Skip to main content

Reverse Bucket List: Cara Simpel Biar Makin Bersyukur dan Termotivasi

  Puan, pernah nggak merasa hidup kayak jalan di tempat? Daftar keinginan segunung, tapi progresnya pelan dan kadang bikin down ? Nah, konsep Reverse Bucket List bisa jadi solusi yang menarik! Apa itu Reverse Bucket List? Biasanya, bucket list berisi daftar mimpi atau target yang ingin diraih di masa depan. Sedangkan, reverse bucket list justru kebalikannya: Puan membuat daftar pencapaian, momen membahagiakan, serta hal yang sudah Puan alami dan capai. Mulai dari hal besar sampai kecil yang bikin Puan bangga atau senyum sendiri.    Contohnya seperti, berani presentasi di depan umum, liburan seru bareng keluarga atau teman, membantu orang lain tanpa pamrih, atau berhasil membangun kebiasaan sehat, meski kecil.  Mengapa Reverse Bucket List Penting?  Menanamkan Rasa Syukur Alih-alih fokus pada apa yang belum tercapai, reverse bucket list mengingatkan kita pada hal-hal yang sudah berhasil dilewati. Ini membangun rasa syukur, melawan kecenderungan membandingkan ...

Merasa Kurang Berharga? Yuk Mengenal dan Mengatasi Inferiority Complex!


Puan, pernahkan merasa atau menganggap diri sendiri lebih rendah dari orang lain? Tidak percaya diri dan merasa bahwa dirinya kecil. Kondisi tersebut dikenal pula sebagai Inferiority Complex. Istilah tersebut diperkenalkan oleh seorang psikolog bernama Alfred Adler di tahun 1907. Sebenarnya, kondisi ini sangat normal saat seseorang mampu mengukur kemampuannya dengan orang lain. Namun, tak jarang perasaan rendah diri tersebut dapat membawa korban ke kondisi lain yang justru membuat orang tersebut menjadi sangat kesulitan memahami dirinya sendiri.

Intinya, kompleks inferioritas adalah perasaan yang muncul untuk menunjukkan bahwa kualitas seseorang terasa belum maksimal atau merasa kalah dari orang lain. Lalu, apakah penyebab dari kondisi tersebut?

1. Pengalaman Masa Kecil
Tak jarang, di beberapa keluarga, orang tua atau anggota keluarga lainnya kerap membandingkan seseorang dengan orang lainnya. Kemudian, dicetuskan pula beberapa komentar negatif mengenai orang tersebut. Tentu hal ini merupakan salah satu penyebab dari sikap rendah diri tersebut. Dibesarkan di keluarga yang kurang suportif memicu anak menjadi individu yang gampang insecure dan tidak percaya diri. Namun, tak jarang pada fase remaja pun seseorang bisa mengalami kondisi ini karena kerap mendapatkan perlaku yang serupa dari lingkungan di sekitarnya, entah itu dari keluarga atau teman.

2. Kondisi Fisik
Penyebab yang satu ini seringkali menimpa orang-orang. Mereka yang tidak percaya diri mengenai penampilannya kerap mengalami insecure dan justru merasa rendah diri. Kadang, korban lebih memilih untuk memakai pakaian atau aksesoris yang setidaknya menutupi kondisi fisik yang mereka rasa tidak percaya diri jika ditunjukkan.

3. Faktor Kesehatan
Mengalami depresi atau kesehatan mental lainnya dapat membuat seseorang menjadi merasa bahwa kualitasnya tidak sebanding dengan orang lain.

4. Status Sosial dan Ekonomi
Mereka yang hidup dengan status sosial yang lemah cenderung mengalami kondisi inferiority complex. Golongan ini merasa adanya kesenjangan sosial-ekonomi sehingga membuat mereka menjadi tidak setara dengan orang-orang yang mereka rasa lebih beruntung.

Adapun penyebab inferiority complex lainnya adalah perfeksionisme, merasa hidup dalam penyesalan, menganggap diri sebagai sumber atau penyebab masalah, dan membandingkan diri sendiri dengan orang lain (Iqbal, 2017, hlm. 320). Lalu, bagaimana cara mengatasi perasaan tersebut?

Salah satu solusi untuk mengurangi inferiority complex pada mahasiswa adalah dengan berfokus kepada kelebihan diri sendiri, dan membuat gambaran mengenai keyakinan dan nilai yang positif dalam diri yang nantinya akan mengarahkan pada kesuksesan (Kenchappanavar, 2012). Selain itu Hauck (1997,hlm 57) menuturkan bahwa rational emotive behavioral therapy menawarkan tiga cara efektif untuk menurunkan kondisi rendah diri. Tiga cara tersebut adalah developing performance-confidence, making people respect you, dan never rating yourself.

Jadi, jangan pernah merasa rendah diri yang berlebihan ya, Puan!

Referensi :


Hauck, P. A. (1997). Three Ways to Overcome Inferiority Feelings. Journal of Rational-Emotive & Cognitive-Behavior Therapy, 15(1), 57–69

Kenchappanavar, R. N. (2012). Relationship between Inferiority complex and Frustration in Adolescents. IOSR Journal of Humanities and Social Science (JHSS), 2(2), 1–

Iqbal, M. (2017). Kajian Psikologi Sastra Kepribadian Real Self dan Ideal Self Tokoh Utama Novel Gornathoh Karya Ridwan Ashour. Artikel, Universitas Negeri Jakarta, Program Studi Pendidikan Bahasa.

Author : Namratul Ulya Fathulimamah M
Editor : Nazwal Bilbina Budiman

Comments

Rubik Puan Popular

Inner Child: Bagian dari Diri yang Ingin Didengar dan Dipeluk

  Sumber: childfoundationcenter.com Pernah nggak merasa “terlalu sensitif”, “takut ditolak”, atau “gampang merasa bersalah”, tapi Puan sendiri nggak tahu kenapa? Mungkin itu bukan Puan yang sekarang yang sedang reaktif. Bisa jadi… itu adalah anak kecil di dalam diri yang sedang terluka yang belum pernah benar-benar didengarkan. Namanya: inner child . Apa Itu Inner Child? Inner child adalah sisi diri kita yang menyimpan pengalaman, perasaan, dan luka dari masa kecil. Dia adalah versi diri kita yang dulu, yang masih polos, penuh rasa ingin tahu, tetapi rentan dan mudah terluka. Meskipun tubuh Puan tumbuh dewasa, inner child nggak ikut tumbuh. Ia tetap tinggal di sana, menyimpan kenangan baik maupun buruk, dan sering muncul dalam bentuk respons emosional yang seringkali kita sendiri nggak paham. Dari Mana Datangnya Luka Inner Child? Luka inner child bisa berasal dari hal-hal yang terlihat “biasa” tapi menyakitkan bagi Puan Dulu sering dimarahi karena menangis, jadi sekarang sulit...

Reverse Bucket List: Cara Simpel Biar Makin Bersyukur dan Termotivasi

  Puan, pernah nggak merasa hidup kayak jalan di tempat? Daftar keinginan segunung, tapi progresnya pelan dan kadang bikin down ? Nah, konsep Reverse Bucket List bisa jadi solusi yang menarik! Apa itu Reverse Bucket List? Biasanya, bucket list berisi daftar mimpi atau target yang ingin diraih di masa depan. Sedangkan, reverse bucket list justru kebalikannya: Puan membuat daftar pencapaian, momen membahagiakan, serta hal yang sudah Puan alami dan capai. Mulai dari hal besar sampai kecil yang bikin Puan bangga atau senyum sendiri.    Contohnya seperti, berani presentasi di depan umum, liburan seru bareng keluarga atau teman, membantu orang lain tanpa pamrih, atau berhasil membangun kebiasaan sehat, meski kecil.  Mengapa Reverse Bucket List Penting?  Menanamkan Rasa Syukur Alih-alih fokus pada apa yang belum tercapai, reverse bucket list mengingatkan kita pada hal-hal yang sudah berhasil dilewati. Ini membangun rasa syukur, melawan kecenderungan membandingkan ...

Unlocking the It Girl Mindset: Rahasia Menjadi Versi Terbaik Dirimu

  Sumber: Pinterest Pernahkah Puan bertanya-tanya kenapa beberapa orang selalu terlihat mempesona, penuh percaya diri, dan memiliki aura yang membuat semua mata tertuju pada mereka? Apakah itu merupakan bawaan dari lahir atau ada rahasia di baliknya? Well , jawabannya hanya terletak pada satu hal, yaitu ‘ It Girl Mindset ’. Sebenarnya, apa sih ‘It Girl Mindset ’ itu? Yuk, simak pembahasannya pada artikel ini! Pengertian It Girl Mindset Melansir dari halaman Plum Healthy Fine , It Girl digambarkan sebagai perempuan yang memiliki percaya diri, modis, dan menjadi idaman bagi banyak orang. Mereka ini merupakan simbol dari kekuatan dan keanggunan dengan menjadi diri sendiri sebagai ciri khasnya. Seorang It Girl biasanya bangga untuk menjadi dirinya yang paling autentik. Oleh karena itu, banyak orang yang mengagumi mereka dan ingin menjadi seperti mereka. It Girl juga tidak bertindak dengan ragu-ragu, fokus pada tujuan serta pengembangan diri, dan tidak peduli dengan tanggapan buruk o...

Mengenal FOMO dan JOMO: Insight Berharga dari Webinar Learning Space Puan Bisa Bersama Ambar Restika

[Jakarta, 16 Agustus 2024] - Learning Space 2024 , Puan Bisa melakukan survei terkait bagaimana perempuan masa muda menghadapi masa quarter life crisis yang juga dibarengi dengan perasaan fear of missing out. Didapati sekitar lebih dari 57% perempuan muda merasakan fear of missing out yang memberikan dampak rasa tidak percaya diri dan mempertanyakan potensi diri sendiri. Menjawab fenomena tersebut, Puan Bisa membuat webinar online yang bertujuan untuk memahami bagaimana suatu fenomena seperti FOMO itu memang harus kita terima dan dihindari bagi setiap individu, telah sukses pada Jumat 16 Agustus 2024. Acara ini mengundang Ambar Restika Suryandaru, S.Psi, M.Psi., Psikolog—seorang dosen dan pengajar (Universitas Borobudur Jakarta, 2017), serta psikolog online (Associate Psikolog Online Aplikasi Psikologi, 2020). Dengan tema "Understanding FOMO", acara ini dihadiri oleh lebih dari 40 peserta yang antusias untuk mengetahui pentingnya menghindari kebiasaan FOMO. FOMO : Fear Of Mi...

Saving to Stay Sane: Hidup Hemat di Era Tekanan Konsumtif

  Image by:  Sampoerna Academy Puan, kita tau bahwa di tengah kondisi ekonomi yang terus berubah, banyak anak muda di Indonesia harus menghadapi kenyataan pahit, biaya hidup yang semakin tinggi, sementara penghasilan tidak selalu ikut naik. Mulai dari harga sewa tempat tinggal, biaya transportasi, hingga kebutuhan pokok yang semakin mahal. Semuanya semakin menjadi beban tersendiri, terutama bagi mereka yang hidup mandiri di kota besar atau baru mulai melangkah ke dunia kerja. Situasi ini mendorong munculnya kebutuhan untuk mengelola keuangan secara lebih bijak. Bukan sekadar berhemat, melainkan menjalani gaya hidup yang benar-benar memperhitungkan setiap pengeluaran. Di sinilah konsep frugal living menjadi relevan. Bukan karena ikut-ikutan tren, tapi karena memang dibutuhkan sebagai strategi bertahan di tengah tekanan ekonomi dan sosial. Lalu, Apa itu Frugal Living ? Frugal living adalah pola pikir dan gaya hidup di mana seseorang secara sadar membatasi pengeluaran yang dira...