Langsung ke konten utama

Magang atau Kuliah Dulu? Ini Panduan Biar Kamu Tetap On Track di Dunia Kampus & Karier

Image by: hotcourses.co.id Puan, pernah nggak sih, ngerasa kayak lagi di persimpangan hidup? Di satu sisi, Puan ingin fokus kuliah, ngerjain tugas, dan jaga IP biar tetap aman, tapi di sisi lain, teman-teman Puan udah banyak yang sibuk update LinkedIn atau magang di perusahaan keren? Sementara kita baru ngerjain makalah tiga bab aja udah ngos-ngosan. Lalu muncul pertanyaan “Aku harus fokus kuliah dulu, atau mulai magang biar nggak ketinggalan ya?” Tenang, Puanners. Kalau kamu lagi ada di fase itu, kamu nggak sendirian, dan jawabannya adalah nggak harus pilih salah satu. Kuncinya bukan di urutannya, melainkan di bagaimana Puan menemukan keseimbangan dan arah dari keduanya. Kuliah Adalah Fondasi, Magang Adalah Jembatannya Kuliah itu bukan cuma tentang IP dan SKS, melainkan juga waktu untuk membentuk cara berpikir dan mengenali diri. Sementara magang jadi tempat untuk menerapkan semua teori yang udah Puan pelajari di kelas. Keduanya penting, tapi porsinya bisa beda-beda tergantung Puan la...

Tahun Baru, Resolusi Gagal Lagi? Ini Dia Kesalahan yang Harus Kamu Hindari






Image by pinterpandai


Happy New Year, Puan!

Tak terasa, ya, kita sudah memasuki tahun 2025.
Bagaimana dengan tahun 2024 kemarin?
Apakah tujuan, harapan, dan impian Puan sudah terealisasi, atau masih ada yang tertunda?
Kalo belum, tenang saja, Puan tidak sendirian!

Survei yang dilakukan oleh US News & World Report menyatakan bahwa, 80% dari orang-orang yang memiliki resolusi tahun baru, gagal melanjutkan atau melaksanakan resolusi tersebut ketika sudah memasuki minggu ke dua di bulan Februari.

“Waduh, gimana ya Priska, sebentar lagi kan bulan Februari, aku takut resolusi-ku gagal lagi di tahun ini!”

Eits, tenang saja, Puan.

Priska akan membahas kesalahan-kesalahan umum yang sering dilakukan dan memberikan tips supaya resolusi Puan tidak hanya menjadi wacana. Yuk, simak tulisan ini sampai akhir!


Kesalahan yang Membuat Resolusi Tahun Baru Kamu Gagal

1. Tujuan yang Tidak Spesifik

Banyak orang menetapkan tujuan yang terlalu umum, misalnya "Ingin lebih sukses" atau "Ingin rajin belajar." Tanpa langkah konkret dan tujuan yang jelas, sulit untuk mencapainya. Untuk mengatasi hal ini, Puan bisa menggunakan metode S.M.A.R.T (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound). Misalnya, daripada mengatakan "Ingin lebih rajin belajar," lebih baik menetapkan "Akan belajar selama 1 jam setiap hari untuk meningkatkan nilai matematika." Dengan begitu, tujuan menjadi lebih terukur dan terencana.

2. Over Planning Tanpa Aksi

Pernah merasa terlalu banyak merencanakan sesuatu tanpa memulai? Semua rencana itu hanya akan menjadi angan-angan belaka. Memiliki banyak keinginan atau tujuan itu tidak masalah. Namun, yang menjadi masalah adalah ketika Puan hanya membuat planning tanpa aksi nyata. Biasanya, faktor ini dipengaruhi oleh kebiasaan menunda-nunda. Lebih baik membuat planning yang sederhana namun jelas, dan segera mengambil tindakan nyata disetiap harinya.

3. Sering Menunggu Waktu Tertentu

Satu di antara kebiasaan yang sering membuat resolusi gagal adalah menunggu "waktu yang tepat" untuk memulai. Misalnya, berpikir "Ah, nanti mulai bulan depan saja," atau "Besok, kalau suasana hati sudah baik, baru aku mulai." Padahal, tidak ada waktu yang benar-benar sempurna untuk memulai. Jika terus menunggu, kita malah akan kehilangan momentum. Mulailah sekarang juga, meskipun dengan langkah kecil. Ingat, kemajuan kecil lebih baik daripada tidak ada kemajuan sama sekali.

4. Kurangnya Evaluasi Berkala

Evaluasi adalah faktor penting untuk mengukur sejauh mana kita berproses. Tanpa evaluasi, Puan tidak akan tahu apakah sudah berada di jalur yang benar atau justru menyimpang dari rencana awal. Hal ini bisa diatasi dengan journaling setiap malam dan evaluasi setiap bulan. Refleksi ini membantu agar hal-hal yang kurang baik di bulan ini tidak terulang di bulan berikutnya.

5. Mengandalkan Motivasi Saja

Motivasi memang bisa menjadi kunci untuk tetap semangat menggapai tujuan. Namun, motivasi yang bersifat sementara dapat memengaruhi semangat kita. Semangat yang memudar akan membuat resolusi terabaikan. Oleh karena itu, penting untuk membangun motivasi yang berkelanjutan, misalnya dengan menetapkan tujuan yang bermakna dan relevan dengan nilai-nilai pribadi. 

6. Tidak Memiliki Sistem Pendukung

Lingkungan adalah salah satu faktor terpenting dalam membentuk diri kita. Lingkungan yang tidak mendukung sering kali menjadi penghambat terbesar ketika kita ingin menggapai tujuan. Oleh karena itu, penting untuk berada dalam lingkungan yang positif dan suportif dalam mendukung goals Puan. Carilah komunitas atau teman-teman yang memiliki visi serupa agar saling mendukung dan memotivasi.


Dengan menghindari kesalahan-kesalahan di atas, Puan bisa lebih fokus dan konsisten dalam mewujudkan resolusi di tahun baru. Selamat mencoba, dan tetap semangat untuk terus melangkah. Mari ciptakan tahun 2025 ini sebagai batu loncatan agar Puan semakin bersinar!





Referensi:

Survei yang dilakukan oleh US News & World Report
7 Kesalahan yang Membuat Resolusi Tahun Baru Jarang Terealisasikan
lifestyle.kompas.com




Author & Editor : Sarah Ardelia

Komentar

Posting Komentar

Rubik Puan Popular

Kenyataan Work-Life Balance yang Sering Disalahpahami

Puan nggak sih Puan ngerasa kayak semua hal minta waktu di saat yang sama kuliah, kerja, organisasi, bahkan diri Puan sendiri? Semua bilang “harus seimbang,” tapi nggak ada yang ngajarin gimana caranya. Akhirnya, kita terus coba jadi semuanya: anak yang berbakti, teman yang ada, mahasiswa yang aktif, pekerja yang nggak pernah telat, padahal diam-diam… kita cuma pengen napas sebentar. Mitos 50:50 dan kenapa ia berbahaya Work-life balance sering disalahpahami kayak rumus matematika 50% kerja, 50% istirahat. Padahal hidup nggak sesederhana itu. Keseimbangan bukan angka tetap, tapi kemampuan untuk menyesuaikan fokus sesuai fase hidup. Ada masa di mana Puan lagi all-out di karier atau kampus, dan itu nggak salah. Ada masa juga di mana Puan lagi perlu berhenti, pulih, dan mengembalikan energi dan itu juga bagian dari seimbang. American Psychological Association (2021), mencatat bahwa ketika keseimbangan kerja dan hidup terganggu, stres kronis dan burnout mudah muncul. Jadi, “seimbang” buk...

Magang atau Kuliah Dulu? Ini Panduan Biar Kamu Tetap On Track di Dunia Kampus & Karier

Image by: hotcourses.co.id Puan, pernah nggak sih, ngerasa kayak lagi di persimpangan hidup? Di satu sisi, Puan ingin fokus kuliah, ngerjain tugas, dan jaga IP biar tetap aman, tapi di sisi lain, teman-teman Puan udah banyak yang sibuk update LinkedIn atau magang di perusahaan keren? Sementara kita baru ngerjain makalah tiga bab aja udah ngos-ngosan. Lalu muncul pertanyaan “Aku harus fokus kuliah dulu, atau mulai magang biar nggak ketinggalan ya?” Tenang, Puanners. Kalau kamu lagi ada di fase itu, kamu nggak sendirian, dan jawabannya adalah nggak harus pilih salah satu. Kuncinya bukan di urutannya, melainkan di bagaimana Puan menemukan keseimbangan dan arah dari keduanya. Kuliah Adalah Fondasi, Magang Adalah Jembatannya Kuliah itu bukan cuma tentang IP dan SKS, melainkan juga waktu untuk membentuk cara berpikir dan mengenali diri. Sementara magang jadi tempat untuk menerapkan semua teori yang udah Puan pelajari di kelas. Keduanya penting, tapi porsinya bisa beda-beda tergantung Puan la...

Growth Mindset vs Fixed Mindset: Pilihan Pola Pikir yang Menentukan Masa Depan

Image by  Source of Insight Manusia pada dasarnya diciptakan berbeda beda ya, Puan, begitu juga dengan mindset yang dibangun oleh diri kita sendiri. Menurut Carol Dweck psikologi dari Stanford University mindset terbagi menjadi dua yaitu fixed mindset dan growth mindset . Apa itu fixed mindset ? Fixed mindset merupakan pola pikir yang percaya bahwa suatu kecerdasan ataupun bakat dalam individu yang sifatnya tidak akan pernah berubah. Orang yang mempunyai fixed mindset cenderung mudah menyerah, tidak mau ambil resiko atas tantangan dalam hidup serta mudah merasa terancam atas keberhasilan orang lain. Lalu, apa itu growth mindset ? Growth mindset merupakan pola pikir yang ingin selalu berkembang dan percaya bahwa sebuah kesuksesan bisa didapatkan dengan kerja keras. Dengan kata lain seorang yang mempunyai growth mindset akan selalu tampil berani serta mencoba hal-hal baru. Perbedaan kedua mindset ini apasih? Fixed mindset Menghindari tantangan karena takut dengan kegagalan te...

Fear of Being Perceived: Alasan Kamu Takut Kena Judge

             Puan, dalam ruang sosial pernah nggak sih merasa bahwa ada banyak pasang mata yang seakan mengikuti setiap gerak-gerik? Seakan tatapan orang lain yang bahkan belum tentu kita kenal aja secara nggak langsung memvalidasikan sesuatu yang kita lakukan. Contohnya saat Puan keluar rumah ada kecenderungan untuk tampil secara baik.  Dalam hal ini, semua yang Puan pakai harus menyesuaikan ekspektasi banyak orang di zaman ini. Apa yang kita unggah ke media sosial adalah sisi yang paling baik, tapi belum tentu sisi yang benar-benar mencerminkan diri sendiri. Apa Itu Fear of Being Perceived? Menurut sumber web Psychology Today, pada dasarnya setiap individu memiliki keinginan untuk divalidasi, dilihat, dan dianggap oleh orang lain sebagaimana versi diri kita yang sebenar-benarnya. Namun, dalam perjalanannya mungkin kita pernah mengalami kritik berlebih atau dianggap aneh ketika mencoba menjadi diri sendiri. Sehingga ketika kita mencoba menja...

Spiral of Silence Theory: Jadi Minoritas Jarang Didengar

source: Kompasiana.com Spiral of Silence Theory   atau yang disebut dengan teori spiral keheningan, mungkin terdengar asing ya, Puan? Tapi apakah kamu pernah merasa ketika ingin menyampaikan pendapat dalam suatu isu, namun ada keraguan dan ketakutan karena nanti menjadi terisolasi sendiri, sehingga pendapat tersebut tak jadi kamu disampaikan? Teori spiral keheningan atau  spiral of silence theory  ini pertama kali dicetuskan oleh  Elisabeth Noelle Neumann  (1973) mengenai kelompok minoritas yang cenderung akan menjadi diam atau tidak berani menyampaikan pendapatnya karena takut akan terisolasi dari lingkungan disekitarnya. Maka sering kali, minoritas mengikuti pendapat kelompok mayoritas. source: kumparan.com Dalam lingkup sosial hal ini sering terjadi, bahkan orang cenderung menghindarinya dan lebih memilih mengikuti pendapat mayoritas dengan anggapan bahwa tidak akan merasa sendiri atau terisolasi di tengah masyarakat. Melihat perilaku masyarakat Indonesia ya...