahal diam-diam… kita cuma pengen napas sebentar. Mitos 50:50 dan kenapa ia berbahaya Work-life balance sering disalahpahami kayak rumus matematika 50% kerja, 50% istirahat. Padahal hidup nggak sesederhana itu. Keseimbangan bukan angka tetap, tapi kemampuan untuk menyesuaikan fokus sesuai fase hidup. Ada masa di mana Puan lagi all-out di karier atau kampus, dan itu nggak salah. Ada masa juga di mana Puan lagi perlu berhenti, pulih, dan mengembalikan energi dan itu juga bagian dari seimbang. American Psychological Association (2021), mencatat bahwa ketika keseimbangan kerja dan hidup terganggu, stres kronis dan burnout mudah muncul. Jadi, “seimbang” buk...

Magang atau Kuliah Dulu? Ini Panduan Biar Kamu Tetap On Track di Dunia Kampus & Karier

Image by: hotcourses.co.id Puan, pernah nggak sih, ngerasa kayak lagi di persimpangan hidup? Di satu sisi, Puan ingin fokus kuliah, ngerjain tugas, dan jaga IP biar tetap aman, tapi di sisi lain, teman-teman Puan udah banyak yang sibuk update LinkedIn atau magang di perusahaan keren? Sementara kita baru ngerjain makalah tiga bab aja udah ngos-ngosan. Lalu muncul pertanyaan “Aku harus fokus kuliah dulu, atau mulai magang biar nggak ketinggalan ya?” Tenang, Puanners. Kalau kamu lagi ada di fase itu, kamu nggak sendirian, dan jawabannya adalah nggak harus pilih salah satu. Kuncinya bukan di urutannya, melainkan di bagaimana Puan menemukan keseimbangan dan arah dari keduanya. Kuliah Adalah Fondasi, Magang Adalah Jembatannya Kuliah itu bukan cuma tentang IP dan SKS, melainkan juga waktu untuk membentuk cara berpikir dan mengenali diri. Sementara magang jadi tempat untuk menerapkan semua teori yang udah Puan pelajari di kelas. Keduanya penting, tapi porsinya bisa beda-beda tergantung Puan la...

Growth Mindset vs Fixed Mindset: Pilihan Pola Pikir yang Menentukan Masa Depan

Image by  Source of Insight Manusia pada dasarnya diciptakan berbeda beda ya, Puan, begitu juga dengan mindset yang dibangun oleh diri kita sendiri. Menurut Carol Dweck psikologi dari Stanford University mindset terbagi menjadi dua yaitu fixed mindset dan growth mindset . Apa itu fixed mindset ? Fixed mindset merupakan pola pikir yang percaya bahwa suatu kecerdasan ataupun bakat dalam individu yang sifatnya tidak akan pernah berubah. Orang yang mempunyai fixed mindset cenderung mudah menyerah, tidak mau ambil resiko atas tantangan dalam hidup serta mudah merasa terancam atas keberhasilan orang lain. Lalu, apa itu growth mindset ? Growth mindset merupakan pola pikir yang ingin selalu berkembang dan percaya bahwa sebuah kesuksesan bisa didapatkan dengan kerja keras. Dengan kata lain seorang yang mempunyai growth mindset akan selalu tampil berani serta mencoba hal-hal baru. Perbedaan kedua mindset ini apasih? Fixed mindset Menghindari tantangan karena takut dengan kegagalan te...

Fear of Being Perceived: Alasan Kamu Takut Kena Judge

             Puan, dalam ruang sosial pernah nggak sih merasa bahwa ada banyak pasang mata yang seakan mengikuti setiap gerak-gerik? Seakan tatapan orang lain yang bahkan belum tentu kita kenal aja secara nggak langsung memvalidasikan sesuatu yang kita lakukan. Contohnya saat Puan keluar rumah ada kecenderungan untuk tampil secara baik.  Dalam hal ini, semua yang Puan pakai harus menyesuaikan ekspektasi banyak orang di zaman ini. Apa yang kita unggah ke media sosial adalah sisi yang paling baik, tapi belum tentu sisi yang benar-benar mencerminkan diri sendiri. Apa Itu Fear of Being Perceived? Menurut sumber web Psychology Today, pada dasarnya setiap individu memiliki keinginan untuk divalidasi, dilihat, dan dianggap oleh orang lain sebagaimana versi diri kita yang sebenar-benarnya. Namun, dalam perjalanannya mungkin kita pernah mengalami kritik berlebih atau dianggap aneh ketika mencoba menjadi diri sendiri. Sehingga ketika kita mencoba menja...

Spiral of Silence Theory: Jadi Minoritas Jarang Didengar

source: Kompasiana.com Spiral of Silence Theory   atau yang disebut dengan teori spiral keheningan, mungkin terdengar asing ya, Puan? Tapi apakah kamu pernah merasa ketika ingin menyampaikan pendapat dalam suatu isu, namun ada keraguan dan ketakutan karena nanti menjadi terisolasi sendiri, sehingga pendapat tersebut tak jadi kamu disampaikan? Teori spiral keheningan atau  spiral of silence theory  ini pertama kali dicetuskan oleh  Elisabeth Noelle Neumann  (1973) mengenai kelompok minoritas yang cenderung akan menjadi diam atau tidak berani menyampaikan pendapatnya karena takut akan terisolasi dari lingkungan disekitarnya. Maka sering kali, minoritas mengikuti pendapat kelompok mayoritas. source: kumparan.com Dalam lingkup sosial hal ini sering terjadi, bahkan orang cenderung menghindarinya dan lebih memilih mengikuti pendapat mayoritas dengan anggapan bahwa tidak akan merasa sendiri atau terisolasi di tengah masyarakat. Melihat perilaku masyarakat Indonesia ya...