Langsung ke konten utama

Magang atau Kuliah Dulu? Ini Panduan Biar Kamu Tetap On Track di Dunia Kampus & Karier

Image by: hotcourses.co.id Puan, pernah nggak sih, ngerasa kayak lagi di persimpangan hidup? Di satu sisi, Puan ingin fokus kuliah, ngerjain tugas, dan jaga IP biar tetap aman, tapi di sisi lain, teman-teman Puan udah banyak yang sibuk update LinkedIn atau magang di perusahaan keren? Sementara kita baru ngerjain makalah tiga bab aja udah ngos-ngosan. Lalu muncul pertanyaan “Aku harus fokus kuliah dulu, atau mulai magang biar nggak ketinggalan ya?” Tenang, Puanners. Kalau kamu lagi ada di fase itu, kamu nggak sendirian, dan jawabannya adalah nggak harus pilih salah satu. Kuncinya bukan di urutannya, melainkan di bagaimana Puan menemukan keseimbangan dan arah dari keduanya. Kuliah Adalah Fondasi, Magang Adalah Jembatannya Kuliah itu bukan cuma tentang IP dan SKS, melainkan juga waktu untuk membentuk cara berpikir dan mengenali diri. Sementara magang jadi tempat untuk menerapkan semua teori yang udah Puan pelajari di kelas. Keduanya penting, tapi porsinya bisa beda-beda tergantung Puan la...

Mengenal Apa Itu Emotional Numbness atau Mati Rasa

 



Dalam kehidupan yang serba cepat dan penuh tekanan ini, semakin banyak orang yang melaporkan merasa terisolasi dan kehilangan keterhubungan dengan emosi mereka. Fenomena ini dikenal sebagai emotional numbness atau mati rasa. Ketika seseorang mengalami emotional numbness atau mati rasa, mereka cenderung merasa tidak mampu mengakses, mengenali, atau merasakan emosi mereka dengan sepenuhnya. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi apa yang dimaksud dengan mati rasa atau emotional numbness, gejala yang terkait, faktor-faktor penyebabnya, dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi kondisi tersebut.


Apa itu emotional numbness?

Emotional numbness atau mati rasa adalah kondisi di mana seseorang kehilangan kemampuan untuk merasakan, mengenali, atau mengalami emosi dengan intensitas yang seharusnya. Individu yang mengalami mati rasa emosional seringkali menggambarkan perasaan kosong, atau merasa tidak berdaya untuk mengekspresikan emosi mereka. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas hubungan interpersonal, kepuasan hidup, dan kesejahteraan secara keseluruhan.


Gejala emotional numbness

Beberapa gejala yang mungkin muncul pada seseorang yang mengalami mati rasa emosional meliputi:

  1. Ketidakmampuan untuk merasakan kebahagiaan atau kegembiraan.

  2. Perasaan kosong, hampa, atau tidak ada emosi yang muncul.

  3. Kesulitan untuk mengekspresikan atau mengenali emosi pada diri sendiri dan orang lain.

  4. Penurunan minat pada aktivitas yang sebelumnya diminatii.

  5. Kesulitan membangkitkan motivasi dan semangat.

Seseorang yang mati rasa juga cenderung menghindari situasi di mana dirinya perlu mengungkapkan emosi yang muncul. Akibatnya, penderita sering menghindari interaksi dengan orang lain atau menghindari beberapa orang di dalam situasi tertentu sebagai mekanisme pertahanan diri.


Penyebab emotional numbness

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya mati rasa emosional, antara lain:

  1. Trauma Emosional: Pengalaman traumatis, seperti kehilangan yang mendalam atau kekerasan fisik atau seksual, dapat memicu mati rasa emosional sebagai mekanisme perlindungan.

  2. Stres Kronis: Paparan terus-menerus terhadap stres fisik atau psikologis yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk merasakan emosi secara penuh.

  3. Penggunaan Zat: Penyalahgunaan zat seperti alkohol atau obat-obatan terlarang juga dapat menyebabkan mati rasa emosional.

  4. Mengalami gangguan stres pasca trauma atau post-traumatic stress disorder (PTSD), depresi, atau kecemasan dapat menyebabkan mati rasa emosional.

  5. Merasa lelah secara fisik dan mental atau burnout


Cara mengatasi emotional numbness

Meskipun emotional numbness bisa melindungi diri dari perasaan atau pengalaman negatif, kondisi ini bisa mengurangi kemampuan untuk merasa bahagia, dan interaksi atau aktivitas yang positif, termasuk hubungan intim.

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi mati rasa emosional dan memulihkan keterhubungan dengan emosi kita:

  1. Mencari Bantuan Profesional: Jika mati rasa emosional berlangsung lama atau mengganggu kehidupan sehari-hari, penting untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental seperti Psikolog atau Psikiater.

  2. Mengelola Stres: Menjaga gaya hidup yang sehat, seperti berolahraga secara teratur, beristirahat yang cukup sekitar 7-9 jam perhari, dan mengadopsi teknik relaksasi, dapat membantu mengurangi tingkat stres dan memulihkan koneksi emosional.

  3. Terlibat dalam Aktivitas Kreatif: Mengeksplorasi seni, musik, menulis, atau hobi lainnya dapat membantu menghidupkan kembali emosi dan mengungkapkan diri dengan cara yang bermakna.

  4. Mendukung Sosial: Membangun dan memelihara hubungan sosial yang sehat dengan orang-orang yang peduli dapat memberikan dukungan emosional yang penting dalam proses pemulihan.


Mati rasa emosional adalah kondisi di mana seseorang kehilangan kemampuan untuk merasakan dan mengenali emosi dengan intensitas yang seharusnya. Dalam usaha mengatasi mati rasa emosional, penting untuk mencari bantuan profesional, mengelola stres, terlibat dalam aktivitas kreatif, dan membangun hubungan sosial yang mendukung. Dengan upaya yang konsisten dan dukungan yang tepat, kita dapat memulihkan keterhubungan dengan emosi kita dan mengalami kehidupan yang lebih berarti dari sebelumnya. Memahami apa itu emotional numbness sangat penting karena kondisi ini tidak bersifat permanen dan bisa disembuhkan dengan mengubah kebiasaan.



Referensi

KOMPAS.com. 2023. Mengenal Apa Itu Emotional Numbness, Gejala, Penyebab, Cara Mengatasi. Diakses 1/07/2023 https://health.kompas.com/read/23E23220000668/mengenal-apa-itu-emotional-numbness-gejala-penyebab-cara-mengatasi?page=all#:~:text=Dilansir%20dari%20Verywell%20Mind%2C%20mati,baik%20secara%20mental%20dan%20fisik

ALODOKTER. 2022. Mengenal Istilah Emotional Numbness atau Mati Rasa Emosional. Diakses 2/07/2023 https://www.alodokter.com/mengenal-istilah-emotional-numbness-atau-mati-rasa-emosional 

halodoc. 2022. Merasa Hampa dan Mati Rasa, Waspada Emotional Numbness. Diakses 02/07/2023

https://www.halodoc.com/artikel/merasa-hampa-dan-mati-rasa-waspada-emotional-numbness



Komentar

Rubik Puan Popular

Kenyataan Work-Life Balance yang Sering Disalahpahami

Puan nggak sih Puan ngerasa kayak semua hal minta waktu di saat yang sama kuliah, kerja, organisasi, bahkan diri Puan sendiri? Semua bilang “harus seimbang,” tapi nggak ada yang ngajarin gimana caranya. Akhirnya, kita terus coba jadi semuanya: anak yang berbakti, teman yang ada, mahasiswa yang aktif, pekerja yang nggak pernah telat, padahal diam-diam… kita cuma pengen napas sebentar. Mitos 50:50 dan kenapa ia berbahaya Work-life balance sering disalahpahami kayak rumus matematika 50% kerja, 50% istirahat. Padahal hidup nggak sesederhana itu. Keseimbangan bukan angka tetap, tapi kemampuan untuk menyesuaikan fokus sesuai fase hidup. Ada masa di mana Puan lagi all-out di karier atau kampus, dan itu nggak salah. Ada masa juga di mana Puan lagi perlu berhenti, pulih, dan mengembalikan energi dan itu juga bagian dari seimbang. American Psychological Association (2021), mencatat bahwa ketika keseimbangan kerja dan hidup terganggu, stres kronis dan burnout mudah muncul. Jadi, “seimbang” buk...

Magang atau Kuliah Dulu? Ini Panduan Biar Kamu Tetap On Track di Dunia Kampus & Karier

Image by: hotcourses.co.id Puan, pernah nggak sih, ngerasa kayak lagi di persimpangan hidup? Di satu sisi, Puan ingin fokus kuliah, ngerjain tugas, dan jaga IP biar tetap aman, tapi di sisi lain, teman-teman Puan udah banyak yang sibuk update LinkedIn atau magang di perusahaan keren? Sementara kita baru ngerjain makalah tiga bab aja udah ngos-ngosan. Lalu muncul pertanyaan “Aku harus fokus kuliah dulu, atau mulai magang biar nggak ketinggalan ya?” Tenang, Puanners. Kalau kamu lagi ada di fase itu, kamu nggak sendirian, dan jawabannya adalah nggak harus pilih salah satu. Kuncinya bukan di urutannya, melainkan di bagaimana Puan menemukan keseimbangan dan arah dari keduanya. Kuliah Adalah Fondasi, Magang Adalah Jembatannya Kuliah itu bukan cuma tentang IP dan SKS, melainkan juga waktu untuk membentuk cara berpikir dan mengenali diri. Sementara magang jadi tempat untuk menerapkan semua teori yang udah Puan pelajari di kelas. Keduanya penting, tapi porsinya bisa beda-beda tergantung Puan la...

Growth Mindset vs Fixed Mindset: Pilihan Pola Pikir yang Menentukan Masa Depan

Image by  Source of Insight Manusia pada dasarnya diciptakan berbeda beda ya, Puan, begitu juga dengan mindset yang dibangun oleh diri kita sendiri. Menurut Carol Dweck psikologi dari Stanford University mindset terbagi menjadi dua yaitu fixed mindset dan growth mindset . Apa itu fixed mindset ? Fixed mindset merupakan pola pikir yang percaya bahwa suatu kecerdasan ataupun bakat dalam individu yang sifatnya tidak akan pernah berubah. Orang yang mempunyai fixed mindset cenderung mudah menyerah, tidak mau ambil resiko atas tantangan dalam hidup serta mudah merasa terancam atas keberhasilan orang lain. Lalu, apa itu growth mindset ? Growth mindset merupakan pola pikir yang ingin selalu berkembang dan percaya bahwa sebuah kesuksesan bisa didapatkan dengan kerja keras. Dengan kata lain seorang yang mempunyai growth mindset akan selalu tampil berani serta mencoba hal-hal baru. Perbedaan kedua mindset ini apasih? Fixed mindset Menghindari tantangan karena takut dengan kegagalan te...

Fear of Being Perceived: Alasan Kamu Takut Kena Judge

             Puan, dalam ruang sosial pernah nggak sih merasa bahwa ada banyak pasang mata yang seakan mengikuti setiap gerak-gerik? Seakan tatapan orang lain yang bahkan belum tentu kita kenal aja secara nggak langsung memvalidasikan sesuatu yang kita lakukan. Contohnya saat Puan keluar rumah ada kecenderungan untuk tampil secara baik.  Dalam hal ini, semua yang Puan pakai harus menyesuaikan ekspektasi banyak orang di zaman ini. Apa yang kita unggah ke media sosial adalah sisi yang paling baik, tapi belum tentu sisi yang benar-benar mencerminkan diri sendiri. Apa Itu Fear of Being Perceived? Menurut sumber web Psychology Today, pada dasarnya setiap individu memiliki keinginan untuk divalidasi, dilihat, dan dianggap oleh orang lain sebagaimana versi diri kita yang sebenar-benarnya. Namun, dalam perjalanannya mungkin kita pernah mengalami kritik berlebih atau dianggap aneh ketika mencoba menjadi diri sendiri. Sehingga ketika kita mencoba menja...

Spiral of Silence Theory: Jadi Minoritas Jarang Didengar

source: Kompasiana.com Spiral of Silence Theory   atau yang disebut dengan teori spiral keheningan, mungkin terdengar asing ya, Puan? Tapi apakah kamu pernah merasa ketika ingin menyampaikan pendapat dalam suatu isu, namun ada keraguan dan ketakutan karena nanti menjadi terisolasi sendiri, sehingga pendapat tersebut tak jadi kamu disampaikan? Teori spiral keheningan atau  spiral of silence theory  ini pertama kali dicetuskan oleh  Elisabeth Noelle Neumann  (1973) mengenai kelompok minoritas yang cenderung akan menjadi diam atau tidak berani menyampaikan pendapatnya karena takut akan terisolasi dari lingkungan disekitarnya. Maka sering kali, minoritas mengikuti pendapat kelompok mayoritas. source: kumparan.com Dalam lingkup sosial hal ini sering terjadi, bahkan orang cenderung menghindarinya dan lebih memilih mengikuti pendapat mayoritas dengan anggapan bahwa tidak akan merasa sendiri atau terisolasi di tengah masyarakat. Melihat perilaku masyarakat Indonesia ya...