Berbagi cerita kepada keluarga, teman, atau pasangan menjadi hal yang menyenangkan dan menjadi hal yang rutin dilakukan. Karena rasanya dengan saling berbagi cerita, kita bisa menjadi saling memahami satu sama lain. Namun, tahukah Puan kalau terlalu banyak menceritakan perasaan atau oversharing bisa menjadi curhatan yang toxic?
Curhatan yang toxic atau trauma dumping mengacu pada perilaku seseorang yang berulang kali membagikan pengalaman traumatis mereka kepada orang lain dengan tujuan mencari simpati, tanpa adanya refleksi diri atau tanggung jawab. Perilaku ini sering kali mendominasi percakapan dan dapat membuat orang lain merasa tidak nyaman, tidak diberi kesempatan untuk merespons, atau bahkan membuat mereka tidak tahu bagaimana cara merespons dengan baik.
Perbedaan antara Trauma Dumping dan Curhatan yang Sehat
"Melampiaskan emosi seringkali menjadi cara untuk berbagi rasa frustrasi dengan seseorang yang Anda percaya untuk mengurangi stres," Ujar Dr. Kia-Rai Prewitt, dikutip dari Health Cleveland Clinic.
Namun, penting untuk Puan membedakan antara curhat yang sehat dan trauma dumping. Berbagi perasaan yang sehat biasanya merupakan kebutuhan satu kali untuk melepas beban atau meluapkan emosi dari dalam diri, sementara trauma dumping adalah perilaku berulang yang mencari simpati terus-menerus tanpa mempertimbangkan perasaan pendengar. Berikut perbedaan antara melampiaskan emosi yang sehat dengan yang tidak:
Hal-hal di atas perlu Puan ketahui dan ingat ketika akan bercerita. Sehingga Puan tidak mengubah venting atau curhatan yang sehat menjadi trauma dumping. Sebab hal tersebut dapat memengaruhi kondisi hubungan Puan dengan keluarga, teman, atau kerabat Puan yang lainnya. Orang-orang mungkin akan merasa tidak nyaman, kebingungan untuk merespon cerita yang Puan sampaikan, dan akhirnya bisa menjadi resisten atau menjauh. Akibatnya dapat menciptakan jurang antara Puan dengan orang lain. Selain itu, trauma dumping juga dapat membuat hubungan menjadi satu arah, di mana satu orang selalu menjadi pusat perhatian dan kebutuhan mereka selalu didahulukan, yang bisa sangat melelahkan bagi orang lain dan menyebabkan hubungan tersebut menjadi tidak seimbang.
Cara Mengatasi Trauma Dumping
Dengan Puan mengetahui perbedaan antara curhatan yang sehat dengan trauma dumping, ini menjadi satu langkah maju bagi Puan untuk bisa mengatasi trauma dumping. Puan juga bisa melakukan cara-cara lain, seperti berikut.
Meningkatkan Kesadaran Diri. Penting banget untuk Puan meningkatkan kesadaran diri bahwa Puan memiliki pengalaman trauma. Dengan begitu Puan bisa mengambil langkah untuk mencari solusi, seperti dengan berbagi cerita kepada orang yang tepat.
Sebelum berbagi pengalaman traumatis, pertimbangkan apakah situasi dan pendengar sesuai untuk mendengarkan cerita Anda.
Mencari Bantuan Profesional. Jika Puan merasa perlu membagikan pengalaman traumatis secara berulang, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental yang dapat memberikan ruang yang aman atas kesulitan yang Puan alami.
Menetapkan Batasan. Puan bisa melakukannya dengan hanya menceritakan topik tertentu di waktu yang tepat dan dengan orang-orang yang menurut Puan bisa membantu memberikan solusi. Puan juga bisa menanyakan kembali perasaan mereka soal masalah yang Puan sedang rasakan.
Perlu diingat, tidak semua pelepasan trauma terlihat sama karena dapat berasal dari berbagai alasan. Dalam beberapa situasi, hal tersebut dapat menyebabkan ketegangan dalam hubungan. Jika Puan menyadari perlu untuk menceritakan trauma atau momen sulit lainnya, cobalah untuk jujur tentang perasaan diri sendiri dan apa yang dibutuhkan. Jangan ragu untuk mencari bantuan dari para profesional yang dapat membantu dan memberikan solusi yang tepat dari masalah yang Puan alami.
Referensi:
When Venting Turns Toxic: What Is Trauma Dumping?
Comments
Post a Comment